Pemberian Obat TB pada Anak Secara Berkala, Amankah?

Ilustrasi obat.
Sumber :
  • pixabay/tlspamg

VIVA.co.id – Seperti halnya orang dewasa, Tuberkulosis (TB) juga bisa menyerang anak. TB yang disebabkan oleh mikrobakterium tuberkulosis menyebar melalui udara dan menyerang siapa saja.

5 Efek Samping Kol Goreng Bagi Kesehatan yang Perlu Diwaspadai, Bisa Memicu Kanker

Salah satu penanganan untuk TB, tentunya harus diberikan obat secara teratur. Begitupun untuk penanganan yang harus dilakukan pada anak.

Menurut dr.Desrianawati, dokter spesialis anak, seorang anak yang baru lahir akan tertular dari ibu yang menderita TB.Untuk itu, dia menyarankan untuk segera memeriksakan ke dokter atau puskesmas terdekat, jika mendapati gejala TB.

Suka Pake Viagra Biar Genjreng di Ranjang? Hati-hati, Bisa Mengancam Jiwa

"Dari mulai lahir sudah bisa (diberikan obat), misal kalau ibunya TB anak kita periksa," kata Desri, saat ditemui di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, Sunter Jakarta Utara, Selasa 11 April 2017.

Meski demikian, menurut dr Ardi Rusli, spesialis paru-paru, tentu obat yang diberikan tidak sama dengan yang diberikan pada orang dewasa. Untuk anak, ada dosis dan takaran khusus yang harus diberikan.

Ternyata Ini Efek Samping dan Bahaya Sering Konsumsi Obat Tidur

"Kalau untuk anak mungkin kateogori 1 untuk anak yang baru pertama kali minum obat. Sekarang juga ada 4 macam obat yang dijadikan satu agar lebih enak, kita harapkan dia bisa lebih patuh, supaya tidak putus obat," ungkap Ardi.

Desri juga menambahkan, bagi anak dengan TB ringan seperti paru, cukup diberikan obat hingga 6 bulan. Namun demikian, berbeda dengan anak yang terkena TB lainnya.

"TB tulang dan ginjal itu bisa sampai 9 sampai 12 bulan , anak itu 3 macam obat, satu untuk dua bulan pertama, dan sisanya untuk bulan selanjutnya," ungkap dia.

Meski diminum secara rutin, Ardi juga menjelaskan, bahwa masyarakat tidak perlu khawatir akan efek samping yang kemungkinan akan muncul. Menurutnya, kemungkinan efek samping yang terjadi sangat kecil.

"Hanya sekitar 15 persen, jadi maksudnya hanya 15 dari 100 orang yang mengalami efek samping. Dan jika terjadi efek samping dosisinya akan kami sesuaikan," ungkap Ardi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya