- pixabay/Kadie
VIVA.co.id – Anak dengan autisme masih kerap mendapat diskriminasi dan stigma negatif di masyarakat. Padahal jika dikenali dan ditangani lebih awal, bukan tidak mungkin mereka punya potensi yang tidak kalah dengan anak kebanyakan.
"Kepedulian terhadap anak dengan gangguan spectrum autism saja tidak cukup. Mereka harus diterima di masyarakat agar potensinya berkembang maksimal, “ ungkap Melly Budhiman, Ketua Yayasan Autisma Indonesia, seperti dalam rilis yang diterima VIVA.co.id, Senin 8 Mei 2017.
Di samping itu, Eva Suryani, Sp. KJ., dokter spesialis kejiwaan dari Rumah Sakit Siloam, mengatakan, autisme sudah bisa didiagnosis pada anak dengan rentang usia 0-3 tahun. Ada tiga tanda-tanda penting untuk mendeteksi autisme. Pertama adalah kesulitan bahasa (bicara), interaksi sosial dan melakukan gerakan terbatas serta pengulangan.
"Anak yang memiliki gangguan autisme biasanya tidak merespons ketika namanya dipanggil, lebih suka menyendiri, tidak suka dipeluk, tidak ada kontak mata, serta sering melakukan gerakan berulang-ulang," kata dia.
Eva pun mengingatkan bahwa diagnosis autisme anak sejak dini bisa bermanfaat bagi para orangtua. “Sebenarnya kalau kita bisa kenali sejak dini, penanganannya juga bisa lebih awal,” kata dia.
Di samping itu, ungkap Melly Budhiman, Ketua Yayasan Autisma Indonesia juga menambahkan, pentingnya kerja sama semua sektor untuk mengembangkan potensi anak dengan autisme. Dia melanjutkan, stigma negatif dan diskriminasi juga harus dihilangkan.
“Stigma autism yang melekat yaitu gangguan jiwa adalah tidak benar. Dan hal itu harus dihilangkan di tengah masyarakat. Solusinya adalah sosialisasi dan kerja sama semua pihak,“ kata dia.
Hari Kesadaran Autisme Sedunia, Gimana Cara Tunjukkan Kepedulian?
Autisme adalah spektrum gangguan perkembangan saraf yang memengaruhi cara seseorang berkomunikasi dan berinteraksi dengan dunia di sekitar. Penderitanya sulit komunikasi.
