Aplikasi Ini Berikan Traveller Perjalanan Berbeda

Objek wisata alam Puncak Becici
Sumber :
  • ANTARA/Aditya Pradana Putra

VIVA.co.id – Dibuat khusus untuk menjadi teknologi bantu bagi warga lokal daerah mengembangkan, mengelola, dan memasarkan sendiri potensi wisata lokal. Aplikasi Tripal.co menjembatani warga lokal sebagai penyedia layanan perjalanan dan pelancong yang ingin perjalanan khas lokal. 

Objek-objek Wisata yang Tutup Akibat Banjir dan Longsor

Aplikasi ini akan membawa Anda untuk berwisata lokal dengan tujuan membantu potensi lokal di Indonesia, agar lebih banyak dikenal masyarakat. Seperti diketahui, kebanyakan pelacong hanya terlihat berkunjung ke tempat-tempat wisata yang sedang menjadi favorit.

Tapi ternyata, akan lebih unik dan terlihat keeksotisan dan autentiknya tempat tersebut apabila melakukan perjalanan wisata lokal. Anda menjelajahi seluk beluk kehidupan, mempelajari budaya lebih dalam penduduk sekitar, mencicipi makanan khas, dan mempelajari sejarah dari penduduk lokal tersebut.

Hindari Liburan ke Objek Wisata Berikut di Musim Hujan

Ironisnya, hal itu memang terbilang sulit. Apalagi, jika Anda tak memiliki kenalan khusus penduduk lokal tersebut untuk membawa Anda memenuhi itu semua.

"Aplikasi ini menjawab kebutuhan para traveller atau pelancong yang bergaya hidup millenial yang ingin pengalaman melancongnya beda, khas lokal, dan tidak terkungkung dengan jadwal dan paket perjalanan yang kaku ,seperti di paket-paket tour perjalanan umumnya," kata Founder & CEO Tripal.co, Kevin Wu, saat peluncuran Tripal.co di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat 19 Mei 2017.

Anak Buah SYL Video Call Bahas 'Orang KPK' dan 'Ketua': Siapin Dolar Nanti Kami Atur

Berdasarkan pengalamannya, Kevin mengungapkan, dirinya merasa prihatin terhadap kehidupan tempat-tempat wisata lokal yang sebenarnya sangat dicari para pelancong. Seperti saat dirinya pergi ke Lampung, Sumatera dan mengunjungi sebuah tempat yang berada di sekitaran pasar tradisional.

"Ada di suatu tempat, tempatnya enggak layak karena kelasnya seperti pasar tradisional. Kios berukuran sekitar 2x8 meter, di mana usaha kuliner yang menyajikan makanan khas Lampung dan kopi Lampung yang sangat nikmat itu harus bertarung dengan kemajuan teknologi saat ini," kata Kevin.

Kevin menceritakan, terlihat sedikit miris juga saat tempat tersebut hanya dikunjungi para orang tua. Karena memang tempat itu telah ada sejak 1986 dan telah dipegang oleh tiga generasi.

Melihat hal itu, ia pun dipaksa untuk berpikir keras untuk bagaimana membantu usaha-usaha lokal tersebut di zaman teknologi ini. Akhirnya, muncul  ide tersebut dengan memberikan wadah bagi usaha-usaha lokal memamerkan destinasinya melalui aplikasi yang digaungkannya.

"Karena dalam pengalaman kami juga, saat traveller sulit mendapatkan tempat-tempat yang eksotik dan auntetik karena adanya iming-iming, atau bonus-bonus yang diberikan travel guide. Sehingga, kita traveller tidak benar-benar hadir, atau datang ke tempat yang benar-benar menawarkan produk yang eksotik dan autentik," tuturnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya