Amarah Raja Yordania atas ISIS

Raja Yordania Abdullah II
Sumber :
  • Twitter

VIVA.co.id - Rekaman video yang dirilis ISIS, Selasa, 3 Februari 2015, memperlihatkan bagaimana pilot Yordania Mouath al-Kasaesbeh dikurung dalam sebuah kandang kecil, hingga tewas karena dibakar hidup-hidup.

ISIS Klaim Rampas Senjata Milik Tentara AS

Gerombolan ekstrem Negara Islam Irak dan al-Syam itu tampak mempersiapkan secara serius rekaman itu, mulai dari Mouath yang dipaksa berjalan kaki di padang pasir, hingga dimasukkan dalam kandang kecil setinggi ukuran tubuhnya.

Seorang militan kemudian menyulut obor pada bahan bakar, yang telah disiramkan mengelilingi kerangkeng serta pakaian yang dikenakan Mouath.

Pilot Yordania dibakar hidup-hidup.

Video memperlihatkan bagaimana Mouath hanya dapat melihat dengan pasrah, api yang menjalar cepat mengelilingi kandang, lalu api berkobar menjilat tubuhnya.

Rekaman kemudian memperlihatkan Mouath dalam kondisi jatuh berlutut dengan tubuh hangus. Sebuah buldozer kemudian digunakan ISIS untuk meratakan kandang berikut dengan tubuh hangus Mouath.

Dalih ISIS

Sadar bahwa eksekusi keji terhadap Mouath akan mengundang kecaman, mesin humas ISIS telah mempersiapkan jawaban, yang diunggah 10 menit setelah rekaman eksekusi dirilis.

Kelompok militan itu mengeluarkan daftar jawaban untuk para simpatisannya, dalam membela tindakan barbar mereka, melalui panduan tentang apa yang harus mereka katakan.

Pilot Yordania dibakar hidup-hidup.

"Mouath dibakar hidup-hidup, berikut adalah pembenaran tindakan itu menurut Islam," tulis ISIS, menjelaskan bahwa pembakaran pilot Yordania itu telah sesuai dengan syariat Islam.

Disebutkan bahwa sebagian besar ulama berpikir tidak masalah membakar tahanan. Namun tidak disebutkan dasar religius yang jelas. Bukan pertama kalinya ISIS membuat aturan sendiri tentang kekejaman yang mereka lakukan.

Sebelumnya ISIS juga telah mengeluarkan panduan tentang cara menjadikan wanita menjadi budak seks. Menjual anak-anak perempuan berusia dibawah sembilan tahun pun, disebut sesuai dengan agama.

Kecaman Dunia

Pembunuhan keji yang dilakukan ISIS itu telah memicu kecaman internasional. Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz al-Saud, mengutuk dan menyebutnya kejahatan mengerikan yang bertentangan dengan Islam.

Sementara institusi pendidikan Islam Sunni Mesir yang berpengaruh, Al-Azhar, menyebut pembakaran pilot Yordania sebagai tindakan pengecut dan menyerukan pembunuhan semua militan ISIS.

Pilot Yordania dibakar hidup-hidup.

"Islam melarang pembunuhan manusia tidak berdosa. Melarang mutilasi dengan membakar atau dengan cara lain terhadap musuh selama perang," kata pemimpin Al-Azhar Syeikh Ahmed al-Tayib.

Tindakan yang dilakukan ISIS melanggar Al-Quran dan hukuman untuk kejahatan ISIS itu adalah dibunuh, penyaliban dan pemotongan anggota tubuh para teroris ISIS.

Di Qatar, Asosiasi Cendekiawan Muslim Internasional yang dipimpin Youssef al-Qaradawi, menyebut dibakarnya Mouath sebagai tindakan kriminal serta bahwa ISIS tidak mewakili Islam dalam cara apapun.

Banyak ulama senior di negara-negara Islam juga menyatakan bahwa eksekusi mati dengan api dilarang dalam ajaran Islam. "Membakar adalah kejahatan yang ditolak syariat Islam," kata ulama Saudi Salman al-Odah.

Bahkan ulama Salafis Yordania yang dikenal sebagai simpatisan ISIS, Abu Sayaf yang juga dikenal sebagai Mohamed al-Shalabi, turut mengecam apa yang dilakukan ISIS.

Ulama radikal yang dipenjara selama 10 tahun di Yordania karena aktivitas militan, menyebut dibakarnya Mouath telah membuat masyarakat dunia bersatu menentang ISIS.

Publik Yordania

Ketika pemerintah Yordania menyatakan ikut serta dalam serangan udara terhadap ISIS, bersama koalisi negara-negara yang dipimpin Amerika Serikat (AS), rakyat Yordania menentang.

Kritik disampaikan sebagian rakyat yang khawatir, jika keterlibatan Yordania akan mengakibatkan instabilitas di perbatasan, dengan ISIS menyerang negara mereka.

Pilot Yordania dibakar hidup-hidup.

Kecaman meningkat setelah seorang pilot Yordania tertangkap oleh ISIS pada Desember 2014, setelah pesawatnya jatuh di Suriah. Sebagian menuding itu sebagai kesalahan Raja Abdullah II.

Tapi pembunuhan Mouath secara brutal seakan merubah total pandangan rakyat Yordania. "Ini perang yang tidak dapat lagi kami katakan bukan perang kami," kata Khaled al-Karaki, seorang mantan hakim Yordania.

"Sudahkah Anda melihat video itu? Demi Allah kami akan membunuh semua binatang itu. Apapun yang harus dilakukan untuk menghabisi mereka, itu yang akan kami lakukan," kata warga Amman, Musab Ibrahim.

Kini radio dan televisi, bahkan pusat perbelanjaan, kampus, sekolah, restoran hingga kafe, terus memutar lagu-lagu patriotik yang membangkitkan semangat publik Yordania untuk menentang ISIS.

"Dia (Mouath) adalah putra kami, dia pahlawan kami. Semua rakyat Yordania bersamanya dan bersama raja kami," kata Yousef Barghouti, seorang kepala sekolah dasar di Amman.

"Saya mengajarkan putra saya untuk mengabdi bagi kerajaan dan dia melakukannya," kata Said al-Kasaesbeh, ayah Mouath. "Saya menuntut pembalasan terhadap ISIS harus tegas, mereka harus dimusnahkan."

Reaksi Yordania

Yordania langsung mengeksekusi mati seorang militan wanita Irak dengan cara digantung, Rabu, 4 Februari 2015, sebagai aksi balas dendam atas dibakar hidup-hidupnya pilot Yordania, Selasa, 3 Februari 2015.



Dilansir dalam laporan Reuters, Sajida al-Rishawi dipenjara di Yordania, setelah gagal meledakkan bom bunuh diri, dalam serangan yang menewaskan 60 orang di ibukota Amman pada 2005.

Sebelumnya ISIS menawarkan pembebasan pilot Yordania, Mouath al-Kasaesbeh, untuk ditukar dengan Sajida. Namun ISIS kemudian merilis video dibakar hidup-hidupnya Kasaesbeh, memicu kemarahan Yordania.

Selain Sajida, Yordania juga menggantung Ziyad Karboli, anggota Al Qaeda yang divonis mati pada 2008 karena membunuh seorang warga Yordania.

Uni Eropa menyampaikan solidaritas dengan Yordania atas pembunuhan Mouath, namun mengkritik eksekusi terhadap Sajida dan Ziyad, menyebut perlawanan terhadap terorisme harus dilakukan konsisten dengan hak asasi manusia.

Namun keputusan untuk segera mengeksekusi dua jihadis simpatisan ISIS, tampaknya bukan sekedar balas dendam bagi pemerintah Yordania, yang tengah mendapat tekanan besar dari rakyat Yordania.

Eksekusi mati itu memperlihatkan keseriusan rakyat negara itu, untuk sungguh-sungguh membalas dendam pada ISIS.

Ancaman Raja Yordania


Raja Abdullah II bersumpah akan melakukan perang tanpa belas kasihan terhadap ISIS. Dia bahkan mengeluarkan ancaman mengerikan, untuk membunuh semua anggota ISIS yang terlihat.

Dia mengutip dialog dalam sebuah film berjudul 'Unforgiven' yang diperankan aktor Clint Eastwood, saat menyampaikan janji tentang aksi balasan bagi ISIS atas dibakarnya pilot Yordania.

"Saya tidak hanya akan membunuhnya. saya juga akan bunuh istrinya dan semua teman-temannya, membakar rumahnya," kata Raja Abdullah di hadapan anggota parlemen Amerika Serikat (AS), yang dikutip Daily Mail, Selasa 3 Februari 2015.

Anggota DPR AS dari Partai Republik, Duncan Hunter, mengatakan pernyataan Raja Abdullah II itu memperlihatkan rencananya untuk sebuah tindakan sangat keras terhadap ISIS.

"Dia (Raja Yordania) mengatakan akan ada pembalasan yang ISIS tidak pernah lihat. Dia sangat marah," kata Duncan. Tiba kembali di Amman dari kunjungan ke AS, Abdullah langsung mengumpulkan para pejabat militer.

"Darah martir Mouath al-Kasaesbeh tidak akan sia-sia dan respon Yordania serta militernya, setelah apa yang terjadi dengan putra kesayangan kami, akan sangat berat," kata Raja Abdullah.

Menteri Informasi Mohammad al-Momani mengatakan, Yordania akan memiliki determinasi lebih besar daripada sebelumnya, untuk berperang melawan kelompok teroris ISIS. (ren)

Militer Mesir Klaim Tewaskan Pentolan ISIS di Sinai
Polisi Antiteror Kanada.

Gelar Operasi Antiteror, Polisi Kanada Lumpuhkan Tersangka

Tersangka bernama Aaron Driver dan ia bertindak tunggal.

img_title
VIVA.co.id
11 Agustus 2016