FOTO: Merasai Budaya Negeri Tiongkok Kecil

wisata lasem
Sumber :
  • ceritakain.com

VIVAlife - Beberapa kali mendengar perbincangan tentang Lasem, membuat saya semakin penasaran dengan kota keci ini. Menurut cerita, kecamatan di daerah pantai Utara ini demikian menyimpan banyak peninggalan budaya Tionghoa. Dan yang masih melekat hingga kini.

Saksi Ungkap SYL Setoran Uang Bulanan ke Istri Hingga Puluhan Juta

Belum lagi cerita tentang kain batiknya yang semakin memaksa saya untuk membulatkan tekat, harus ke sana. Saya sendiri memang sudah jatuh cinta dengan segala macam keindahan batik. Beberapa kota penghasil batik sengaja saya kunjungi untuk dapat merasakan napas batik yang sebenarnya. Semua cerita perjalanan batik saya, juga saya tuliskan di catatan pribadi, ceritakain.com. Dan perjalanan ke Lasem kali ini pun juga untuk membayar kecintaan saya pada batik. 

Benar, akhirnya saya bisa merasakan atmosfir Lasem yang demikian kental dengan bangunan-bangunan rumah tinggal bergaya Cina. Saya menyebutnya dengan negeri Tiongkok kecil.

Sudah Menjenguk, Ayah Chandrika Chika Gak Nyangka Anaknya Pakai Narkoba

Pertama datang, saya langsung mengunjungi klenteng Gie Yong Bio, sebuah tempat peribadatan yang sudah dikenal sejak tahun 1780. Saya merasakan sendiri bagaimana interaksi warga keturunan Tionghoa yang begitu membaur dengan orang-orang pribumi.  

wisata lasem

Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Temui Presiden Jokowi di Istana

Klenteng ini disebut sebagai bangunan penghargaan atas pahlawan mereka. Oei Ing Kiat, Panji Margono dan Tan Kee Wie. Tembok tinggi, dengan ukiran megah yang mengelilingi, menandakan bagaimana rakyat begitu menghormati pejuangnya. Begitu juga dengan lampion-lampion meriah yang menggelayut di bagian atas tiang dan atapnya.

Merasai budaya lewat batik

Saya tidak lantas tertegun pada bangunan klenteng akbar, mengingat masih banyak yang harus saya jelajah di kota tenang ini. Bersama dua teman saya, kami melangkahkan kaki ke rumah Sigit Witjaksono. Seorang Hoakiao yang menggeluti per-batikan, hingga usianya yang kini menapaki 83 tahun.  

Rumah yang sekaligus workshop ini menyimpan setumpuk cerita budaya dalam kemasan batik. Sigit mengatakan bahwa batik lasem pernah mengalami masa kejayaan di abad XIX hingga tahun 1940. Sampai-sampai di tahun 1970an sebagian besar wanitanya berprofesi sebagai pembatik. 

wisata lasem

Ciri khas batik Lasem yang berwarna merah, dan motif-motifnya yang terlihat rumit dikatakan sebagai ciri konservatif tradisional. Tidak ada desainer khusus yang membuat motif dan coraknya, batik ini indah karena pengalaman.

Sigit mengatakan, para pembatik di workshop-nya rata-rata sudah bekerja sejak dirinya masih kecil. Sejak usaha ini masih dijalankan orang tuanya.  

Saya sendiri menjadi kian jatuh cinta pada batik Lasem saat meraba kain dan mencium aroma lilin yang begitu kental. Juga keunikan motif dan warna merahnya yang diturunkan dari budaya Tionghoa. 

Mendarat di lontong Tuyuhan 

Terik siang di Lasem mendaratkan kami ke warung lontong Tuyuhan. Disebut Tuyuhan karena penjualnya berasal dari desa Tuyuhan. Lontong ini menjadi daya tarik yang selalu dicari setiap pelancong yang menyinggahi Lasem.

Kami sengaja memilih menggunakan sepeda motor untuk berkeliling Lasem. Rasanya ini pilihan tepat, karena saya bisa menikmati udara sambil memanjakan mata dengan hamparan sawah yang selalu saya kangeni ketika saya berada di Jakarta. Di tepi jalan beraspal jurusan Lasem-Pandan, disitulah berjajar penjual lontong tuyuhan.

wisata lasem

Kami masuk ke dalam warung lontong tuyuhan 'Pak Likin'. Sebungkus lontong berbentuk kerucut langsung tersaji. Siraman opor pada lontong menghadirkan aroma yang khas. Campuran antara jahe, cabai tumis, daun salam , dan sarai yang menggugah kami untuk segera melahapnya. Rasa yang tidak pernah akan Anda dapatkan, selain di daerah batik mungil ini. 

Bersambung,,,

Oleh: Afra Arumdati


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya