Baru Setahun Perintah Mesir, Presiden Mursi Digoyang

Demonstrasi anti Presiden Mohamed Mursi di Kairo Mesir
Sumber :
  • REUTERS/Amr Abdallah Dalsh

VIVAnews - Setahun lalu, mayoritas rakyat Mesir bersukaria merayakan terpilihnya presiden pertama hasil pemilu demokratis, Mohamed Mursi. Dia saat itu diharapkan bisa membawa perubahan bagi Mesir setelah lama ditindas Hosni Mubarak, yang dijatuhkan melalui revolusi rakyat 2011.

Setahun berselang, kesan sebagian rakyat Mesir atas Mursi berubah 180 derajat. Mursi, politisi yang disokong kelompok Ikhwanul Muslimin (Moslem Brotherhood), dinilai belum memenuhi janji-janjinya memperbaiki Mesir. Ekonomi negara itu justru memburuk dan lawan-lawan politiknya menilai dia mulai ikut-ikutan otoriter seperti Mubarak karena menolak berkompromi dengan kepentingan banyak pihak dalam menyusun kebijakan-kebijakan strategis. 

Itulah sebabnya sepanjang akhir pekan lalu rakyat Mesir kembali berkumpul di alun-alun Tahrir, di jantung Ibukota Kairo. Seperti saat menggulingkan Mubarak dua tahun lalu, mereka ramai-ramai berteriak agar Mursi segera mundur dari kursi presiden.

Kelompok utama oposisi, Tamarod, sebagai motor demonstrasi mengultimatum Mursi untuk mundur selambat-lambatnya Selasa 2 Juli 2013 pukul 5 sore waktu setempat. Bila tidak, Tamarod mengancam akan kembali mengerahkan massa dalam jumlah lebih besar dan akan ada "pembangkangan sipil besar-besaran". 

Pada Minggu malam, dilaporkan kantor berita Reuters, demonstrasi di Lapangan Tahrir melibatkan setengah juta orang. Demonstrasi yang sama juga berlangsung di Alexandria, kota terbesar kedua Mesir.

Namun, simpatisan Mursi dari kelompok Ikhwanul Muslimin tidak tinggal diam. Mereka pun menggelar unjuk rasa mendukung Mursi di dekat istana presiden. Bagi mereka, Mursi merupakan pemimpin yang sah hasil Pemilu yang demokratis. Dia baru setahun memimpin dan perlu waktu untuk menata kembali sistem ekonomi dan politik Mesir yang masih berantakan dan tercemar korupsi akibat peninggalan rezim lama. 

Sayangnya, gelombang demonstrasi sepanjang akhir pekan lalu itu memakan korban jiwa. Sedikitnya 10 orang tewas dan lebih dari 600 orang cedera ketika terjadi bentrokan antara massa pendukung dan penentang Mursi, maupun antara demonstran dengan pihak keamanan, begitu dilaporkan Al-Jazeera dan Reuters.

Kekerasan tetap berlanjut di awal pekan yang baru. Hari ini kantor pusat Ikhwanul Muslimin Mesir di Kairo diserbu dan coba dibakar massa. Berlokasi di Distrik Moqattam--sebagaimana digambarkan stasiun televisi Al-Arabiya--bangunan itu sebelumya dilempari bebatuan sebelum para penyerbu membakar dan menjarah perabotan di dalamnya.

Tim Saber Pungli Depok Beraksi, Amankan 4 Orang dari Terminal Depok

Menurut para saksi, sebelum penyerbuan berlangsung, semua penghuni gedung sudah diungsikan pada Senin subuh waktu setempat. Menurut juru bicara Ikhwanul, Gehad al-Haddad, sekitar 150 preman menyerang kantor mereka dengan bom molotov dan batu. 

Para pengurus Ikhwanul mengeluh lambatnya kerja polisi dalam menangani dan mengantisipasi kerusuhan. Belum jelas sampai kapan rangkaian kekerasan ini berakhir.

Namun, diwartakan Reuters, para pemimpin oposisi yang sudah menggelar aksi-aksi protes sporadis selama Desember dan Januari lalu, kembali bertemu Senin ini untuk merencanakan aksi selanjutnya. Para pendukung Mursi pun tidak mau kalah. Sebagai sayap politik bagi Ikhwanul, Partai Kebebasan dan Keadilan juga bertekad tetap bertahan di sekitar istana presiden hingga kubu oposisi mengakhiri demonstrasi.

Sikap Mursi

Bobby Nasution akan Jalin Komunikasi dengan NasDem dan PKB untuk Pilgub Sumut

Mursi sendiri dalam beberapa hari terakhir tidak muncul di hadapan publik. Namun kantor kepresidenan Mesir menyatakan bahwa dia bersikap terbuka untuk berdialog dengan kelompok oposisi.

"Dialog merupakan satu-satunya cara bagi kita untuk saling mengerti. Presiden bersikap terbuka bagi dialog nasional yang kongkret dan serius," kata juru bicara kepresidenan Mesir, Ehab Fahmy, dalam siaran pers yang dipublikasikan Al-Arabiya.

