Anak Berpotensi 2 Kali Lipat Meniru Orangtuanya Merokok

Ilustrasi merokok.
Sumber :
  • Pixabay/karosieben

VIVA.co.id – Psikolog dari Universitas Pancasila, Aully Grashinta mengungkapkan, anak yang memiliki orangtua seorang perokok, ternyata mempunyai kecenderungan dua kali lipat merokok dibandingkan dengan anak yang memiliki orangtua bukan perokok. 

Riset Universitas Bern: Vape Efektif Bantu Perokok Dewasa Beralih dari Kebiasaan Merokok

Kemungkinan, anak mengikuti kebiasaan orangtua itu, karena manusia cenderung belajar dari lingkungan.

"Kalau anak tinggal dengan orangtua perokok, maka dipastikan (anak tersebut) akan merokok juga. Jadi, anak itu mencontoh dari lingkungan, sehingga (seharusnya) lingkungan mendukung anak untuk tidak merokok," ungkapnya kepada VIVA.co.id, saat ditemui di Kawasan Jakarta Pusat, 23 Agustus 2017.

Tak Mudah Berhenti Merokok, Perokok Dewasa Bisa Optimalkan Produk Tembakau Alternatif

Dia menerangkan, anak-anak sangat mudah mencontoh apa yang dilakukan oleh orangtua. Karena itu, apa yang dilakukan oleh orangtua akan berpengaruh kepada pola tingkah laku si anak.

"Anak-anak itu suka mencontoh apa yang dia lihat di sekitarnya, apalagi ketika dia melihat orangtuanya merokok," ungkapnya.

Produk Tembakau Alternatif Bukan Pintu Masuk untuk Merokok

Tak hanya itu dengan mengikuti tren yang masih muncul di kalangan remaja bahwa anak-anak yang merokok itu dianggap keren juga menjadi salah satu faktor lainnya di samping orangtua yang memang menjadi perokok aktif.

Ia pun menjelaskan bahwa, selain dari pengaruh orangtua, dan anggapan tren tersebut,  anak-anak dengan usia muda juga yang mulai merokok berasal dari informasi-informasi yang diterimanya dari media-media seperti iklan di media massa atau spanduk-spanduk yang saat ini mulai bermuncullan di warung-warung dekat sekolah.

"Sekarang, banyak bertebaran iklan-iklan bukan hanya di televisi sekarang juga sudah menjamur di warung-warung yang memang berada di dekat lingkungan anak-anak itu," paparnya. 

Dia pun menyebut dengan semakin banyaknya kampanye iklan-iklan yang menyasar anak-anak, perlu juga diperhatikan kampanye-kampanye tentang bahayanya dari merokok.

"Kampanye bahaya-bahaya juga harus di blow up supaya anak punya informasi yang seimbang baik dari sisi produk dan bahayanya dia jadi lebih punya dasar untuk menentukan bahwa ini tidak baik untuk mereka," ujarnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya