"Tombol Bunuh" di Smartphone, Solusi atau Masalah Baru?

Ilustrasi pria cek ponsel
Sumber :

VIVAnews - Google dan Microsoft berencana menyematkan fitur baru bernama "Kill-Switch." Fitur ini telah lama menjadi incaran kedua sistem operasi mobile ternama itu. Fitur ini dianggap mampu mengurangi frekuensi pencurian ponsel pintar (smartphone). Bahkan iPhone besutan Apple telah membuktikannya.

Banyak orang yang merasa sangat menyesal dan putus asa ketika ponsel mereka dicuri. Pasalnya, data yang ada di dalam smartphone itu berpotensi untuk disalahgunakan, atau dijadikan alat untuk memeras penggunanya. Namun apakah dengan Kill-Switch ini masalah akan selesai?

Ketertarikan Windows dan Android terhadap "tombol bunuh" itu dikarenakan fitur tersebut mampu 'melumpuhkan' sebuah smartphone dari jarak jauh. Fitur ini sangat berguna untuk smartphone yang dicuri. Sekali 'tombol pembunuh' diaktifkan maka smartphone tidak akan lagi menyala dan sama sekali tidak berfungsi selamanya.

Dilansir melalui BBC, Jumat 20 Juni 2014, pihak keamanan di beberapa negara dilaporkan telah menyarankan kedua vendor software mobile itu untuk mengaplikasikan 'tombol pembunuh' pada sistem operasi yang mereka miliki. Diharapkan fitur itu akan menjadi fitur wajib yang tersemat dalam sistem operasi Android ataupun Windows mobile.

Korea Selatan telah lebih dulu mewajibkan untuk mengimplementasikan Kill-Switch namun kewajiban ini hanya tertuju pada para manufaktur smartphone di negaranya. Dilansir melalui Korea Joongang Daily, imbauan ini datang dari Kementerian Perencanaan Sains dan ICT Korea Selatan pada April lalu. Pemerintah Korea Selatan mewajibkan  seluruh rangkaian produk Samsung dan LG yang akan diluncurkan di negara tersebut untuk membenamkan aplikasi itu.

Aplikasi ini ternyata bukanlah sesuatu yang baru. Manufaktur kecil asal Korea, Pantech ternyata telah mengaplikasikan fitur ini dalam smartphone mereka sejak tahun lalu. Beberapa operator Korea Selatan seperti  SK Telecom, KT dan LG U+ berupaya untuk meminimalisir jumlah pencurian ponsel dengan membuat aplikasi bernama ‘lock’.

Kumpulan Kata-kata Inspiratif untuk Memperingati Hari Kartini

Aplikasi itu memungkinkan pelanggan smartphone untuk menghapus data ponsel atau mengunci ponsel secara remote jika ponsel tersebut ketahuan dicuri. Sayangnya, cara ini dianggap tidak efektif karena aplikasi ‘lock’ akan terhapus otomatis jika smartphone di-reset.

Masih menurut laman yang sama, Samsung juga mengaku telah membuat aplikasi kill-switch bernama Reactivation Lock pada Galaxy S5 yang dijual di Amerika. Apple juga telah melakukan hal yang sama sejak lama. Dengan adanya campur tangan Google dan Microsoft, secara otomatis Kill-Switch akan populer di kalangan pengguna smartphone.

Tingkat Pencurian Smartphone

Menurut laporan yang dipaparkan BBC, tingkat pencurian ponsel, khususnya smartphone terus meningkat setiap waktu. Tidak hanya di beberapa negara tapi hampir di seluruh negara di dunia.

Laporan dari pihak keamanan Amerika menyatakan jika sebanyak 3,1 juta perangkat mobile di Amerika telah dicuri sepanjang 2013 lalu. Angka ini naik dua kali lipat dibanding tingkat pencurian 2012 yang mencapai 1,5 juta unit. Data lain menyebutkan, di Eropa satu dari 3 orang di benua tersebut dipastikan mengalami kehilangan ponsel  atau pencurian. Sedangkan di Columbia, para oknum yang tidak bertanggung jawab telah mencuri sekitar satu juta perangkat mobile di tahun 2013 lalu.

Korea Selatan memang sangat memperhatikan warganya. Tidak heran jika kemudian pemerintah negara tersebut mengeluarkan kewajiban manufaktur untuk menyertakan kill-switch dalam produk mereka. Data di Korea Selatan, angka pencurian ponsel meningkat lima kali lipat antara tahun 2009 hingga 2012. Menurut tiga operator terbesar di Korea Selatan yang disebutkan di atas, jumlah ponsel yang dicuri pada 2012 mencapai 940.000 kasus dan meningkat menjadi 1,23 juta setahun kemudian.

Sama halnya dengan pemerintah Korea Selatan, regulator di Amerika juga menekankan penggunaan kill-switch pada manufaktur ponsel. Mereka meluncurkan sebuah program bertajuk 'Secure Our Smartphone' (S.O.S). Dalam proyek tersebut, produsen teknologi diminta melakukan langkah pencegahan guna meminimalisir pencurian smartphone.

"Sebuah 'tombol pembunuh' bisa diaktifkan dalam perangkat multimedia untuk membuatnya menjadi tak berfungsi. Fitur ini diharapkan bisa membuat banyak ponsel yang dicuri menjadi tak berarti dan tidak memiliki daya jual," lapor kejaksaan agung di New York.

Apple, yang memiliki aplikasi kill-switch sejak September lalu untuk sistem operasi iOS 7, diduga bernama Activation Lock, diklaim telah mampu mengurangi tingkat pencurian ponsel secara substansial. Menurut data New York State Attorney General, 5 bulan pertama sejak fitur itu diluncurkan, pencurian ponsel di New York menurun sekitar 17 persen. Sementara itu, pencurian iPhone di London turun 24 persen. Demikan juga dengan tingkat pencurian iPhone di San Fransisco yang turun sebanyak 38 persen dalam kurun 6 bulan sejak Apple memperkenalkan fitur itu.

Pro dan Kontra

Prabowo Larang Pendukungnya Demo di MK, Demokrat Beri Pujian: Negarawan dan Komitmen Tinggi

Para pengguna smartphone yang diwawancara Vivanews menyambut baik adanya fitur kill-switch yang terintegrasi di dalam ponsel. Selain bisa menyelamatkan data pribadi mereka, mendisfungsikan smartphone yang dicuri akan memberikan efek jera pada pencuri. Dengan demikian mereka tidak bisa mendapatkan data di dalam ponsel untuk dijadikan alat pemerasan, atau disalahgunakan untuk kepentingan lain, ditambah para pencuri itu tidak akan mendapatkan hasil apa-apa karena smartphone itu tidak bisa dijual kembali.

“Yang terpenting adalah data-data di dalam smartphone yang dicuri itu. Akan lebih baik jika data itu bisa kembali pada kita meski smartphonenya engga kembali. Tapi daripada data-nya disalahgunakan dan ga bisa kita ambil, mendingan smartphone-nya dihancurkan saja,” kata Santi, pemilik smartphone.

Bisa jadi kill-switch juga akan berpengaruh pada kenaikan penjualan ponsel. Pasalnya, tidak akan ada lagi perangkat reused atau refurbished yang dijual kembali dipasaran karena tidak ada kesempatan bagi oknum untuk memperjualbelikan perangkat yang sudah disfungsi.

Jika konsumen dan produsen mungkin merasakan dampak baik dari kill-switch, tidak demikian dengan organisasi pembela kebebasan warga di dunia digital bernama Electronic Frontier Foundation (EFF). Dalam situs resminya, organisasi non-profit yang berlokasi di California ini menentang kebijakan kill-switch.

“Teknologi itu berkembang cepat, sedangkan aturan berjalan lambat. Meskipun kebijakan itu disediakan untuk konsumen dan pemerintah, namun membuat aturan teknis yang spesifik seperti kill-switch ini akan sangat beresiko,” tulis Adi Kamdar, aktivis EFF dalam surat penolakannya yang ditujukan kepada komite legislatif perlindungan konsumen di California.

Menurut EFF, memaksakan manufaktur untuk membenamkan satu aplikasi tertentu pasti akan membuat persaingan menjadi tidak sehat sekaligus menghentikan pasar industri keamanan mobile. Pasalnya, manufaktur telah memiliki aplikasi perlindungan sendiri bagi konsumennya, bahkan ada 30 produsen yang menyediakan sistem keamanan mobile, di antaranya  LookOut, Prey, Avast Mobile Security dan lainnya.

Masalah lainnya adalah, tidak adanya penjelasan spesifik mengenai siapa yang berhak mengaktifka ‘tombol pembunuh’ itu. Aplikasi ini akan menjadi masalah baru ketika pihak ketiga turut campur untuk mengaktifkan ‘tombol pembunuh’ itu.

“Sudah cukup para pengguna mobile dikecewakan oleh pemerintah dan operator karena aksi penyadapan yang dilakukan selama ini,” tulis EFF.

Menurut EFF, akan lebih baik jika aplikasi tersebut dijadikan independen dengan menyerahkan keputusan penggunaan kepada konsumen sendiri, bukan pihak ketiga seperti manufaktur, operator telekomunikasi, apalagi pemilik jaringan untuk menghindari potensi disalahgunakan. (ren)

Adu Banteng Pick Up Dengan Dua Motor di Citayam, Seorang Meninggal Dunia
Menhub Budi Karya Sumadi.

Pergerakan Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Menhub Budi Beberkan Catatan dari Jokowi

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi resmi menutup Posko Angkutan Lebaran Terpadu Tahun 2024. 242 juta pemudik pun bergerak pada momen tersebut.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024