'Meratakan' Kalijodo

Kalijodo, Jakarta
Sumber :
  • ANTARA/Muhammad Adimaja

VIVA.co.id - Wacana menertibkan kawasan Kalijodo semakin serius digulirkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Awal pekan ini, Polda Metro Jaya bersama Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama bertemu, guna mematangkan rencana penggusuran Kalijodo.

Nama Kalijodo kembali mencuat di pemberitaan media massa, adalah setelah Riki Agung Prasetyo (24) pengendara mobil Fortuner B 201 RFD menabrak pengendara motor hingga menyebabkan empat orang tewas, di Jalan Daan Mogot km 15, Kalideres, Jakarta Barat, Senin pagi, 8 Februari 2016.

Setelah diusut, Riki mengaku sebelum insiden maut itu terjadi, sempat minum-minuman alkohol di tempat hiburan malam yang ada di kawasan Kalijodo. Atas perbuatannya itu, polisi menetapkan Riki sebagai tersangka.

Bukan rahasia lagi, kawasan Kalijodo selama ini memang dikenal sebagai tempat hiburan malam, judi, dan prostitusi. Lokasinya yang berada di salah satu sudut bagian utara Kota Jakarta, diapit oleh Kali Angke, dan Sungai Banjir Kanal menjadikan wilayah tersebut semakin legendaris.

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama memastikan rencana DKI menertibkan kawasan Kalijodo akan dilakukan dalam waktu dekat ini. Rencana itu menunggu rapat koordinasi dengan Polda Metro Jaya dan TNI yang akan digelar Senin 15 Januari 2016.

"Tunggu Polda Metro Jaya, untuk membicarakan dulu, gimana caranya, pasti kita akan bongkar memang," kata Ahok, usai mengantarkan Presiden Joko Widodo dalam lawatan kerja ke AS di Halim Perdanakusuma Jakarta Timur, Minggu 14 Februari 2016.

Ahok menegaskan, kawasan Kalijodo yang selama ini dijadikan warga sekitar sebagai tempat hiburan malam sejatinya adalah jalur hijau, karena lokasinya persis berada di bantaran sungai. Sebab itu, penertiban itu akan mengembalikan fungsi Kalijodo sebagai ruang terbuka hijau.

"Itu memang jalur hijau," katanya.

Kekhawatiran lain yang muncul terkait keberadaan Kalijodo juga diungkapkan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat. Menurutnya, keberadaan Kalijodo bukan hanya permasalahan lokalisasi semata, tetapi tempat tersebut juga digunakan sebagai lahan perjudian.
 
"Kita tahu semua di Kalijodo, ada tiga masalah lagi yang menonjol di samping prostitusi. Ada kriminalitas, narkoba, lalu perjudian. Sekalian kita ubah fungsinya kembali menjadi jalur hijau," ujar Djarot di Halim Perdanakusuma.

Kapolda Metro Jaya, Inspektur Jenderal Polisi Tito Karnavian menyatakan, jajarannya akan mendukung dan mengawal rencana Pemprov DKI untuk menertibkan lokalisasi Kalijodo. Namun, sebelum itu, Polda bersama TNI dan Gubernur DKI akan merapatkan terlebih dahulu mengenai rencana tersebut.
 
"Kami melibatkan beberapa stakeholder (pemangku kepentingan). Prinsipnya kita mendukung kebijakan," kata Irjen Tito Karnavian.

Djarot: Kolong Tol Kalijodo Incaran Pendatang Baru Jakarta

Koordinasi dengan sejumlah stakeholder dalam penertiban Kalijodo dinilai Tito, sangat penting, sekali pun Polda Metro Jaya sebenarnya sudah mengetahui peta kekuatan kelompok-kelompok yang selama ini membekingi lokalisasi Kalijodo. Tito pastikan TNI-Polri tak gentar dengan siapa pun.

"Kita sudah memetakan. Dan, kita sangat tahu petanya seperti apa," tegas mantan Kepala Densus 88 Antiteror Polri ini.

Tito memastikan, Polda Metro Jaya dan TNI siap mengawal kebijakan Ahok untuk menertibkan Kalijodo. Menurut dia, tak ada tempat bagi aksi premanisme maupun tindak kekerasan yang boleh langgeng di negeri ini.

"Tak ada tempat yang enggak bisa disentuh TNI dan Polri. Saya sendiri, saat jadi Kapolda Papua dua tahun di sana, ada tempat yang katanya ada kelompok bersenjata di sana, kami datangi," ujar jenderal bintang dua Polri ini.



Negosiasi

Kawasan Kalijodo membentang sepanjang Kali Angke menghadap jalan tol dalam kota dengan luas sekitar 1,6 hektare. Berdasarkan data Kecamatan Penjaringan yang dihimpun VIVA.co.id, wilayah Kalijodo berada di RW 05, Kelurahan Penjagalan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.

Di RW 05 sendiri terdiri dari lima rukun tetangga RT, yakni RT 001, 003, 004, 005, dan 006. Jumlah penduduk yang mendiami kawasan Kalijodo sekitar 1.305 jiwa dan 1.340 kepala keluarga.

Adapun jumlah bangunan permanen yang berdiri di daerah itu sebanyak 250 unit, semi permanen 300 unit, bangunan yang memiliki PBB jumlah mencapai 90 persen, 58 cafe, dan satu pabrik mie bihun. Seperti wilayah pada umumnya, di Kalijodo juga terdapat sejumlah sarana umum, seperti musala, gereja, Paud, dan kantor RW.

Sementara itu, dari aspek sosial kemasyarakatan, Kecamatan Penjaringan mencatat jumlah wanita penghibur tetap di Kalijodo berjumlah ± 195 orang, wanita penghibur tidak tetap ±250 orang, tukang ojek ±60 orang, petugas keamanan termasuk juru parkir ± 100 orang, pramusaji ±500 orang dan pekerja lainnnya ±300 orang. Total pekerja di kawasan Kalijodo berjumlah 1.405 orang.

Sedangkan dari aspek ekonomi, pada saat hari libur, omzet cafe dan tempat hiburan di kawasan Kalijodo diperkirakan bisa mencapai Rp1 miliar hingga Rp1,5 miliar per harinya.

Dengan besarnya potensi ekonomi dan sosial masyarakat yang ada, bisa diprediksi upaya penertiban di kawasan Kalijodo akan berjalan alot. Maka dari itu, sejak jauh hari, pemprov sudah memberikan sosialisasi kepada warga sekitar, pemilik bangunan maupun tempat usaha di Kalijodo.

Sosialisasi itu dituangkan dalam surat pemberitahuan bernomor 640/1.751 tertanggal 12 Februari 2016, yang ditandatangani Wali Kota Jakarta Utara, Rustam Effendi. Surat tersebut diedarkan pada Minggu 14 Februari 2016, ditujukan kepada warga, pemilik usaha hiburan maupun pekerja tempat hiburan di kawasan Kalijodo.

Pada intinya, surat tersebut isinya memberitahukan warga bahwa Pemerintah DKI akan menutup Kalijodo dan mengembalikan fungsinya sebagai ruang terbuka hijau.

"Alhamdulillah, penyampaian surat ini berlangsung baik," kata Rustam, saat diwawancarai tvOne di Kantor Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.

Dalam surat tersebut, Pemprov DKI, kata Rustam, memberikan sejumlah penawaran kepada warga Kalijodo yang terkena penggusuran. Di antaranya adalah bagi warga yang bekerja di tempat hiburan ditawarkan untuk alih profesi. "Nanti, akan kita latih di Balai Latihan Kerja DKI," ujar dia.

Pemprov DKI juga menawarkan bagi warga yang ingin pulang kampung, akan disediakan transportasi sampai ke kampung halaman masing-masing. Kemudian, bagi warga yang rumahnya dibongkar atau tidak punya tempat tinggal, namun memiliki KTP DKI, akan difasilitasi untuk tinggal di rumah susun sederhana.

"Untuk menampung (penawaran) itu, kita buka posko ini. Silahkan kawan-kawan di sana, gunakan posko ini secara baik." terang dia.

Posko pendaftaran warga Kalijodo bertempat di Kantor Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, yang akan mendata warga yang akan memilih opsi yang ditawarkan pemerintah. Posko tersebut akan beroperasi selama sepekan, namun jika mendapat respon positif dari warga, keberadaan posko tersebut bisa diperpanjang.

RPTRA Kalijodo Ramai di Libur Lebaran



Penolakan

Warga di lingkungan Kelurahan Penjagalan, Penjaringan, tetap menolak rencana DKI yang akan menertibkan kawasan Kalijodo. Warga meminta kepada Pemprov DKI untuk tidak memaksakan kehendaknya melakukan penertiban. Imbasnya, warga terancam kehilangan mata pencaharian.

"Pokoknya saya tidak rela, sampai seperti apapun akan saya lawan," kata Intan, warga Kalijodo.

Sementara itu, warga lain juga turut menetang rencana pemerintah untuk menertibkan Kalijodo. Menurut salah seorang warga, penertiban tersebut juga akan memicu konflik, mengingat warga telah tinggal puluhan tahun di sekitar Kalijodo. Penertiban itu akan berpotensi membuat kericuhan.

"Penertiban kaki lima saja bisa berantem, apalagi ini bisa perang," kata seorang warga Kalijodo yang enggan disebutkan namanya.

Rustam menyadari, tak mudah menertibkan kawasan ini, sehingga wajar muncul penolakan dari warga Kalijodo. "Ya wajar saja menurut saya, maklum saja, namanya mereka kerja di situ. Banyak kepentingan di situ, banyak yang nyari rejeki di situ, paling orang-orang itu yang melakukan penolakan," ujar dia.

Maka dari itu, lanjut dia, Pemprov DKI harus menjelaskan kepada warga sekitar, bahwa pemerintah menawarkan solusi atas upaya penertiban yang akan dilakukan. Di posko itu nantinya, juga akan disediakan ruang bagi warga untuk berdialog, atau berkonsultasi dengan pemerintah.

"Kita ingin sampaikan ini dengan baik, mudah-mudahan kawan-kawan di sana merespons secara baik juga," terang Rustam.

Bila opsi yang diberikan pemerintah tak digubris dan ruang dialog juga tak direspon positif, maka pihak pemprov sesuai protap akan mengeluarkan surat peringatan pertama, kedua, ketiga sampai surat perintah pembongkaran.

"Kalau sudah seperti ini kan kita menegakan aturan, hukum yang dikedepankan. Tapi lagi-lagi, saya berharap ini diselesaikan secara baik, supaya teman-teman bisa gunakan kesempatan," paparnya.

Brimob Siap Dikerahkan Amankan RPTRA Kalijodo dari Preman



Riwayat Kalijodo

Sesuai namanya, sejak jaman Belanda, Kalijodo dikenal sebagai tempat orang mencari pasangan. Letaknya yang berada persis di bantaran sungai, menjadikan wilayahnya selalu ramai dikunjungi muda-mudi pada masa itu.

Budayawan Betawi, Ridwan Saidi mengatakan, Kalijodo pada era 1930-an dikenal dari kebiasaan warga keturunan Tionghoa pada zaman itu. Di mana, para muda-mudi pada saat perayaan Peh Cun, ada pesta perahu, baik laki-laki maupun perempuan menaiki perahu dan saling lempar kue.

"Perempuan dan laki-laki saling timpukan (lempar) kue kacang hijau, kalau (laki-laki dan perempuan) saling timpukan itu namanya jodoh. Manakanya dinamakan Kalijodo," kata Ridwan Saidi, Jumat 12 Februari 2016.

Sejak saat itu, nama Kalijodo semakin masyhur seantero sebagai tempat mencari pasangan. Namun, pada awal kemerdekaan sekitar tahun 1950-an, pemerintah mengeluarkan kebijakan larangan munculnya karaoke dan rumah-rumah hiburan sejenisnya di kawasan Senen.

Imbas dari pelarangan itu, maka akhirnya pekerja hiburan di lokasi tersebut hengkang ke kawasan Kalijodo, tempat yang dikenal sebagai orang mencari pasangan.

"Kalijodo itu proyek prostitusi yang sudah tua. Ini muncul setelah (kawasan Senen) masa Revolusi.  Di masa ekonomi sulit pada zaman revolusi, orang perlu semacam pelepasan hasrat," kata JJ Rizal dalam talk show dalam program tvOne, Sabtu 13 Februari 2016.

Sejarawan kelahiran Jakarta itu mengatakan, ada metamorfosa atas nama Kalijodo. Rizal mengatakan, pada awalnya aktivitas di Kalijodo sesuai dengan namanya, yaitu dipakai warga untuk nongkrong dan tempat mencari jodoh. "Jadi, seperti kalau sekarang, ya tempat untuk hang out," kata dia.

Namun, aktivitas itu berubah pada akhir 1950-an, menyusul penggusuran tempat hiburan di kawasan Senen. Maka, akhirnya banyak yang mencari tempat baru dan akhirnya sampai di Kalijodo.

"Tahun 1950-an akhir itu ada ekspansif, (Kalijodo) berubah pelan-pelan dari tempat nongkrong dan cari jodoh, jadi tempat orang cari rezeki dengan jual diri, cari uang. Komunitas awal yang ada (nongkrong dan cari jodoh), kemudian ditinggal (hilang)" jelas dia.

Rizal berharap, penertiban Kalijodo perlu untuk memperhatikan betul rekayasa sosial dan efek lainnya setelah penggusuran. Sebab, jika tak diantisipasi dan dipersiapkan, bisa jadi setelah Kalijodo digusur, warga yang berbisnis di kawasan itu mencari tempat baru.

"Seperti kasus Senen, di situ ditutup mereka menyebar dan mengakuisisi Kalijodo," ujarnya. (asp)

Gubernur DKI Jakarta, Djarot S Hidayat dan Teguh Othenrik di depan tembok Berlin

Pecahan Tembok Berlin Bersemayam di Eks Prostitusi Kalijodo

Tembok Berlin merupakan pemisah antara dua Jerman.

img_title
VIVA.co.id
26 September 2017