Sumber :
- www.adventurouskate.com
VIVAlife - Pernah bermimpi liburan ke pulau pribadi? Rencanakan perjalanan Anda ke Pulau Satonda. Pulau tak berpenghuni yang merupakan daratan vulkanis, yang terbentuk karena letusan gunung berapi di dasar laut sedalam 1000 meter sejak jutaan tahun lalu.
Pulau ini terbilang masih jarang dikunjungi petualang lokal. Namun tak ada salahnya mampir, jika Anda sudah berada di Taman Nasional Komodo. Pulau menakjubkan ini terletak di Desa Nangamiro, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat.
Hamparan pasir putihnya sungguh menggoda. Juga kejernihan airnya yang mampu memamerkan keindahan taman laut yang seakan ingin dijamah. Selain kekayaan laut, berbagai eksotisme alam juga bisa dilihat di pulau ini. Mulai dari alam pegunugan vulkanis dan keberadaan danau air asin yang terletak di kawah pulau.
Baca Juga :
Anak Ungkap Kondisi Terkini Tukul Arwana
Danau cantik berwarna hijau ini diberi nama sama dengan nama pulaunya, Satonda. Terhampar tenang di tengah kaldera yang dikepung oleh hijaunya pepohonan. Anda juga bisa mendengar kicauan burung yang memainkan musik alam di tengah keheningan.
Selain sebagai tempat wisata, pulau gunung api seluas 2.600 hektar ini juga kerap dikunjungi para ilmuwan dan peneliti dari dalam dan luar negeri. Mereka masih terus mengkaji fenomena meletusnya Gunung Tamboran yang menghebohkan dunia 15 April 1815 silam.
Efek letusan Tambora ini yang membentuk danau air asin yang hingga kini masih terus dikaji. Danau dengan temperatur air 28–39ºC ini dianggap memiliki kemiripan dengan kondisi laut zaman purba. Kesimpulan tersebut didapat dari hasil penelitian terhadap karang dan fosil alga yang hidup di danau tersebut.
Untuk mencapai Pulau Satonda, Anda bisa menggunakan perahu cadik bermotor dari desa Nangamiro. Perjalanan yang biasanya menghabiskan waktu 1 jam tersebut, akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Karena, jika beruntung Anda akan dapat pula menyaksikan aksi lumba-lumba yang melintasi perairan Laut Flores.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Selain sebagai tempat wisata, pulau gunung api seluas 2.600 hektar ini juga kerap dikunjungi para ilmuwan dan peneliti dari dalam dan luar negeri. Mereka masih terus mengkaji fenomena meletusnya Gunung Tamboran yang menghebohkan dunia 15 April 1815 silam.
