Mengakali Aturan Ganjil Genap dengan Aplikasi

Manusia perak ikon sosialisasi ganjil genap
Sumber :
  • VIVA.co.id / Bayu Januar
VIVA.co.id
Ganjil Genap Tidak Berlaku saat Hari Wafat Yesus Kristus Jumat Besok
-
Catat! Ini Lokasi dan Jam Ganjil Genap Saat Arus Mudik dan Balik Lebaran 2024
Penerapan kebijakan kendaraan berplat ganjil dan genap, saat ini baru dalam tahap uji coba. Saat pemerintah melakukan uji coba, banyak orang yang berpikir keras untuk bisa menyiasati kebijakan tersebut. Para pengendara, utamanya mereka yang berkantor di wilayah terkena kebijakan itu, mencari cara untuk bisa mencapai kantor tanpa harus terkendala dengan aturan itu.

Kebijakan ganjil genap ini sendiri bukanlah aturan yang dibuat tanpa pikir panjang. Ini merupakan salah satu solusi untuk bisa mengurai kemacetan di ibu kota. Bahkan sebelum mengimplementasikan kebijakan ini, pengembang aplikasi Qlue, yang memang telah berintegrasi dengan pemerintah daerah (pemda) DKI Jakarta, membuat survei kecil-kecilan, melibatkan 4548 responden.

Ganjil Genap Jakarta Akan Diperluas ke Tangerang Raya

Dalam survei tersebut, pihak Qlue mempertanyakan ‘Solusi Kemacetan Jakarta Apa yang Paling Efektif?’. Nah, berdasarkan data yang dipaparkan Qlue, dari ribuan komentar yang masuk di forum dan topik diskusi tersebut, sebanyak 12 persen responden menganggap jika aturan ganjil genap cukup efektif. Tentu saja solusi ini masih kalah dengan rencana pembangunan MRT/LRT di Jakarta, yang disukai oleh sekitar 39 persen responden.

“Sejauh uji coba berlangsung, belum ada keluhan yang masuk ke Qlue. Kami sendiri punya solusi bagi masyarakat untuk melaporkan pelanggaran terkait kemaceta yang disebabkan oleh kendaraan yang melanggar. Dengan aplikasi Qlue, jika ada yang melihat kendaraan yang melanggar, penngguna bisa langsung memfoto kendaraan tersebut dan di-upload ke Qlue sehingga petugas akan langsung terima laporan dan bisa segera melakukan tindak lanjut,” ujar Elita Yunanda, Marketinng Communication Manager Qlue, kepada Viva.co.id, Rabu, 3 Agustus 2016.

Tidak hanya itu. Elita juga membocorkan jika Qlue saat ini tidak hanya terintegrasi dengan dinas perhubungan. Dalam waku dekat, aplikasi lokal itu akan terintegrasi dengan Korlantas/TMC Polda Metro Jaya. Ini artinya, pihak kepolisian bisa dengan cepat menindaklanjuti laporan warga terkait kemacetan dan kebijakan ganjil genap.

“Harapannya agar dapat mengurangi kemacetan di kawasan-kawasan yang diterapkan kebijakan ini,” kata Elita.

Teknologi Menyiasati  Ganjil Genap

Bagi pengendara, sepertinya kebijakan ini cukup berdampak baik. Seorang pekerja yang berkantor di Dharmawangsa dan bertempat tinggal di Jakarta Timur mengaku sudah terbebas dari macet di jalanan protokol itu saat akan pulang dan pergi bekerja. Rizal mengaku hanya membutuhkan waktu sekitar 40 menit untuk pulang ke rumah, dari Kebayoran sampai ke rumahnya di sekitaran Cawang. Padahal sebelum kebijakan diberlakukan, dia mengaku membutuhkan waktu hampir dua jam untuk sampai ke sana.

“Ya, tapi gitu. Kadang pakai mobil, kadang pakai motor. Kebetulan plat mobil saya nomor ganjil. Jadi pas hari plat genap, saya pakai motor,” kata Rizal.

Sebelumnya, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Udar Pristiono, sempat memberikan solusi untuk menyiasati kebijakan ini, salah satunya adalah menggunakan pola ‘numpang’ kendaraan. Pola ini hampir sama dengan yang diterapkan oleh transportasi online. Sayangnya, transportasi online yang menggunakan mobil pun tetap harus mematuhi kebijakan ini.

“Bisa lewat jalan alternatif yang tidak memberlakukan ganjil genap. Atau bisa juga dengan menggunakan kendaraan pribadi bersama atau memberikan tumpangan kepada teman searah,” kata Udar kala itu.

Beberapa aplikasi di smartphone sejatinya sudah menerapkan pola ‘numpang’. Beberapa di antaranya seperti Nebeng.com, Nebengers. Seperti namanya, kedua program itu memungkinkan pengendara untuk memberikan tumpangan kepada orang lain. Semua komunikasi dan persetujuan bisa dilakukan melalui ponsel.

Yang terbaru, ada juga aplikasi TemanJalan. Dengan aplikasi ini pengguna dapat berperan sebagai penumpang maupun pengendara dengan memasukkan rute perjalanan yang diinginkan. Sistem TemanJalan kemudian akan melakukan pencocokan (matchmaking) dan memberikan notifikasi kepada pengguna yang memiliki rute searah sehingga mereka bisa pergi ke tempat tujuan bersama.

“Selain dapat menjadi ajang networking on-the-go, kami berharap TemanJalan juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas sebagai salah satu solusi untuk mendukung kebijakan pelat ganjil-genap yang sudah mulai diuji coba minggu ini di Jakarta,” kata Chief Executive Officer (CEO) TemanJalan, Fauzan Helmi Sudaryanto.

Sejak diluncurkan April lalu, TemanJalan mencatat lebih dari 5600 mahasiswa dan lebihdari 50 kampus di Jakarta yang telah mendaftar menggunakan layanan tersebut dan terus berkembang. Kini TemanJalan itu tersedia di dua sistem operasi yaitu Android dan iOS yang dalam bentuk versi beta. TemanJalan menerapkan verifikasi Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) bagi mahasiswa dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi pekerja yang mendaftar. Sebagai tambahan, TemanJalan juga menyajikan catatan riwayat perjalanan pengguna seperti rating dan testimoni dari pengguna lain yang menumpang sebelumnya.

Sebenarnya, jika aplikasi transportasi online (Uber, GrabCar, dan GoCar) dianggap sebagai angkutan umum, bisa saja mereka dibebaskan dari aturan ini untuk menjemput para penumpang. Sayang, status transportasi online belum jelas sehingga masih dianggap sebagai kendaraan pribadi. Namun pihak penyedia ridesharing tersebut sudah memberikan imbauan kepada para driver mereka untuk mengikuti aturan yang berlaku.

Untuk sistem ganjil genap, Grab telah meminta mitra pengemudi untuk menaati peraturan. Di masa uji coba aturan baru ini, kita juga akan mengkaji lebih jauh dampaknya di lapangan dan memastikan agar kita tetap dapat memenuhi kebutuhan transportasi masyarakat dengan berbagai layanan yang kita sediakan. Mereka (para driver) menyesuaikan. Kalau memang plat mitra pengemudi ganjil, mereka tidak akan melintas pada saat penerapan untuk yang genap dan sebaliknya. Sampai saat ini masih bisa normal karena mereka juga biasanya mencari jalan alternatif. Tentu mereka juga memberikan pengertian kepada para penumpang," ujar Ridzki Kramadibrata, Managing Director, Grab Indonesia.

Pencarian jalan alternatif seperti yang dilakukan driver Grab bisa saja dilakukan dengan pengendara lain. Untuk menghindari nyasar di jalan tikus, pengendara bisa menginstal GPS di dalam mobilnya. Jika tidak ingin repot, bisa saja menggunakan perangkat mobile atau smartphone. Namun terlebih dahulu download aplikasi GPS mobile yang berfungsi mencari jalan tikus. Misalnya saja Waze atau Navitel. Google Maps memang bisa diandalkan namun terkadang tidak terlalu banyak ‘kamus jalan tikus’ di aplikasi peta milik Google itu.

Sejatinya, aplikasi ridesharing tidak hanya kendaraan roda empat. Jadi bagi yang tidak ingin repot menunggu mobil berplat ganjil atau genap, bisa saja kemudian beralih menggunakan transportasi online roda dua. Grab memiliki Grabike, ada juga Gojek dan Uber Motor. 

Jika tidak ingin repot, dan jarak dari rumah ke kantor tidak terlalu jauh, miliki saja dua kendaraan sekaligus, yakni kendaraan roda empat dan roda dua dan ikuti siasat yang dilakukan Rizal di atas.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya