Wanita, Perkosaan, dan Rawannya Angkutan Umum

Seorang supir angkot memperbaiki kendaraannya di Terminal Kampung Melayu
Sumber :
  • VIVAnews/Tri Saputro

VIVAnews - Kejahatan seksual di atas angkutan umum Jakarta terus berulang. Yang terbaru, polisi mengungkap aksi pemerkosaan di atas angkot D-02 jurusan Lebak Bulus-Pondok Labu. Aksi laknat itu dilakukan oleh para “sopir tembak” terhadap seorang karyawati berinisial SRS (27). Polisi telah menangkap salah satu pemerkosa, Yogi. Tiga temannya, Andri, Arif, dan Sebastian masih diburu.

Kepada wartawan VIVAnews.com Siti Ruqoyah yang berhasil mewawancarainya di tahanan, Yogi mengaku aksi itu dia lakukan secara sadar. Yang lebih bejat, dia mengaku menyasar wanita mana saja. “Siapa saja penumpang wanita yang ada di situ kami jadikan sasaran," katanya, Kamis 15 September 2011, dengan wajah biru lebam gara-gara dihajar warga saat ia ditangkap. Wawancara selengkapnya baca di sini.

Kini, Yogi meringkuk di tahanan Markas Polres Metro Jakarta Selatan untuk mempertanggungjawabkan kejahatannya.  

Kepala Humas Polres Jakarta Selatan, Ajun Komisaris Aswin, menuturkan pemerkosaan itu berlangsung pada 1 September 2011 lalu, sekitar pukul 00.30 WIB. Di malam yang nahas itu, SRS yang baru pulang kerja turun dari Kopaja di kawasan Cilandak, Jakarta. Saat menunggu angkutan umum lain ke arah rumahnya di Pondok Gede, mikrolet D-02 jurusan Ciputat-Pondok Labu yang disopiri Yogi datang menghampirinya. SRS ditawari akan diantar sampai Pasar Rebo. Padahal, angkot ini tak melayani trayek ke arah itu.

Tak Melulu Konsumsi Pil Vitamin, Ini 5 Buah yang Mengandung Vitamin C Tinggi

Yogi dan seorang temannya duduk di bangku depan, sementara dua teman lainnya di bangku penumpang belakang. Baru berjalan berapa saat, para pelaku yang ada di belakang langsung menutup pintu angkot. Satu lainnya memegangi SRS yang sudah mulai curiga.

Musik di dalam angkot disetel kencang agar teriakan SRS tidak terdengar dari luar. Salah seorang pelaku, Andri alias Putaw, menyuruh korban membuka baju. Penolakan dan perlawanan SRS sia-sia saja. Dia tak berkutik ditelikung dua lelaki yang jauh lebih kuat darinya.

"Putaw memaksa korban melakukan hubungan badan, tapi ditolak. Putaw kemudian marah dan membekap korban, dibantu Arif," kata Aswin.

Malang tak dapat dicegah. Sambil dibawa berkeliling, SRS digagahi Putaw. Habis Putaw melampiaskan nafsunya, penderitaan SRS belum berakhir. Yogi yang mengendarai angkot berpindah posisi. Giliran dia memperkosa SRS.

Dalam keadaan lemah tak berdaya, SRS diturunkan para berandal itu di kawasan Ragunan, di sekitar Kompleks Marinir. Beberapa barang korban, seperti BlackBerry Gemini, ponsel Esia, uang tunai Rp700 ribu, dirampas. Dengan pertolongan warga sekitar, SRS kemudian diantar pulang ke rumah.

Semula SRS tak melapor polisi. Dua minggu kemudian, SRS mengenali wajah Yogi yang sedang mengetem di perempatan Lebak Bulus, Jakarta. Langsung dia mengadu kepada polisi lalu lintas di dekat situ. Yogi mencoba kabur, tapi tanpa ampun dia diringkus dan dihajar warga, sebelum kemudian digelandang ke kantor polisi.

Bukan kasus pertama

Belum lama berselang, pemerkosaan di dalam angkot--yang bahkan berujung pembunuhan—juga menimpa seorang mahasiswi Universitas Bina Nusantara bernama Livia Pavita Soelistio. Pelakunya juga kawanan “sopir tembak” angkot M24 jurusan Slipi-Binus-Kebon Jeruk. Polisi sudah menangkap empat penjahat pelakunya.

Sama seperti Yogi cs., para tersangka mengaku sejak awal mereka memang sudah mempersiapkan diri untuk merampok. Mereka mengincar siapa saja wanita yang naik angkot mereka. Modusnya juga nyaris sama.

Mendagri: Dewan Kawasan Aglomerasi Bukan Ambil Alih Kewenangan Pemerintahan Daerah

Begitu almarhumah naik angkot durjana itu, mereka meringkus dan membawanya berputar-putar. Livia yang malang lalu dibawa ke sebuah istal kuda di daerah Kemanggisan, Jakarta Barat. Di tempat inilah dia diperkosa beramai-ramai, dan tewas dibekap.

Dalam keadaan tak bernyawa, sekitar pukul 16.30 WIB, mayat Livia dibuang di kawasan Cisauk, Tangerang, Banten. Baru pada tanggal 21 Agustus 2011, jenazahnya ditemukan dalam kondisi yang susah dikenali lagi.

Kejahatan serupa—meski tak sampai diperkosa--juga dialami seorang wanita lain di Depok, Jawa Barat, pada Jumat pagi, 31 Desember 2010 yang lalu. Kali ini menimpa Elvira Taufani, 40, warga Beji. Akan berangkat kerja, sekitar pukul 06.45 dia naik angkot D04 jurusan Kukusan menuju Terminal Depok. Tiba-tiba lelaki yang duduk di sebelahnya membekap mulut dia dan menodongkan pistol sambil mengancam akan membunuhnya jika dia melawan.

Rupanya dia merupakan salah seorang dari kawanan perampok di angkot itu. Elvira mereka paksa mencairkan uang dari kartu ATM-nya sebesar Rp15 juta, sebelum mereka buang di kawasan Kampung  Rawa Kalong, Setia Mekar, Tambun Selatan, Bekasi.

Menurut catatan Kepolisian Daerah Metro Jaya, hingga September ini selama tahun 2011 terjadi 40 kasus pemerkosaan. Tiga kasus di antaranya terjadi di dalam angkutan umum.

Sasaran empuk

Kriminolog dari Universitas Indonesia, Adrianus Meliala, melihat angkutan umum di Jakarta saat ini memang sangat tidak bersahabat bagi wanita.  Penambahan jam operasi bus Transjakarta dari semula cuma sampai pukul 22.00 WIB menjadi pukul 23.00, dia nilai belum cukup untuk mengimbangi aktivitas kota Jakarta yang tidak pernah berhenti berdetak.

Putra Mahkota Abu Dhabi Telepon Gibran Ucapkan Selamat Jadi Pemenang Pilpres 2024

"Angkutan Jakarta memang tidak bersahabat bagi wanita. Apalagi buat mereka yang bekerja malam hari. Mereka sangat dekat dengan kejahatan,” katanya.

Melihat aksi pemerkosaan di dalam angkot terus berulang, Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Untung S. Rajab meminta semua pemilik angkot tak menyerahkan pengoperasian armadanya kepada “sopir tembak”. Untung mengancam akan memberikan sanksi kepada pemilik angkot yang membandel.

"Perilaku sopir di angkutan memang di luar tanggung jawab pemilik angkot. Tapi, kalau dia menyerahkannya kepada yang tidak berhak, kemudian sampai tabrakan, bahkan korban meninggal dunia, pemilik angkot bisa dihukum karena tidak sah menyerahkannya kepada orang lain," kata mantan Kapolda Jawa Timur itu.

Pemilik angkot juga dilarang memasang kaca film dengan tingkat kegelapan 60 persen. Pemasangan kaca gelap seperti itu, kata Untung Rajab, merupakan pelanggaran. "Polisi akan menertibkan dengan cara persuasi. Tapi, kalau ada yang melawan atau melanggar aturan akan ditindak," dia menegaskan.

Kepala Biro Operasional Polda Metro Jaya Komisaris Besar Sujarno menghimbau warga masyarakat, khususnya kaum perempuan, yang pulang bekerja malam hari agar berhati-hati memilih angkutan umum. "Lihat dulu apakah di dalamnya ada perempuan juga atau tidak. Jangan naik angkutan jika berisi lelaki semua. Kita harus mewaspadai hal itu," katanya.

Sujarno juga meminta korban pelecehan untuk segera melapor kepada polisi. Dengan begitu, pelaku bisa diproses secara hukum. "Masyarakat jangan segan melapor. Dalam hal publikasi bisa kami jamin dirahasiakan. Penanganannya khusus, sidangnya juga tertutup," kata Sujarno.

Lain lagi dengan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo. Sembari berjanji akan meningkatkan kualitas dan keamanan angkutan umum di Ibukota, Foke—begitu Fauzi biasa disapa--mengimbau warga masyarakat, khususnya kaum wanita, untuk menjaga diri saat menggunakan angkutan umum.

"Bayangkan saja kalau naik mikrolet, orang yang duduk di depannya pakai rok mini. Agak gerah juga, kan? Kalau orang naik motor pakai celana pendek, ketat lagi, bayangin aja, itu yang di belakangnya bisa ikut goyang-goyang," kata Fauzi berseloroh di Balaikota DKI Jakarta, Jumat, 16 September 2011.

Kapolda Untung Rajab juga menyatakan setuju dengan gagasan perlunya memberikan seragam dan kartu identitas yang jelas kepada para sopir angkot. Tujuannya, agar para sopir mudah dikenali dan keberadaan “sopir tembak” bisa diminimalisir. "Boleh saja kalau memang ada wacana mau diseragamkan. Apapun wacananya kalau itu untuk kebaikan masyarakat akan kami dukung," ujarnya.

Para sopir angkot pun mendukung ide ini. "Bagus, kami malah senang pakai seragam. Penumpang jadi tidak takut dan ragu naik angkot," ujar Asril, sopir angkot D-02 yang mengaku telah mengemudikan angkot selama 30 tahun. "Itu perlu. Soalnya, kadang-kadang ada yang masih belum cukup umur sudah pada narik. Mereka tidak memikirkan siapa yang lagi dibawa, ugal-ugalan." (kd)

Lolly, putri sulung Nikita Mirzani

Tegas! Nikita Mirzani Coret Nama Lolly dari KK, Hak Waris, dan Asuransi: Sudah Gak Peduli!

Lolly sendiri saat ini sudah pulang ke Indonesia setelah tinggal lama di London, Inggris. Nikita Mirzani tahu anaknya itu pulang berdasarkan informasi dari sosial media.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024