Mursi sudah menyatakan tidak akan mundur seperti yang dituntut para pemrotes. Bagi dia, mundur di tengah masa jabatan berarti mengingkari konstitusi dan semangat berdemokrasi. Menurut Mursi, tidak ada jaminan bahwa pemimpin baru juga tidak akan digoyang oleh aksi serupa di kemudian hari. 

"Bila kita mengganti seseorang yang sudah dipilih berdasarkan legitimasi konstitusional, maka akan ada pihak-pihak lain juga yang menentang pemimpin baru dan seminggu atau sebulan kemudian mereka juga menuntut dia untuk mundur," kata Mursi dalam wawancara dengan harian Inggris, The Guardian, yang dipublikasikan Minggu kemarin.  
 
Maka, Mursi bertekad tidak akan mau begitu saja menuruti tuntutan pihak-pihak yang ingin dia lengser sebelum masa jabatannya berakhir. "Tidak ada ruang bagi setiap wacana yang bertentangan dengan legitimasi konstitusi. Memang setiap orang bisa berdemonstrasi dan mengutarakan pendapat. Namun, yang penting adalah penerapan konstitusi," kata Mursi.

Namun, kelompok Tamarod dan kelompok-kelompok oposisi terus saja menuntut bahwa tidak ada jalan lain untuk menyelesaikan krisis di Mesir selain menuntut Mursi mundur. Kelompok Ikhwanul pun diminta tidak menghalang-halangi tuntutan mereka.

Pada Sabtu pekan lalu Tamarod mengaku sudah mendapatkan 22 juta tandatangan dukungan. Jumlah itu melebihi seperempat dari total populasi Mesir.

Tamarod dan para pendukung oposisi yang berunjuk rasa menyatakan bahwa Presiden Mursi dan kelompok Ikhwanul selama ini tidak saja ingin mengekang kelompok liberal dan sekuler dengan menerapkan konstitusi dan kebijakan-kebijakan yang cuma sesuai dengan kepentingan kelompok mereka. Pemerintahan Mursi pun selama ini dinilai belum mampu membangkitkan ekonomi Mesir.

Situasi ekonomi saat ini, bagi mereka, bahkan memburuk. Sektor turisme dan investasi belum membaik, inflasi malah naik dan persediaan bahan bakar minyak di Mesir makin tipis. Itulah sebabnya aliran listrik seringkali putus di negeri itu selama musim panas.

Selain Tamarod, kelompok lain yang mengorganisir protes massal adalah Front Pembebasan Nasional (NSF). Kelompok-Kelompok ini sudah sejak lama mengorganisir demonstrasi besar-besaran yang terjadi pada Minggu kemarin. Tujuan mereka hanya satu, yaitu ingin menggulingkan presiden dari kalangan Ikhwanul seperti Mursi.

Mereka juga menuntut untuk segera diadakan pemilihan umum baru. Bagi kelompok oposisi, hasil pemilu tahun 2012 silam yang dimenangkan Mursi tidak mewakili suara rakyat Mesir secara keseluruhan.

Mereka mengatakan demikian karena parlemen didominasi oleh orang-orang dari kalangan Islamis. Menurut data yang diperoleh Al Arabiya, dari 80 juta penduduk Mesir, sebanyak 25 juta pemilih potensial dilaporkan belum menggunakan hak suara mereka.

Oleh sebab itu Mursi tidak menang mutlak dengan meraih perolehan mayoritas suara. Pada pemilu tahun 2012, Mursi meraih 51 persen suara dan berhasil mengalahkan seterunya, mantan Perdana Menteri Ahmed Shafiq yang menyabet 49 persen suara.

Maka anggota kelompok oposisi ini kemudian ramai-ramai membuat sebuah petisi menuntut pengunduran diri Mursi, yang diklaim sudah ditandatangani oleh 22 juta rakyat Mesir itu. Apabila jumlah itu benar, maka angka tersebut sembilan juta lebih banyak dibandingkan perolehan suara yang diraih Mursi dalam pemilu 2012 dengan pencapaian 12 juta suara. Hasil petisi ini rencananya akan dikirimkan oleh kelompok oposisi ke Istana Kepresidenan.

Namun, para pendukung Mursi dan kelompok Ikhwanul minta rakyat Mesir bersabar. Ulama berpengaruh asal Qatar, Sheikh Youssef Qaradawi, seperti dikutip Reuters, menilai walau kinerja presiden Mursi masih belum sesuai yang diharapkan, menumbangkan pemerintahannya di tengah jalan juga tak benar.

"Baru berapa lama Mohamed Mursi memerintah? Setahun kan. Apakah satu tahun cukup untuk menyelesaikan masalah yang sudah muncul selama 60 tahun? Tidak mungkin," kata Qaradawi di tengah kunjungannya ke Kairo. "Beri dia kesempatan dan bantulah dia. Semua harus bekerja sama." (kd)

Alasan Pemprov DKI Gelontorkan Rp 22,2 M untuk Perbaiki Rumah Dinas Gubernur
CIti.

CIti Gandeng Occam Genjot Kinerja Komunikasi

Occam menawarkan kemampuan dan fleksibilitas yang diperlukan untuk memastikan eksekusi program CIti yang efektif dan efisien.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024