Ketika Kebaikan Gadget dan Permainan Tradisional Disatukan

Congklak, Permainan Tradisional Anak
Sumber :
  • VIVA.co.id/M Ali Wafa

VIVA.co.id – Belakangan, permainan tradisional yang lebih banyak mengajak anak untuk bergerak aktif mulai ditinggalkan. Kini, anak-anak beralih memainkan permainan lewat gadget atau bahkan smartphone.

Ada Acara Tak Biasa di HUT ke 25 PAN

Meski penggunaan gadget memiliki banyak dampak yang negatif untuk anak, jika orangtua bisa mengarahkan si kecil untuk memilih permainan yang sesuai dengan usia, hal ini tentu bisa membantu menstimulasi perkembangan otak si kecil.

Dan akan lebih baik, mulai saat ini, orangtua pun kembali mendekatkan buah hati dengan beragam permainan tradisional. Gadget pun bisa dimanfaatkan, untuk mencari dan memperkenalkan pada buah hati, apa saja permainan permainan seru tradisional yang bisa dilakukan buah hati.

Ketagihan Main Lato-lato Hingga Gangsin, Kim Mingue: Ini Susah Banget!

Psikolog anak, Annelia Sari Sani pun mengatakan, akan lebih baik, jika dua permainan, menggunakan gadget dan permainan tradisional sama-sama diperkenalkan pada buah hati. Dengan menggabungkan manfaat dari permainan gadget dan tradisional, tentu akan diperoleh banyak manfaat positif untuk buah hati.

"Kalau saya lebih senang kalau bagaimana keduanya digabungkan. Jadi anak mengenal semua. Dengan anak makin kenal, maka pengalamannya akan kaya," kata Anne saat berbincang dengan VIVA.co.id.

Dukung Gerakan Sekolah Sehat, Ibu Negara Main Congklak dan Bekel Bersama Siswa SD

Jika pengalamannya kaya, lanjut Anne, perkembangan otak si kecil juga akan kaya. Apalagi, otak itu akan sangat cepat berkembang pada anak-anak. Ketika anak lahir, sel otaknya bertumbuh dengan sangat pesat, apalagi sampai tiga tahun pertama. Lalu, sedikit menurun di usia 5-7 tahun.

"Tapi, terus masih bertambah. Tujuh tahun sudah maksimal, tapi selnya itu masih lepas. Sementara, otak untuk mampu melakukan problem solving, perencanaan, dia harus terkoneksi, terorganisasi, bisa dicapai dengan stimulasi. Stimulasi itu kita berikan lewat pengalaman-pengalaman," tuturnya.

Anne pun mengatakan, semakin banyak pengalaman yang didapat oleh si anak, baik pengalaman lewat permainan tradisional, pengalaman gadget, pengalaman kegiatan fisik, pengalaman kegiatan kognitif, kegiatan atau keterampilan sosial, maka organisasi dan koneksi antarsel saraf di otak itu makin bagus.

Orangtua pun harus pandai memanfaatkan kebaikan gadget dan permainan tradisional. Bagaimana caranya?

"Kita bisa padukan, misalnya dengan smartphone kita bisa cari permainan tradisional ada apa saja. Itu sudah dua-duanya, kita dapat manfaat smartphone, jadi kita bisa tunjukkan ke anak bahwa alat ini bisa kita kuasai untuk memudahkan kehidupan kita, untuk kepentingan kita," katanya.

Di berbagai mesin pencari juga bisa diketahui permainan tradisional apa saja, dampaknya apa, dan yang terpenting itu terjadi interaksi ketika mencari bersama-sama antara orangtua dan anak-anak. "Itu bondingnya juga akan bagus. Anak juga akan mendapat contoh-contoh tentang pengalaman emosi positif seperti apa, itu akan bagus buat anak," ujar dia.

Setelah mencarinya bersama, lanjut Anne, tidak mungkin tidak memainkan bersama. Orangtua mungkin ibu atau ayahnya pernah memainkan permainan tradisional, jadi punya pengalaman yang bisa diajarkan ke anaknya. Minimal kalau tidak mengajarkan, ketika orangtua mau memainkan gasing dia pasti harus mencari gasingnya. Pengalaman mencari gasing sama-sama itu akan sangat intens keterlibatannya antara orangtua dan anak.

"Ini bagus sekali. Jadi masing-masing punya kelebihan dan kekurangan, maka bagaimana kalau kita gabungkan saja kelebihan itu untuk menutupi kekurangan," tuturnya. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya