Seberapa Mendesak Helikopter Baru untuk Presiden?

Helikopter AgustaWestland (AW-101)
Sumber :
  • agustawestland.com

VIVA.co.id - TNI Angkatan Udara mengkonfirmasi pembelian helikopter kepresidenan jenis AgustaWestland (AW-101). Helikopter buatan Inggris dan Italia itu akan menggantikan helikopter kepresidenan sebelumnya, Super Puma. 

Ketua DPR Dorong Peremajaan Alutsista TNI

Rencananya, helikopter yang akan membawa Presiden atau Wakil Presiden, dan tamu-tamu VVIP itu akan tiba di Tanah Air pada pertengahan tahun 2016 mendatang.

Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsekal Pertama Dwi Badarmanto, mengatakan pengadaan helikopter kepresidenan baru itu masuk dalam rencana strategis TNI AU 2015-2020.

Helikopter tersebut sepenuhnya dioperasikan oleh TNI AU dan menjadi salah satu alat utama sistem pertahanan (Alutsista) TNI AU.

"Itu (AW-101) sebenarnya untuk menggantikan helikopter TNI AU Super Puma yang lama," kata Marsma Dwi kepada VIVA.co.id, Senin, 23 November 2015.

Helikopter kepresidenan lama, jenis Super Puma dioperasikan oleh Skuadron Udara 45 VVIP, yang berpangkalan di Lanud Halim Perdanakusuma. Super Puma merupakan helikopter buatan Prancis yang dirakit di PT Dirgantara Indonesia pada tahun 1980-an.

Dwi menuturkan, helikopter jenis AW-101 dipilih sebagai helikopter kepresidenan setelah melalui pertimbangan dan kajian. Bahkan, Dwi mengaku sempat dilibatkan ke dalam tim yang dibentuk TNI AU untuk mengkaji jenis-jenis helikopter yang akan dibeli nantinya.

"Kita sempat coba (helikopter) Cougar, Super Puma, dan AW-101. Tapi yang dipilih akhirnya itu (AW-101)," ujar dia.

Dari segi kemampuan, helikopter kepresidenan AW-101, kata Dwi, jelas memiliki banyak kelebihan. Helikopter AW-101 ini memiliki tiga mesin, sehingga tenaga dan daya jelajahnya yang lebih lama dari pendahulunya. AW-101 juga punya kapasitas penumpang lebih besar yakni 13 orang.

Dwi menambahkan, helikopter AW-101 ini tidak hanya digunakan untuk menunjang mobilisasi Presiden atau Wakil Presiden, tapi juga digunakan untuk tamu-tamu negara VVIP. Rencananya, satu unit AW-101 akan tiba pada pertengahan tahun 2016. Kemudian disusul pada 2017 sebanyak dua unit dan seterusnya.

"Itu kan pakai anggaran pemerintah, jadi (pengadaannya) bergantung pada kondisi ekonomi," paparnya.

Anggota Komisi I DPR RI, Martin Hutabarat membenarkan rencana pengadaan helikopter kepresidenan baru. Menurut dia, pengadaan helikopter kepresidenan baru merupakan usulan Panglima TNI dan Kepala Staf TNI Angkatan Udara, dengan mempertimbangkan aspek keamanan dan keselamatan Presiden atau Wakil Presiden saat kunjungan ke pelosok daerah.

"Sejak awal ini kita serahkan ke Panglima TNI dan KSAU. Sekiranya beliau merasakan perlu untuk keselamatan Presiden ya kita hargai, kita dukung. Karena keselamatan dan keamanan kepala negara itu perlu dipertanggungjawabkan," paparnya.


Kemahalan



Kemahalan


Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq menilai TNI AU sejatinya belum membutuhkan helikopter kepresidenan baru. Sebab helikopter lama, jenis Super Puma masih bisa digunakan. Apalagi, saat ini, dua unit Super Puma yang dioperasikan TNI AU untuk Presiden atau Wakil Presiden, kondisinya masih bagus meskipun usianya sudah lebih dari 10 tahun.

"Tapi heli VVIP ini kan frekuensi penggunaannya tidak sering, sehingga lifetime-nya masih panjang," kata Mahfudz ketika ditemui di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin 23 November 2015.

Mahfudz mempertanyakan pengadaan heli baru pada saat negara baru saja membeli pesawat Boeing baru untuk Presiden. Apalagi, pembelian helikopter ini dilakukan saat perekonomian Indonesia lesu, dan pemerintah sedang giat-giatnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

"Menurut saya baru aja beli pesawat Boeing, blusukan juga nggak perlu pake heli," ujar Mahfudz.

Anggota Komisi I DPR, TB Hasanuddin juga mengkritik helikopter AW-101 yang dibeli TNI AU sebagai transportasi penunjang kinerja Presiden atau Wakil Presiden dan VVIP. Menurut Hasanuddin, helikopter AW-101 memang memiliki teknologi super canggih  dan interior mewah.

Berdasarkan informasi yang dia peroleh, satu unit helikopter jenis liAW-101 ini dibanderol US$55 juta. "Cukup mahal bila dibandingkan dengan jenis Super Puma produk PT DI kebangsaan anak bangsa yang harganya hanya US$35 juta," ujar politikus PDIP ini.

Namun jika Super Puma ingin dibuat secanggih AW-101, Hasanuddin menyarankan TNI AU tinggal menambahkan beberapa perlengkapan yang dibutuhkan. Sebab, untuk memodifikasi helikopter itu masih lebih murah dibanding membeli baru jenis AW-101.

"Bila Super Puma mau dilengkapi seperti AW 101 Agusta sesungguhnya tinggal menambah saja seperti infra red, proteksi atau anti peluru kendali, infra red jammer dan laser warning, semua alat ini seluruhnya diperkirakan seharga US$5 juta. Sehingga harga satu unit Super Puma maksimal US$40 juta," tuturnya.


Atensi Buruk



Atensi Buruk


Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq menambahkan jika kebutuhan pengadaan helikopter kepresidenan baru mendesak, seharusnya TNI AU bisa memanfaatkan industri dalam negeri, yakni PT Dirgantara Indonesia (DI) yang mampu memproduksi helikopter yang tidak kalah baiknya.

"Kalau dari spesifikasi, PT DI itu punya kemampuan. Buat pesawat VVIP, dengan Super Puma tinggal dimodifikasi saja. Soal interior itu perkara mudah. Kalau ada kebutuhan mendesak, ya menurut saya memprioritaskan kebutuhan dalam negeri saja," ucapnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Tantowi Yahya, tidak mempermasalahkan pembelian helikopter baru bagi Presiden. Tantowi hanya menyayangkan pemerintah malah membeli helikopter AgustaWestland (AW-101) buatan Inggris dan Italia.

Padahal, selama ini Presiden Jokowi selalu menggemborkan jargon mencintai produk dalam negeri. Tapi dalam hal ini, menurut Tantowi, justru pemerintah tidak membeli helikopter produksi dalam negeri.

"Inilah saatnya menunjukkan keberpihakan kepada industri pertahanan kita. Jangan retorika. Kalau Presiden ragu produksi dalam negeri itu akan menjadi atensi yang buruk bagi calon pemakai lain," kata Tantowi, Senin 23 November 2015.

Politisi partai Golkar ini menilai helikopter Super Puma generasi terbaru tidak kalah canggih dengan AW-101. Selain itu, dengan membeli jenis Super Puma pemerintah bisa menghemat anggaran. "Penghematan sekitar US$10 juta kalau beli Super Puma," ujar dia.

Anggota Komisi I DPR lainnya, Martin Hutabarat juga menyarankan agar pemerintah fokus pada industri pertahanan dalam negeri, dalam hal pengadaan helikopter baru bagi Presiden. Apalagi jika nantinya kebutuhan untuk helikopter kepresidenan lebih dari satu.

"Kalau beli lebih dari satu, buatlah satu lagi di PT Dirgantara Indonesia, PT DI punya kemampuan untuk itu. Ada kebanggaan bagi Presiden bahwa pesawatnya itu buatan dalam negeri," ujar Martin

Namun menurut Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsma Dwi Badarmanto, dipilihnya helikopter jenis AW-101 buatan Inggris-Italia, dan bukan helikopter buatan dalam negeri, sudah melalui berbagai pertimbangan.

"TNI AU sebagai user harus dihargai, bukannya tidak mengakui industri dalam negeri. Kenapa pilih ini? KSAU itu kan juga komisioner PT DI, beliau lebih tahu kenapa pilih ini. Helikopter ini kan untuk VVIP, jadi kami nggak mau ambil resiko," papar Dwi.


Helikopter Canggih



Helikopter Canggih


Helikopter AgustaWestland AW101 merupakan helikopter angkut medium yang bisa digunakan untuk militer dan sipil. Dikembangkan secara Joint Venture antara Westland Helicopter Inggris dengan Agusta Italia yang diberi nama EH101 (sampai 2007).

Empat Super Tucano Tiba di Lanud Abdurahman Saleh Malang

Helikopter superior ini dilengkapi teknologi paling canggih yang dilengkapi fitur keamanan dan kenyamanan yang sangat baik kelasnya di. Pesawat ini diklaim sangat kompatibel untuk berbagai misi, termasuk sebagai angkutan udara paling aman bagi kepala negara dan operator VVIP.

Produsen mengakui helikopter jenis AW101 ini telah dipesan di 11 negara sebanyak 200 unit. Helikoter ini telah teruji dan menjadi pilihan terbaik untuk menunjang tugas transportasi pemerintah dan kepala negara.

Dilansir laman agustawestland.com, helikopter ini menggunakan tiga kekuatan mesin GE CT7-8E turboshaft yang dikendalikan secara digital atau Full Authority Digital Engine Control (FADEC), sehingga mampu memberikan kemampuan maksimal dalam berbagai kondisi cuaca. Dengan satu mesinnya pun helikopter ini masih mampu terbang.

Helikopter ini menggunakan sistem pengamanan modern, kenyamanan kabin dan ketahanan struktur dari benturan keras, seperti perahu karet dan sarana bantalan udara yang mengembang seperti air bag saat terjadi benturan. Tingkat kebisingan kabin AW-101 juga diklaim paling rendah dan mampu meredam getaran.

Tak heran jika helikopter canggih ini mampu menjelajahi cuaca yang paling ekstrim di dunia, yakni dari Kutub Utara ke Antartika.

AW101 dilengkapi sistem avionik generasi terbaru yang terintegrasi dengan navigasi, komunikasi, keselamatan dan keamanan. Heli ini juga dilengkapi Low Vision Goggle (NVG) yang kompatibel dengan kaca kokpit, sehingga mampu memberikan kesadaran situasional yang sangat baik dari ruang kokpit.

Mengintip ke ruang kabin, helikopter ini memiliki kabin terbesar di kelasnya, dengan lebar 2.49m dan tinggi 1.83m. Dengan kabin sebesar itu penumpang dapat leluasa berjalan di kabin. Kabin itu juga dapat dilengkapi dengan berbagai perlengkapan dan peralatan mewah VVIP.

Berbagai perabot interior dan sistem mewah bagi VIP dan VVIP bisa dipasang di dalam kabin AW101. Seperti kursi VVIP, kursi staf, komunikasi yang aman, informasi, hiburan, kamar kecil, kamar mandi, peralatan medis dan perlindungan anti peluru.

Fitur-fitur pertahanan yang bisa disematkan helikopter superior ini adalah Radar Warning Receiver (RWR), Laser Warning System (LWS), Missile Approach Warning System (MAWS), Countermeasures Dispensing System (CMDS), and Directed Infra-Red Countermeasures (DIRCM).

Untuk menyesuaikan konfigurasi kebutuhan militer kepresidenan, helikopter canggih tersebut masih dirancang di negara asalnya, yakni Inggris dan Italia. Kabarnya, untuk pengadaan satu unit helikopter jenis Agusta Westland AW-101 menelan biaya sebesar Rp820 miliar. (ren)


Panser Anoa 2 saat dipamerkan di IIMS 2016, Selasa 12 April 2016.

Intip Kemampuan Perang Panser TNI Buatan Bandung

Jika ibu kota dalam keadaan genting, kendaraan ini dikeluarkan.

img_title
VIVA.co.id
12 April 2016