Gong Perdamaian Ambon, Simbol Toleransi akan Keberagaman

Gong Perdamaian Ambon
Sumber :
  • VIVA/Fajar Ginanjar Mukti

VIVA – Maluku memiliki catatan kelam sebagai saksi bisu berlangsungnya konflik bernuansa suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) di awal era reformasi selama 1999-2002 lalu. Pemerintah ketika itu berupaya keras menghadirkan kembali perdamaian dan kerukunan antarumat di kawasan yang berjuluk “Bumi Rempah-Rempah” tersebut, melalui mediasi yang dipelopori oleh Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan saat itu, Jusuf Kalla. 

DPR Dukung Ambon Jadi Kota Musik Dunia ke-18

Upaya perdamaian tersebut terkulminasi dalam 'Deklarasi Malino II' yang disetujui dan ditandatangani pihak-pihak yang berkonflik dalam pertemuan di Kota Malino, Sulawesi Selatan, pada 12 Februari 2002. Sejak saat itu konflik di Maluku sudah tidak pernah terdengar lagi. Provinsi itu bahkan hingga saat ini berkembang menjadi daerah yang damai, dan juga mengalami kemajuan ekonomi.

Pemerintah pun “mengabadikan” peristiwa bersejarah itu dengan cara menghadirkan sebuah gong perdamaian di pusat Kota Ambon. Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono, meresmikan gong dengan cara menabuhnya pada Hari Perdamaian Dunia, 25 November 2009 silam. SBY ingin perdamaian yang dicapai di Maluku bisa menggema ke seluruh dunia hingga meredakan konflik-konflik di wilayah lain.

Indah Luar Bisa Pulau Tak Berpenghuni Andranan di Maluku

Kini, setelah lebih dari delapan tahun diresmikan, Gong Perdamaian Ambon masih berdiri megah di Taman Pelita, yang letaknya berada di dekat pusat pemerintahan kota Ambon. VIVA, yang berkesempatan mengunjunginya pada Selasa siang, 13 Februari 2018, merasakan aura perdamaian di Taman Pelita. 

Kompleks gong nampak tertata dan terjaga rapi, sehingga menimbulkan nuansa keasrian di tengah keramaian kota Ambon. Sejumlah pengunjung terlihat bersantai menikmati pemandangan, sambil berfoto dengan latar gong.

Wisata Seru Pantai Pintu Kota

Gong Perdamaian Ambon

Gong perdamaian ini menjadi daya tarik pariwisata kota Ambon. Arievtha Al Kindy (25), wisatawan asal Jakarta, mengaku sengaja berkunjung ke gong perdamaian mengingat gong ini sudah menjadi ikon kota Ambon.

"Saya memiliki kesan gong menjadi sebuah simbol bahwa toleransi akan keberagaman di kota Ambon saat ini sudah semakin besar," ujarnya di lokasi.

Arievtha berharap keberadaan gong senantiasa mengingatkan warga kota Ambon, juga setiap orang yang melihatnya, akan pentingnya perdamaian dan kerukunan dalam kehidupan yang penuh keberagaman di Indonesia.

Gong Perdamaian Ambon

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya