Mungkinkan Vaksin Kanker Universal Terwujud?

vaksinasi
Sumber :
  • doggonehealth.com

VIVA.co.id – Kanker mungkin bukan suatu penyakit yang bisa dianggap remeh. Sampai saat ini penyakit tersebut belum ditemukan obat penyembuhnya. Yang ada sekarang, pasien kanker diberikan obat untuk membuatnya bisa bertahan lama, namun tetap tidak bisa menyembuhkan total.

Presiden Rusia Vladimir Putin Klaim Negaranya Temukan Vaksin Kanker

Baru-baru ini beberapa peneliti mempublikasikan temuannya di jurnal Nature yang memberikan angin segar bagi penderita kanker. Ya, sebuah vaksin yang dipercaya bisa menghalau segala jenis kanker yang diderita tubuh. Namun mungkinkan sebuah suntikan vaksin bisa benar-benar terwujud dan membasmi sel kanker dalam tubuh?

Sama seperti temuan obat lainnya, masih panjang jalan yang harus dilalui untuk memastikan bahwa obat itu benar-benar bisa bekerja. Banyak penelitian, uji coba dan keterlibatan banyak pasien untuk membuktikannya.

Presiden Rusia Vladimir Putin Memberikan Kabar Gembira

Sama halnya dengan vaksin kanker ini. Peneliti percaya jika sistem pengiriman dalam tubuh, seperti RNA, bisa diandalkan untuk mengembalikan sistem imun dalam tubuh, untuk kemudian menyerang sel kanker yang mengendap. RNA, singkatan dari ribonucleic acid, merupakan molekul penting yang ada di dalam sel dan sangat dibutuhkan dalam kelangsungan hidup. Sebagian kecil RNA digunakan untuk membangun protein dalam tubuh sehingga sel baru bisa tumbuh.

Ada dua fungsi RNA. Pertama adalah membantu DNA dengan berlaku layaknya pengirim pesan untuk menghantarkan informasi genetik yang sesuai ke beberapa jumlah ribosome dalam tubuh. Sedangkan fungsi lainnya adalah memilah asam amino yang dibutuhkan oleh masing-masing ribosome.Vaksin ini dianggap bisa membunuh semua jenis kanker sehingga disebut sebagai vaksin universal.

Bakal Masukan Imunisasi Wajib, Ini 6 Fakta Vaksin Kanker Serviks

Asisten Profesor dari sekolah pengobatan molekular di Lerner Research Institute Ohio, Ritika Jaini, mengatakan, sistem penghantaran seperti RNA yang digunakan dalam uji coba ini merupakan bagian penting dari perawatan kanker, namun hanya satu komponen. Menurutnya, para peneliti juga butuh mengenali target seperti antigen dalam sel kanker agar vaksin bisa efektif.

"Beda kanker berarti beda antigen sehingga pengobatan universal merupakan hal yang cukup sulit diwujudkan. Namun akan sangat luar biasa jika kita bisa menemukan satu target untuk membunuh semua kanker," ujar Ritika.

Vaksin kanker di pasaran

Sejatinya, vaksin untuk tipe kanker tertentu telah ada di pasar Amerika sejak enam tahun belakangan. Sayangnya, kinerjanya masih belum mumpuni. Kanker pertama disetujui pemasarannya oleh badan obat dan makanan Amerika sejak 2010.

Vaksin itu disebut Provenge, digunakan untuk merawat kanker prostat lanjutan. Di dalamnya terdapat sel darah putih bernama sel dendritik yang dikeluarkan dari pasien kemudian dimasukkan kembali ke dalam aliran darah.

Sejak 2010, dua vaksin lainnya telah diperkenalkan untuk kanker tertentu. Keduanya hanya digunakan untuk mencegah kanker. Satu vaksin untuk menghalau papillomavirus agar tidak menyerang manusia, sedangkan vaksin yang lain untuk melawan Hepatitis B. Demikian menurut National Cancer Institute.

Dalam uji coba terbaru, peneliti mengambil sebagian kode genetik RNA kemudian meletakkannya ke dalam nanopartikel lemak. Campuran itu kemudian disuntikkan ke dalam aliran darah.

Sayangnya, uji coba ini hanya dilakukan terhadap tiga pasien kanker. Meski dilaporkan mengalami hasil yang menjanjikan, namun tetap saja, tiga kali pengujian belum bisa dijadikan alasan untuk membuat vaksin ini dipercaya bisa memerangi kanker.

"Usai disuntikkan, sistem pada tubuh pasien merespons dengan memproduksi T-cell yang didesain untuk menyerang kanker. Salah satu pasien mengalami pengecilan tumor. Pasien lainnya, yang tumornya telah dibuang melalui operasi, menunjukkan bebas dari kanker tujuh bulan kemudian setelah mendapatkan vaksin. Sedangkan pasien ketiga, yang memiliki delapan tumor yang telah menyebar, dari kanker kulit ke tenggorokan, dikabarkan telah stabil secara klinis usai mendapatkan vaksin," ujar Mustfa Diken, sang peneliti.

Diken, yang merupakan deputy director dari Immunotherapy Development Center di Translational Oncology (TRON) University Medical Center di Johannes Gutenberg University Mainz (JGU) bekerja sama dengan Lena M Kranz.

"Pendekatan melalui penghantaran sistemik dari vaksin komplek RNA-Lipid untuk kanker memang cukup menarik. Data secara kuat menunjukkan pengembangan yang berkelanjutan dari pendekatan ini. Saya harap bisa melihat perkembangan yang menjanjikan dalam waktu dekat," ujar William Chambers, wakil presiden dari American Cancer Society.

Kata Diken, penelitian ini bakal terus dilakukan untuk penyempurnaan, dan terus merekrut pasien sampai akhir tahun 2017.

Studi menjanjikan penyakit lain

Studi para peneliti tidak hanya berhenti pada penyakit kanker. Pasien penyakit lain pun bisa sedikit berharap pada upaya peneliti. Tidak terkecuali HIV, Diabetes, kanker payudara, sampai Zika.

Sambil menunggu obat yang mampu menyembuhkan diabetes tipe 1, peneliti yakin ada cara efektif untuk bisa menyembuhkan diabetes tipe 2. Bahkan ada dua cara, yakni dengan mengurangi lemak tubuh, khususnya yang ada di dalam perut, dan juga melalui operasi bariatrik.

Sedangkan bagi penyakit Zika, peneliti mengaku sudah mulai akan memberikan uji coba vaksin pencegahan ke 100 warga Amerika. Vaksin DNA itu akan mulai diberikan pada September. Ilmuwan penemu vaksin Zika juga telah mengembangkan vaksin Ebola.

Dan yang terbaru adalah ditemukannya vaksin untuk pencegahan HIV/AIDS, serta bukti bahwa obat osteoporosis mampu menghalau pertumbuhan tumor pada kanker payudara.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya