Ekonomi Asia Melambat, Bagaimana Peluang RI?

Kota Shanghai
Sumber :
  • Courtesy of Gensler

VIVAnews - Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Asia Timur dan Pasifik, termasuk China akan melambat pada tahun ini. Pertumbuhan ekonomi kawasan itu diprediksi mencapai 7,6 persen atau turun dibanding 2011 yang sebesar 8,2 persen dan 2010 mencapai 10 persen.

Pertama Kali, Ukraina Tembak Jatuh Pesawat Pengebom Rusia

Perkembangan ancaman krisis keuangan di negara-negara zona Eropa dan turunnya pertumbuhan ekonomi China dinilai menjadi penyebab lambatnya pertumbuhan di kawasan regional tersebut.

Kendati demikian, kinerja kawasan Asia pada skala global masih tergolong kuat dengan pertumbuhan berkisar dua persen lebih tinggi dari negara berkembang di kawasan lain, termasuk Uni Eropa. Tingkat kemiskinan pun turun.

Relawan Prabowo Batal Gelar Aksi, Polisi Berlakukan Pengalihan Arus Situasional Depan MK

Selain itu, bagi sebagian kalangan investor dan pelaku pasar modal, Indonesia yang masuk dalam zona Asia diprediksi tetap menjadi incaran investasi atau modal mereka, meski pertumbuhan ekonomi RI juga akan melambat di tahun ini.

Menurut Kepala Ekonom Bank Mandiri, Destry Damayanti, sejumlah kelebihan seperti ekonomi domestik yang kuat, pangsa pasar yang besar, jumlah penduduk dan usia produktif, serta sumber daya alam yang melimpah menjadi keunggulan Indonesia dibandingkan negara Asia lain.

"Kita tahu, kelas menengah terus tumbuh, predikat invesment grade, cadangan devisa kuat, pengeloaan utang yang cukup hati-hati, dan kebijakan moneter yang komprehensif turut membuat pemodal asing maupun lokal masih mempercayakan dananya di Indonesia. Jadi, meski pertumbuhan ekonomi melambat seperti negara Asia lainnya, RI tetap menarik," kata dia kepada VIVAnews di Jakarta, Rabu 23 Mei 2012.

Alasan lain, tambah Destry, yakni kesiapan Indonesia dalam menghadapi implementasi Asean Economic Community di 2015, bergesernya kekuatan ekonomi dari Barat ke Timur, serta masih rendahnya penetrasi sektor keuangan RI yang membuka ruang untuk tumbuh juga menjadi peluang investor melirik negara ini sebagai ladang bisnis mereka di Asia. "Yield (imbal hasil) obligasi yang relatif menarik dibandingkan negara lain turut menjadi catatan tersendiri," ujarnya.

Di tempat terpisah, Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia, Ashley Taylor menyatakan bahwa Indonesia merupakan pemain besar dalam pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Timur dan Pasifik.

Perkembangan Terbaru Pengobatan TBC Resisten Obat, Bikin Cepat Sembuh dengan Obat Ini!

"Indonesia punya pasar domestik yang besar. Apalagi di ASEAN, Indonesia merupakan yang paling maju," kata Taylor dalam peluncuran 'East Asia Pacific Economic Update' di Jakarta, Rabu.

Taylor mengungkapkan, Indonesia mempunyai kekuatan besar di pasar domestik, juga di sisi manufaktur dan sumber daya alam. "Saya rasa itu adalah alasan bagi negara-negara lain untuk melihat Indonesia sebagai negara tujuan yang menarik bagi perusahaan internasional dalam mengembangkan usaha," ungkapnya.

Bank Dunia, menurut Taylor, menilai Indonesia memiliki ketahanan ekonomi yang sangat mengagumkan. Untuk itu, ia mengatakan bahwa seharusnya keadaan ekonomi ke depan semakin maju.

Taylor juga menilai bahwa kebijakan perekonomian Indonesia sudah berjalan di jalur yang benar. "Arah ekonomi Indonesia sudah di arah yang benar, tinggal bagaimana pemerintah mengaturnya agar tetap seperti itu," ujarnya.

Bank Dunia merilis data bahwa sepanjang 2011, perekonomian Indonesia berangsur tumbuh setiap kuartalnya. Bahkan untuk 2012, meski diprediksi turun menjadi 6,1 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai 6,5 persen, diprediksi akan naik lagi menjadi 6,4 persen di 2013.

Bank Dunia juga menilai pertumbuhan ekspor Indonesia diproyeksikan melemah tahun ini. Namun, pertumbuhan pasar dalam negeri diperkirakan terus menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Jadi Peluang

Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik, Bert Hofman menilai krisis keuangan yang menghantam Eropa sedikit banyak berpengaruh terhadap kawasan Asia Timur dan Pasifik.

Namun, hal tersebut bisa menjadi kesempatan bagi kawasan Asia untuk unjuk gigi dengan memaksimalkan potensi lokal supaya perekonomiannya tetap kokoh.

"Eropa sedang krisis, dan Amerika Serikat pertumbuhannya juga tidak terlalu bagus. Padahal, keduanya memiliki hubungan ekonomi dengan kawasan Asia. Jadi kesimpulannya ya, krisis yang mereka alami memengaruhi kawasan Asia Timur dan Pasifik," kata Hofman dari Tokyo, melalui telewicara di Jakarta, Rabu.

Hofman menjelaskan, lebih dari 40 persen ekspor dari negara-negara Asia Pasifik ditujukan ke Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang. Maka, otomatis permintaan pun berkurang ketika tujuan ekspor mengalami masalah ekonomi.

Untuk itu, dia menambahkan, negara-negara di Asia diharapkan mampu mengurangi ketergantungan pada ekspor serta lebih mengandalkan permintaan domestik untuk mempertahankan laju pertumbuhan.

Selain itu, melemahnya perekonomian Eropa ternyata justru bisa memberi peluang bagi bank regional di kawasan Asia Timur dan Pasifik. "Bagi bank regional, ini kesempatan bagus untuk mengisi celah yang ditinggalkan bank-bank Eropa akibat krisis. Sebab, sepertiga pendanaan proyek dan perdagangan di Asia yang berasal dari bank-bank Eropa," terang Hofman.

Isu kepercayaan diri juga menjadi dampak merosotnya ekonomi Benua Biru. Sebab, negara-negara berkembang di kawasan, termasuk Indonesia, sudah mulai menyadari kekuatan sektor finansialnya masing-masing. (eh)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya