Anak Suka Pukul, Tiru Kekerasan yang Pernah Diterima

Ilustrasi anak-anak.
Sumber :
  • pixabay/Kadie

VIVA.co.id – Kekerasan yang diterima anak di rumah bisa menyebabkan anak tersebut melakukan tindakan kekerasan juga di luar rumah.

Tragedi Penganiayaan Anak Selebgram: Waspada! Ini 5 Cara Lindungi Anak dari Kekerasan

Belakangan ini, kasus kekerasan (bullying) di Indonesia kembali menjadi sorotan. Hal ini kemudian menjadi perhatian, bersama apakah yang mendasari perbuatan anak-anak tersebut?

Psikolog Anak, Ajeng Raviando menerangkan perbuatan kasar mereka bisa berasal dari rumah.

Marah ke Anak, Lantas Apa yang Harus Dilakukan Orangtua?

"Bisa, kalau kekerasan dilakukan di rumah. Anak akan melakukan hal yang sama melakukan kekerasan kepada orang lain dengan tendesi ya sudah emang begitu," paparnya saat ditemui di Kawasan SCBD Jakarta.

Dirinya menerangkan anak-anak sangat mudah mencontoh apa yang dilakukan oleh orangtua, oleh karena itu apa yang dilakukan oleh orangtua kepada anaknya akan berpengaruh kepada pola tingkah laku si anak.

Polisi Gerebek Panti Asuhan di Medan, Diduga Eksploitasi Anak di Tiktok

Namun, sebagian dari orangtua mengutarakan bahwa si anak memang tidak dididik di dalam suasana keluarga yang kasar atau kerap bersentuhan dengan hal-hal negatif. Melihat hal tersebut, dirinya mengutarakan orangtua pun sebaiknya melakukan instropeksi diri.

"Berarti kita cek lagi instropeksi lingkungan ada enggak yang mengajarkan," paparnya.

Dirinya pun juga tak menutup kemungkinan anak melakukan contoh-contoh dari media yang dilihat sang anak tanpa adanya filterisasi yang dilakukan oleh orangtua.

"Atau kita cek, atau gak ini berasal dari media, apakah orang tua tanpa sadar tidak memonitor kondisi media anaknya sekarang kan semua pakai gawai," paparnya.

Dari ketidakmampuan orangtua dalam mengawasi ruang gerak anak terhadap media massa saat ini pun membuat akan akan mencontoh apa yang dia terima itu.

"Hal tersebut, karena anak tidak bisa mencontoh, karena gak ada orangtuanya di rumah. Orangtuanya tidak ada waktu dan tidak menyediakan waktu untuk mengajarkan pendidikan karakter pada anak. Mereka biasanya melihat sinetron dan lainnya. Akhirnya mereka berpikir bahwa itu caranya kita berinteraksi dengan orangtua interaksi dengan teman-teman karena dia melihat contohnya seperti itu," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya