Pemilu Iran dan Seteru Khamenei-Ahmadinejad

Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad
Sumber :
  • Press TV

VIVAnews - Perolehan suara pada pemilihan parlemen Majelis Iran sebagian besar sudah dihitung. Jumlahnya mencerminkan secara jelas adanya perpecahan di antara kubu pemimpin tertinggi Ayatollah Khamenei dengan Presiden Mahmoud Ahmadinejad.

Berdasarkan laporan Reuters, sudah 90 persen perolehan suara yang dihitung pada Minggu waktu setempat. Berdasarkan penghitungan, pemilu parlemen Jumat pekan lalu menghasilkan lebih dari 75 persen suara untuk para calon dari pihak Khamenei. Sementara kubu loyalis Ahmadinejad jatuh terpuruk, dibandingkan pemilu sebelumnya.

Di beberapa tempat, loyalis Khamenei menang besar. Sebut saja di ibu kota Teheran, kubu Khamenei memenangkan 19 dari 30 kursi parlemen yang diperebutkan, sisanya dimenangkan kubu Ahmadinejad. Di kota suci Syiah, Qom dan Mashhad, calon anggota parlemen dari Khamenei memenangkan lebih dari 90 persen suara.

Pemerintah Harus Antisipasi Kebijakan Ekonomi-Politik Imbas Perang Iran-Israel

Di pedesaan, kubu Khamenei menang 70 persen. Padahal, pada pemilu 2009, kota-kota ini jadi lumbung suara bagi kubu Ahmadinejad. Di antara kroni Ahmadinejad yang kalah pemilu adalah adik kandungnya sendiri, Parvin Ahmadinejad.

Dari 290 kursi di Majlis yang diperebutkan, sebanyak 88 kursi telah dikantongi kubu konservatif Khamenei. Sementara kubu Ahmadinejad baru mengantongi 44 kursi. Di beberapa tempat pemilihan, akan dilakukan pemilihan putaran kedua untuk sekitar 50 kursi. Ini dilakukan karena para kandidat gagal mendapatkan lebih dari 25 persen suara yang diperlukan.

Menurut kantor berita Mehr, lebih dari 70 persen dari 48 juta pemilih yang ikut dalam pemilihan Jumat lalu. Jumlah ini meningkat dibandingkan pemilu 2008 dan 2004 silam yang hanya menarik 57 dan 51 persen pemilih.

Jumlah ini tidak dapat dikonfirmasi, karena pemilu Iran tertutup untuk jurnalis asing dan lembaga pengawas pemilu independen.

Ini adalah kali pertama pada pemilu parlemen Iran kedua kubu memisahkan diri. Sebelumnya pada pemilu 2008 lalu, pihak Khamenei mendukung kemenangan Ahmadinejad, sehingga menghasilkan 75 persen suara. Selanjutnya bisa diterka, Ahmadinejad kembali menjabat sebagai presiden.

Prediksi Premier League: Fulham vs Liverpool

Inilah yang kemudian memicu protes Gerakan Hijau yang digawangi Hossein Mousavi dan Mehdi Karroubi. Protes ini kemudian berujung pada kekerasan pemerintah terhadap para aktivis selama delapan bulan berturut-turut. Sebanyak 72 aktivis tewas, meski pemerintah Iran mengklaim hanya 36 yang mangkat.

Seteru Khamenei dan Ahmadinejad
Ahmadinejad sempat disebut-sebut sebagai anak Teokrasi Iran. Namun belakangan, reputasinya berubah dari anak kesayangan menjadi musuh dalam selimut bagi Khamenei. Beberapa kali keduanya terlibat ketegangan di pemerintahan.

Seteru keduanya dititikberatkan pada posisi Ahmadinejad yang semakin unggul dan vokal di tengah masyarakat, berkat kebijakannya yang populis. Selain itu, Ahmadinejad dinilai telah lancang melanggar ideologi velayat-e faqih yang digagas Ayatollah Khomeini semasa hidupnya. Ideologi ini mengatur pemimpin agama berada di atas pemerintah. Berarti, setiap keputusan presiden haruslah atas persetujuan pemimpin tertinggi, Khamenei.

Salah satu konflik yang paling jelas antara keduanya adalah ketika Ahmadinejad memecat Menteri Intelijen Heidar Moslehi April tahun lalu. Keputusan ini diambil sepihak, tanpa berkonsultasi dengan Khamenei. Alhasil, Khamenei memveto pemecatan tersebut dan mengembalikan Moslehi pada posisinya semula. Sejak itu, Ahmadinejad jarang menampakkan wajahnya ke publik dan beberapa kali bolos rapat kabinet.

Ahmadinejad juga dianggap menerapkan nepotisme di pemerintahannya. Tidak jarang, kerabat dekatnya menempati posisi penting di pemerintahan. Dia juga pernah memecat Menteri Luar Negeri ketika tengah menjalani misi diplomatis di Senegal.

Selain itu, pada kepemimpinannya, Iran mengalami inflasi yang tinggi setelah Ahmadinejad memotong subsidi pangan dan BBM, dan menggantikannya dengan bantuan tunai kepada rakyat sekitar Rp346 ribu per orang.

Berbagai hal inilah yang kemudian membuat parlemen Iran memanggil Ahmadinejad menghadap. Sekitar 100 dari 290 parlemen menandatangani petisi pemanggilan tersebut. Dijadwalkan, dia akan menghadap bulan depan.

Pria 55 tahun ini akan menjadi presiden Iran pertama yang dipanggil parlemen sejak Revolusi Islam tahun 1979.

Jika Ahmadinejad tidak datang atau tidak berhasil meyakinkan parlemen, maka dia bisa terancam dimakzulkan. Tapi salah satu anggota parlemen mengatakan opsi ini tidak akan mungkin dilakukan.

Namun, buruknya nama Ahmadinejad di antara para pemangku kepentingan akan membuat pamornya turun, jelang pemilihan presiden tahun depan. Kendati tidak akan mencalonkan diri lagi, namun Ahmadinejad akan kehilangan pengaruh sebagai salah satu mantan petinggi negara.

Ditanya Kontrak STY, Erick Thohir Sebut Sepakbola Indonesia di Jalur yang Tepat

Kecurangan Khamenei
Khamenei tidak diragukan lagi adalah pemimpin tertinggi Iran yang tidak tergoyahkan sejak terpilih menggantikan Khomeini pada 1989. Dia memimpin ratusan ribu tentara khusus Garda Revolusi dan paramiliter Basij. Kekuatan inilah yang diduga digunakan pria kelahiran 1939 ini untuk menggempur demonstran paska pemilihan Ahmadinejad 2009 silam.

Teorinya, dia bisa dilengserkan oleh keputusan 86 ulama yang tergabung dalam Dewan Ahli Iran. Tapi para ulama ini enggan berhadapan dengan pemegang kuasa pertahanan dan serangan.

Dalam pemilu kali ini, Khamenei juga menggunakan pengaruhnya untuk mencegah kemenangan Ahmadinejad. Salah seorang politisi Iran kepada Reuters mengatakan bahwa pada ulama, Garda Revolusi dan tokoh masyarakat pendukung Khamenei turun untuk memastikan pada politisi loyalis Ahmadinejad ikut serta dalam pemilu.

Sumber mengatakan, Dewan Pelindung, terdiri dari enam ulama dan enam juri penentu kandidat calon anggota parlemen menyulitkan orang-orang dari kubu pemerintah. Mereka memaksa kubu Ahmadinejad mencari orang yang lebih muda, yang tidak terlalu dikenal.

"Dalam data, mereka tidak memiliki hubungan apa-apa dengan Ahmadinejad, tapi Dewan ini terlalu cerdik untuk dapat dikelabui. Sekitar 45 persen calon dari Ahmadinejad didiskualifikasi," kata sumber yang enggan disebutkan namanya.

Politik Luar Negeri yang Solid
Siapapun pemimpinnya, Iran telah menetapkan sikap mereka soal politik luar negeri. Sejak revolusi Islam 1979 hingga saat ini, Iran bersikukuh musuh mereka adalah Amerika Serikat dan Israel. Jargon mereka yang terkenal adalah, "Kematian untuk Amerika, kematian untuk Israel."

Kendati kedua pemimpin Iran, Khamenei dan Ahmadinejad, berseteru, namun keduanya satu suara soal memusuhi Amerika Serikat. Seperti pendahulu mereka, Khomeini, keduanya menganggap AS adalah serigala untuk domba-domba Iran.

Berbagai sanksi dan embargo yang diterapkan AS sejak kepemimpinan Jimmy Carter tidak menggoyahkan Iran. Fokus sanksi awalnya sebagai bentuk protes penyerangan dan penyanderaan staf Kedutaan Besar AS di Teheran pada awal revolusi hingga perang Iran dan Irak pada tahun 80an. Saat ini, fokus sanksi AS adalah untuk menghentikan program nuklir negara tersebut.

Barat yakin, Iran saat ini tengah membuat senjata nuklir. Dugaan ini didukung oleh laporan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) tahun lalu yang mengatakan Iran sudah menguasai teknologi pembuatan bom nuklir. Iran membantah dengan mengatakan bahwa nuklir mereka untuk tujuan medis, yaitu membuat isotop untuk perawatan kanker.

Ini sulit dibuktikan, karena Iran tertutup terhadap pengawas dari luar. IAEA harus menelan pil pahit setelah kunjungan mereka bulan lalu nihil. Mereka dilarang masuk ke pangkalan militer Parchin, lokasi yang paling dicurigai sebagai tempat uji coba senjata nuklir.

Sanksi terbaru AS terhadap Iran adalah embargo minyak mentah negara tersebut. Sanksi ini didukung oleh para sekutu AS, di antaranya Uni Eropa dan Jepang. Selain ancaman sanksi, Iran juga tengah menjadi bayang-bayang serangan Israel yang gerah dengan program nuklir Ahmadinejad.

Khamenei mengatakan negaranya tidak takut pada serangan dan sanksi yang akan menjadi senjata makan tuan bagi AS. Dia juga tidak peduli pada kekhawatiran Barat soal nuklir Iran. Khamenei juga enggan berkomentar soal dialog antara kekuatan global dengan Iran soal nuklir ini.

"Menjawab ancaman embargo minyak dan perang, kami telah punya ancaman lain yang kami hadapi saat ini. Yaitu ancaman dari mereka yang ingin menghancurkan pemikiran Islami kami," kata Khamenei. (eh)

Mensos Risma

Mensos Risma Berikan Pesan ke Konten Kreator: Tidak Usah Takut untuk Melangkah!

Dalam acara bertajuk YouTube Seribu Kartini Beda Tapi Sama di Jakarta, Jumat,19 April 2024, Menteri Sosial Risma mengemukakan bahwa seorang kreator konten tidak takut.

img_title
VIVA.co.id
20 April 2024