Tiga Perusahaan RI Masuk Forbes, Apa Kiatnya?

Forbes
Sumber :
  • farm1.static.flickr.com

VIVAnews - Tiga perusahaan ini bisa memberi kita harapan. Jasuindo Tiga Perkasa, Nippon Indosari Corpindo dan Panin Sekuritas. Mereka perusahaan terbuka. Sudah menjual saham kepada publik. Kinerja keuangan mereka kinclong. Manajemen mumpuni.

Mangkir dari Pemeriksaan, KPK Bakal Panggil Lagi Gus Muhdlor Pekan Depan

Majalah terkemuka Forbes, yang rajin mengamati kinerja perusahaan sejagat, memasukkan tiga perusahaan itu dalam daftar 200 Best Under A Billion. Jasuindo bertengger di peringkat ke-95, Nippon Indosari, produsen Sari Roti duduk di peringkat 132 dan Panin Sekuritas di urutan 140.

Jasuindo Tiga Perkasa adalah perusahaan di bidang usaha penyediaan dokumen niaga. Sistem yang dibuat perusahaan ini mudah dan terintegrasi. Mencatat penjualan US$68 juta. Laba bersih US$8 juta. Saat ini, nilai pasar Jasuindo mencapai US$46 juta.

Pembongkaran Pasar Kutabumi Diwarnai Kerusuhan, Sejumlah Orang Mengalami Luka-luka

Sedangkan Nippon Indosari Corpindo adalah produsen roti. Merek yang paling terkenal di tanah air adalah Sari Roti. Pemasaran roti mereka merangsek langsung ke konsumen. Sangat mudah menemukan gerobak Sari Roti, terutama di wilayah Jawa dan Sumatera. Perusahaan ini mencatat penjualan US$68 juta dan laba bersih US$11 juta. Sari Roti memiliki nilai pasar US$394 juta.

Panin Sekuritas mencatat penjualan US$40 juta dengan laba bersih US$27 juta. Nilai pasar yang dikuasai anak usaha kelompok bisnis Panin,  yang bergerak di bidang jasa brokerage dan manajer investasi itu mencapai US$109 juta. Dengan kinerja sebagus itu, tiga perusahaan dari Indonesia ini memang patut masuk kategori 200 perusahaan terbaik.

Khawatir Ada Aksi saat Putusan Sengketa Pilpres, TKN Siapkan Satgas Khusus

Forbes memang tidak menilai semua perusahaan. Yang dinilai cuma perusahaan-perusahaan dengan pendapatan berkisar US$5juta hingga US$1 miliar. Sekitar  Rp40 miliar-Rp8 triliun.

Forbes menyeleksi setidaknya 15.000 perusahaan yang masuk pada tahap awal. Lalu dikerucutkan lagi dengan melihat pertumbuhan pendapatan, penjualan, dan return on equity (ROE) selama 12 bulan terakhir dan 3 tahun belakangan.

Forbes menilai 200 korporasi di Asia Pasifik yang masuk dalam daftar ini sanggup mengelola perusahaan semenjak krisis  mulai membekap ekonomi dunia pada 2008. Sebagian besar perusahaan-perusahaan itu bahkan mampu menghindari dari krisis utang.

Rata-rata 200 perusahaan ini memiliki ratio debt to equity sebesar 13 persen. Bahkan 13 persen di antaranya tidak memiliki utang sama sekali. Dalam daftar tersebut, tiga perusahaan di Asia menyandang peringkat terbaik. Ketiga perusahaan itu adalah 361 Degrees International dari China, A.K. Capital Services (India), dan AAC Acoustic Tecnologies (China). 

Perusahaan China, India, dan Taiwan terlihat sangat mendominasi daftar 200 perusahaan itu. Rata-rata perusahaan China mengalami pertumbuhan penjualan sebesar 43 persen dalam tiga tahun terakhir. Sementara itu, laba bersih per saham (earning per share) sebesar 50 persen.

Apa kiatnya?

Nippon Indosari Corpindo sungguh gembira masuk dalam  jajaran 200 Best Under A Billion versi Majalah Forbes itu. Penghargaan ini diraih setelah setahun emiten berkode ROTI itu menjadi perusahaan publik, masuk ke bursa saham.

Nippon Indosari saat ini memiliki lima pabrik yang berlokasi di Cikarang, Pasuruan, Semarang, dan Medan. Mampu memproduksi roti sebanyak 1,82 juta potong per hari. Pada 2012, Nippon Indosari berencana mengerek jumlah produksi. Caranya dengan membangun pabrik di sejumlah daerah seperti Cibitung, Palembang, dan Makassar.

Dengan penambahan tiga pabrik tersebut, perseroan berharap jumlah produksi roti bisa bertambah sekitar 800 ribu per hari. Penambahan pabrik pengolahan roti tersebut bakal menambah kapasitas produksi perusahaan sebesar 30 persen. Dari 1,8 juta menjadi 2,4 juta.

Direktur Operasional Nippon Indosari Corpindo, Yusuf Hady menjelaskan perseroan lebih memilih sistem pemasaran melalui produksi massal ketimbang membuka butik roti di toko-toko atau mal. "Kami tidak berencana membuka butik atau gerai. Kami tidak ada rencana ke sana," tambahnya.

Strategi pemasaran yang dilakukan perusahaan ini adalah menyasar pasar-pasar seperti toko swalayan, pedagang roti keliling, serta toko-toko kelontong yang banyak terdapat di lingkungan konsumen. Dengan memproduksi roti dalam jumlah besar, Nippon Indosari mengaku lebih gampang menyasar masyarakat kelas menengah ke bawah, sehingga target penjualan dapat tercapai.

Yusuf menambahkan bahwa strategi pemasaran melalui pembukaan butik roti justru akan membuat harga roti menjadi mahal. Sebab perusahaan harus membayar tarif sewa. Biaya itu lazimnya dibebankan ke konsumen dengan menjual produk lebih mahal.

Direktur Utama PT Panin Sekuritas, Hendrata Sadeli juga sungguh gembira dengan masuknya tiga perusahaan Indonesia dalam daftar Forbes karena dapat mengangkat nama Indonesia di arena internasional. Bagi Panin Sekuritas, penghargaan ini adalah buah dari kerja keras manajemen dan karyawan.

Saat ini dana kelola manajemen aset, termasuk produk reksadana sejumlah Rp8 triliun. Peminat produk ini mencapai 10 ribu investor. Sementara untuk investor saham yang aktif hanya separuhnya yaitu 5.000 investor. Panin sekuritas menargetkan dana kelola mencapai Rp10 triliun pada tahun ini.

Forbes juga memasukan kriteria, berhasil mengelola perusahaan selama krisis ekonomi yang mulai berlangsung pada 2008, dalam memilih 200 perusahaan itu. Dan Panin Sekuritas sudah melewati krisis itu dengan sangat baik.  Panin Sekuritas, kata Hendrata, memiliki manajemen risiko yang baik. "Pada saat krisis kami tidak terlalu kena dampaknya karena kami sudah menghantisipasi dalam keadaan pasar jatuh," tambahnya.

Keuntungan perusahaan publik

Direktur Bursa Efek Indonesia Eddy Sugito mengatakan mayoritas perusahaan yang masuk bursa menunjukkan peningkatan kinerja. Perusahaan yang masuk bursa juga lebih transparan. Jika sebelum masuk bursa saham, ada pendapatan yang disembunyikan untuk mengurangi pajak, maka akan segera berbeda sesudah mereka masuk bursa.

Sementara terkait kinerja emiten di BEI, perusahaan di Indonesia memang tidak setara jika dibandingkan dengan China, Taiwan dan India, yang mendominasi daftar 200 Best Under A Billion dari Forbes. Kapitalisasi pasar China saja 10 kali lipat dibanding Indonesia.

Perusahaan China juga lebih dikenal di dunia. Sementara untuk Taiwan, terkenal dengan perusahaan teknologi tinggi. India memang lebih maju dibanding Indonesia mengingat negara itu memiliki lebih 500 emiten, dibanding BEI yang memiliki 434 emiten. "Jadi memang sulit membandingkan itu. Kita harus akui mereka lebih maju. Banyak perusahaan besar di Indonesia yang diluar bursa. Bagaimana kita bisa menggiring agar mereka masuk ke bursa," tambahnya.

Namun dari sisi kinerja, emiten di Indonesia terus tumbuh. Hingga Juni 2011 laba perusahaan yang  tercatat di bursa mengalami kenaikan 30 persen. Selama krisis ekonomi, perusahaan Indonesia juga tidak terlalu banyak terpengaruh. Kecuali sejumlah perusahaan yang sektor bisnisnya rentan, seperti perusahaan yang ekspor langsung ke Amerika dan Eropa."Perusahaan Indonesia lebih banyak di sektor domestik sehingga tak terlalu terpengaruh,"kata Eddy Sugito.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya