4 Museum Unik Jakarta yang Tak Tersohor

Museum di Tengah Kebun
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

VIVA.co.id – Berwisata ke tempat-tempat bersejarah seperti museum, saat ini mulai digemari anak-anak muda. Jika berkunjung ke Museum Fatahillah atau Museum Monumen Pancasila Sakti  sudah biasa, dan banyak didatangi orang, bagaimana jika mencoba menjelajahi kisah sejarah tempo dulu di sejumlah museum tak tersohor ini.

Berkat Kebaikan Banyak Orang, Wanita Ini Bisa Keliling Dunia

Ya, selain museum Fatahillah, di Jakarta masih banyak terdapat museum lain yang menyimpan banyak kisah sejarah. Tempatnya memang tak tersohor, namun museum-museum ini cukup unik dan bisa dimasukkan ke dalam daftar petualangan Anda di akhir pekan atau saat waktu senggang.

Mulai dari Museum Taman Prasasti, Museum di Tengah Kebun, Museum Bahari, hingga Museum Kebangkitan Nasional. Berikut empat museum unik Jakarta yang tak tersohor dirangkum VIVA.co.id.

Bocah Ini Jual Ribuan Cupcakes Demi Ajak Keluarga Liburanke Disney

Museum Taman Prasasti

http://media.viva.co.id/thumbs2/2014/12/25/286855_museum-taman-prasasti-_663_382.jpg

Tiket.com Sedia Rute 15 Maskapai Penerbangan Internasional

Nama museum ini mungkin tak banyak didengar orang. Tapi, Museum Taman Prasasti ini benar-benar ada dan terletak di Jalan Tanah Abang, No.1 Jakarta Pusat.

Museum ini adalah sebuah museum cagar budaya peninggalan masa kolonial Belanda. Museum ini memiliki koleksi prasasti nisan kuno serta miniatur makam khas dari 27 provinsi di Indonesia, beserta koleksi kereta jenazah antik.

Museum seluas 1,2 hektare (ha) ini merupakan museum terbuka yang menampilkan karya seni dari masa lampau tentang kecanggihan para pematung, pemahat, kaligrafer, dan sastrawan yang menyatu.

Semula, Museum Taman Prasasti yang terletak di Jalan Tanah Abang I ini adalah pemakaman umum bernama Kebon Jahe Kober seluas 5,5 ha dan dibangun tahun 1795 untuk menggantikan kuburan lain di samping gereja Nieuw Hollandsche Kerk, sekarang Museum Wayang, yang sudah penuh. Makam baru ini menyimpan koleksi nisan dari tahun sebelumnya karena sebagian besar dipindahkan dari pemakaman Nieuw Hollandse Kerk pada awal abad 19. Nisan yang dipindahkan ini ditandai dengan tulisan HK, Hollandsche Kerk.

Pada tanggal 9 Juli 1977, pemakaman Kebon Jahe Kober dijadikan museum dan dibuka untuk umum dengan koleksi prasasti, nisan, dan makam sebanyak 1.372 yang terbuat dari batu alam, marmer, dan perunggu. Karena perkembangan kota, luas museum ini kian menyusut hanya tinggal 1,3 ha.

Museum di Tengah Kebun

http://media.viva.co.id/thumbs2/2014/02/26/241771_museum-di-tengah-kebun_663_382.jpg

Dari namanya, museum ini terdengar unik. Mungkin Anda yang tinggal di tengah kota Jakarta tidak tahu keberadaan museum ini.

Terletak di Jalan Kemang Timur Raya Nomor 66, Jakarta Selatan, dari luar, tampilannya seperti rumah yang tertutup rapat. Gerbang kayu berwana cokelat, dengan topeng-topeng yang menggantung dan pelat kuning bertuliskan Museum di Tengah Kebun menyambut pengunjung di pintu masuk.

Saat masuk ke dalam museum ini, Anda akan disambut pepohonan hijau di kanan dan kirinya. Jalan masuk tersebut panjangnya sekitar 50 meter, di ujung terdapat rumah bergaya Jawa dengan empat pohon kelapa menghiasi halaman mukanya.

Di pekarangan depan museum, pengunjung bisa berjumpa dengan beberapa koleksi antik milik Museum di Tengah Kebun. Menyimpan koleksi hampir 4.000 barang antik dari berbagai benua, Museum di Tengah Kebun bagaikan mesin waktu.

Museum ini sebenarnya sebuah rumah yang dijadikan museum oleh pemiliknya. Berdiri sejak 1980 dengan tembok tersusun dari bata antik milik bangunan peninggalan VOC di Batavia.

Sejak dari luar museum, berjejer artefak-artefak koleksi Sjahrial Djalil, si empunya museum. Ada juga fosil pohon, kerang kuno, antefik candi, dan topeng-topeng antik.

Masuk lebih dalam lagi, sebuah ruang tamu luas yang penuh dengan koleksi benda bersejarah menjadi pemandangan utama. Ada juga satu lemari penuh buku yang juga berisi koleksi benda antik, antara lain berupa peralatan ngaben dan patung Yesus dari abad ke-17.

Bangunan rumah yang berada di tengah kebun seluas 700 meter persegi itu jadi idaman setiap pengunjung yang datang. Karena kebun tersebut mengelilingi rumah, maka bangunan itu pun diberi nama Museum di Tengah Kebun.

Jika minat berkunjung ke museum ini, Anda bisa datang pada Rabu, Kamis, Sabtu, atau Minggu. Untuk masuk dan melihat-lihat koleksi, Anda tidak dipungut biaya apa pun alias gratis. Cukup mengajak 7-10 orang per rombongan.

Setiap hari, pengunjung dibatasi hanya dua kloter. Yakni kloter yang masuk pukul 09.45 WIB dan pukul 12.45 WIB. Supaya masuk kuota, ada baiknya memesan atau memberi tahu terlebih dahulu sebelum berkunjung. Informasi tentang Museum di Tengah Kebun bisa didapat melalui telepon 021-7196907 atau lewat situs museumditengahkebun.org.


Museum Bahari

http://media.viva.co.id/thumbs2/2012/10/02/173642_menara-syahbandar--museum-maritim-bahari--jakarta_663_382.jpg

Merupakan museum yang menyimpan koleksi yang berhubungan dengan kebaharian dan kenelayanan dari Sabang hingga Merauke.

Berlokasi di seberang Pelabuhan Sunda Kelapa, museum unik ini tak banyak dikunjungi orang. Meski begitu, museum ini salah satu dari delapan museum yang berada di bawah pengawasan dari Dinas Kebudayaan Permuseuman Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.

Pada masa pendudukan Belanda, bangunan ini dulunya adalah gudang yang berfungsi untuk menyimpan, memilih, dan mengepak hasil bumi, seperti rempah-rempah yang merupakan komoditas utama VOC yang sangat laris di pasaran Eropa.

Bangunan yang berdiri persis di samping muara Ciliwung ini memiliki dua sisi, sisi barat dikenal dengan sebutan Westzijdsche Pakhuizen atau Gudang Barat (dibangun secara bertahap mulai tahun 1652-1771) dan sisi timur, disebut Oostzijdsche Pakhuizen atau Gudang Timur. Gudang barat terdiri atas empat unit bangunan, dan tiga unit di antaranya yang sekarang digunakan sebagai Museum Bahari.

Gedung ini awalnya digunakan untuk menyimpan barang dagangan utama VOC di nusantara, yaitu rempah, kopi, teh, tembaga, timah, dan tekstil.

Pada masa pendudukan Jepang, gedung-gedung ini dipakai sebagai tempat menyimpan barang logistik tentara Jepang. Setelah Indonesia Merdeka, bangunan ini dipakai oleh PLN dan PTT untuk gudang. Tahun 1976, bangunan cagar budaya ini dipugar kembali, dan kemudian pada 7 Juli 1977 diresmikan sebagai Museum Bahari.

Koleksi-koleksi yang disimpan terdiri atas berbagai jenis perahu tradisional dengan aneka bentuk, gaya dan ragam hias, hingga kapal zaman VOC. Selain itu, ada berbagai model dan miniatur kapal modern dan perlengkapan penunjang kegiatan pelayaran.

Juga peralatan yang digunakan oleh pelaut pada masa lalu seperti alat navigasi, jangkar, teropong, model mercusuar dan meriam.

Museum Bahari juga menampilkan koleksi biota laut, data-data jenis dan sebaran ikan di perairan Indonesia dan aneka perlengkapan serta cerita dan lagu tradisional masyarakat nelayan nusantara. Museum ini juga menampilkan matra TNI AL, koleksi kartografi, maket Pulau Onrust, tokoh-tokoh maritim nusantara serta perjalanan kapal KPM Batavia - Amsterdam.

Jika tertarik berkunjung, museum ini berlokasi di Jalan Pasar Ikan No. 1 Sunda Kelapa, Jakarta Utara. Jam kunjung museum adalah 09.00 - 15.00 WIB, dari Selasa hingga Minggu. Pada hari libur sekolah, museum tetap dibuka.

Museum Kebangkitan Nasional

http://media.viva.co.id/thumbs2/2012/01/04/138646_museum-kebangkitan-nasional_663_382.jpg

Awalnya sebuah gedung yang dibangun sebagai monumen tempat lahir dan berkembangnya kesadaran nasional dan juga ditemukannya organisasi pergerakan modern pertama kali dengan nama Boedi Oetomo.

Sebelum jadi museum, bangunan ini dahulunya adalah sekolah kedokteran yang didirikan oleh Belanda dengan nama School tot Opleiding van Inlandsche Artsen disingkat STOVIA atau Sekolah Dokter Bumiputra. Dalam perjalanannya, gedung tersebut selalu beralih fungsi. Lokasi museum ini tidak jauh dari Pasar Senen, tepatnya di Jalan Abdurrahman Saleh No.26, sebelum RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat.

Masuk ke dalam gedung dapat disaksikan ruang kelas dan laboratorium, asrama, tempat olah raga, kantin, dapur, dan aula.  Selanjutnya, pengunjung disuguhkan dengan seluruh koleksi museum dengan total 2.042 buah berupa bangunan, mebel, jam dinding, gantungan lonceng, perlengkapan kesehatan, pakaian, senjata, foto, lukisan, patung, diorama, peta/maket/sketsa, dan miniatur. 

Seluruh koleksi tersebut dipamerkan di beberapa ruangan antara lain di ruang awal pergerakan, ruang kesadaran nasional, dan ruang pergerakan, dan ruang memorial Boedi Oetomo.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya