Usai Jakarta Membara, Lalu Apa?

Pengunjuk rasa melakukan perusakan fasilitas umum saat unjuk rasa 4 November di Jakarta, Jumat, 4 November 2016.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

VIVA.co.id – Kondisi ibu kota Jakarta membara akibat kericuhan yang mencuat pasca demo damai 4 November 2016 yang memprotes ulah Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang dianggap menodai agama Islam.

Kirim Surat Amicus Curiae ke MK, Megawati Singgung Etika Presiden Jokowi

Bibit kerusuhan mulai terlihat usai adzan Maghrib, padahal sepanjang pagi hingga malam menjelang aksi berlangsung damai, dan pecah usai salat Isya. Sejumlah orang dilaporkan terluka baik itu dari kalangan pendemo dan petugas polisi yang bersiaga. Tak cuma itu disebutkan juga ada beberapa orang yang terpaksa diamankan lantaran dianggap pelaku provokasi massa.

Kerugian belum dilaporkan dari sisi materiil. Baik itu berupa kerusakan infrastruktur, perusakan kendaraan atau pun hal yang lain. Belum lagi dari sisi perspektif psikologis warga dan lain sebagainya.

PDIP: Serangan Iran ke Israel Dikhawatirkan Perburuk Perekonomian Indonesia

Singkatnya, demo damai 4 November 2016 yang ternodai menjadi hal yang patut disesalkan dan menjadi preseden buruk penyampaian aspirasi di Indonesia. Meski tak separah seperti tragedi 1998 atau pun peristiwa kerusuhan lain seperti di Ambon atau pun Lampung.

FOTO: Kain berwarna merah putih yang dibentang peserta unjuk rasa pada Jumat, 4 November 2016/REUTERS/Beawiharta

Bantah Kunjungan Jokowi ke Sumut Cawe-cawe Pilgub, Bobby Nasution: Mau Lihat Cucu

Peristiwa demo 4 November 2016, telah menjadi sorotan bahwa terlepas siapa pun di balik dalang kerusuhan ini. Kericuhan justru terjadi di tengah demo yang diusung kelompok Islam di Indonesia yang sudah berkomitmen menggelar aksi damai dan tertib tanpa cacat.

"Kami menyesalkan kejadian ini (ricuh). Ba'da Isya yang seharusnya sudah bubar tetapi jadi rusuh," kata Presiden Joko Widodo dalam keterangan persnya Sabtu dinihari, 5 November 2016 atau lima jam setelah kerusuhan di dekat kawasan ring satu Jakarta.

Awal mula kericuhan

Pernyataan Jokowi usai pecahnya kerusuhan demo 4 November 2016, kali ini cukup mengejutkan. Mantan Gubernur DKI Jakarta ini jugasecara gamblang menyebut ada aktor politik di balik kerusuhan itu.

Tak dirinci siapa yang menjadi dalang. Namun Jokowi telah menyiratkan bahwa memang ada unsur kesengajaan untuk dibuat rusuh. Dengan fakta, kerusuhan itu justru pecah usai jam demo yang ditetapkan kepolisian berakhir yakni pukul 18.00.

"Ini kita lihat ditunggangi aktor-aktor politik yang memanfaatkan situasi," kata Jokowi tak merinci pesannya itu.

Foto: Seorang pengunjuk rasa melintasi mobil milik kepolisian yang dibakar ketika aksi di depan Istana Merdeka, Jakarta, Jumat, 4 November 2016/ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

Diakui, beberapa jam sebelum kericuhan. Ribuan orang yang tergabung dari berbagai elemen yang menyuarakan aksi penindakan terhadap Ahok secara prinsip memang terpantau dalam koridor.

Seluruhnya terlihat dalam satu komando nan terkoordinir mulai dari titik keberangkatan di Masjid Istiqlal Jakarta sebelum kemudian berpusat di Jalan Medan Merdeka Barat atau tepatnya di bundaran Bank Indonesia.

Pantauan di lapangan menyebutkan, bahwa sebelum kemunculan peserta demo yang umumnya didominasi dengan pakaian putih dan peci atau sorban ini memang telah ada sekelompok massa yang berkumpul di ruas Jalan Medan Merdeka Barat.

Kesaksian di lapangan, massa ini terlihat membawa panji-panji bertuliskan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Ini ditandai dengan tulisan di bendera dan warna hijau di peci dan atributnya.

Massa ini sejak siang, memang sudah terlihat sedikit rusuh dan sempat melempari aparat kepolisian yang berjaga dengan air mineral. Ini terjadi sebelum rombongan massa yang dipimpin oleh imam besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq tiba di lokasi.

Namun kerusuhan ini berlangsung singkat dan tidak membuat kepolisian yang berjaga terpancing. Hingga kemudian setelah waktu Ashar, dan rombongan yang berciri khas dengan pakaian putih berkumpul dan menggelar salat Ashar berjemaah, kericuhan muncul lagi.

Massa yang tergabung dengan mahasiswa yang menggunakan atribut HMI kembali terlibat lempar-lemparan botol bekas air mineral ke kepolisian. Mereka berorasi sendiri tanpa menghiraukan kelompok Habib Rizieq yang juga sedang menyampaikan aspirasinya di ruas jalan yang berbeda.

FOTO: Aksi demo 4 November 2016 saat dipimpin imam besar FPI Habib Rizieq/ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

"Ini kenapa mahasiswa tidak berkoordinasi dengan kita soal demo ini," kata Rizieq lewat pengeras suara sembari meminta kelompok itu berhenti berorasi. Keberangan Habib Rizieq itu pun akhirnya direspons oleh kelompok ini.

Salah seorang perwakilannya pun dipanggil naik ke panggung tempat Habib Rizieq dan sejumlah tokoh agama lain berkumpul. Di situ, pemuda yang tidak diketahui identitasnya itu mengaku berkomitmen akan mematuhi satu komando dengan para pendemo.

Namun sayang, kesepakatan itu sepertinya tak bertahan lama. Akhirnya kelompok yang dipimpin Habib Rizieq pun berorasi sendiri dan kelompok itu juga berorasi terpisah. Tentunya bersama dengan atribut HMI yang terlihat berkibar-kibar bersama mereka. (Baca juga: HMI Bantah Picu Ricuh di Depan Istana)

Waktu berjalan, setelah petang menjelang, muncul Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto. Intinya ingin menemui para pendemo untuk kemudian bernegosiasi. Namun memang tidak membuahkan hasil karena pendemo ingin bertemu Jokowi.

Pertemuan kedua pun terjadi, yang menyebut bahwa pendemo hanya bisa ditemui oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla karena Jokowi sedang tidak berada di istana. Negosiasi pun makin alot.

Namun kemudian berakhir dengan kesepakatan bahwa pendemo akhirnya bersedia menemui Jusuf Kalla dengan mengirimkan beberapa perwakilan. Pertemuan ketiga pun terjadi, sejumlah perwakilan pendemo akhirnya bisa bertemu dengan Jusuf Kalla sebagai pengganti presiden.

Kesepakatan pun muncul, yang intinya bahwa pemerintah tidak tinggal diam dan telah berkoordinasi dengan kepolisian bahwa kasus dugaan penodaan agama yang dilakukan oleh Ahok akan diproses hukum dengan sebaik-baiknya.

"Soal saudara Ahok kita akan tegakkan dengan hukum yang tegas dan cepat," kata Jusuf Kalla di istana Wakil Presiden didampingi koordinator demo Ustad Bachtiar Nasir.

"Oleh pak Kapolri akan selesai dalam waktu dua minggu. Semuanya berjalan sesuai aturan. Itu saja," tambah Kalla.

Jawaban Kalla itu sepertinya cukup menenangkan para pendemo. Desakan agar kepastian hukum terhadap Ahok membawa titik terang bahwa istana ikut merespons situasi yang kini mendera publik.

"Setelah bicara dengan Pak Wapres, tentu mewakili Presiden mudah-mudahan, bahwa proses hukum akan diproses secepatnya dan tegas," kata Bachtiar membenarkan hasil pertemuan mereka sebagai perwakilan pendemo di Istana Wakil Presiden.

Kesepakatan itu pun akhirnya dibawa ke peserta demo di lapangan dan diumumkan kembali. Reaksi pun muncul beberapa menyoraki dan menyatakan ketidaksetujuannya.

Memanas

Sejak itulah, kelompok yang tadi terpisah dengan membawa panji-panji HMI mulai terlibat kericuhan lagi. Kali ini tidak lagi botol bekas yang dilempar ke polisi namun sudah berupa batu.

FOTO: Sekolompok massa yang mulai melakukan pelemparan batu kepada personel kepolisian yang berjaga mengamankan demo 4 November 2016/ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

Dorong-dorongan dan pemukulan barikade polisi dengan kayu pun terjadi di ruas jalan yang berbeda. Barikade pun jebol. Seorang polisi bahkan disebutkan menjadi korban bulan-bulanan massa.

Dan secara mengejutkan, laskar FPI yang sejak tadi terpisah dengan kelompok ini pun mulai memasang perlindungan kepada para polisi. Mereka meminta massa untuk tetap tenang dan tidak bertindak anarkis hingga masuk waktu Maghrib dan kemudian digelar salat berjemaah.

Seiring waktu, massa yang dipimpin Habib Rizieq pun mulai beringsut kembali ke Masjid Istiqlal di tempat keberangkatan mereka. Populasi massa mulai berkurang atas instruksi pimpinan kelompoknya.

Namun entah mengapa, kelompok yang tadi terpisah di ruas jalan yang berbeda mulai membuat kericuhan lagi. Aksi dorong-dorongan dan pelemparan batu pun terjadi. Termasuk membakar ban di jalanan. Barikade yang dibuat FPI untuk melindungi polisi akhirnya jebol. "Jebolkan-jebolkan," teriak massa.

Tak lama muncul api di kendaraan yang berada di dekat barikade polisi. Suasana makin panas dan ricuh. Hingga akhirnya kepolisian pun mengambil sikap untuk memukul mundur para demonstran.

Letupan senjata berisi gas air mata pun terjadi. Meriam air yang tadi siagakan pun mulai digunakan untuk mengusir mundur demonstran. Dan bersamaan dengan itu, kericuhan lain pun pecah di Jalan Medan Merdeka Utara. Sekelompok orang yang beratribut sama juga membuat ricuh.

Konsentrasi pun pecah. Kepolisian yang bersiaga akhirnya mulai membabi buta menembaki demonstran dengan gas air mata. Beberapa mulai dikejar untuk ditangkap karena melempari polisi dengan batu.

Bentrokan pun tak terhindarkan. Dan meluas ke anggota FPI yang tadi tidak terlibat. Sebab, peluru gas air mata yang dilontarkan polisi beberapa juga menyasar ke anggota FPI dan pendemo lain.

Kemarahan pun merebak disertai kepanikan pendemo lain. Sejumlah pendemo perempuan bahkan ikut terjebak mengungsi di gedung Mahkamah konstitusi. Sementara lainnya telah berlarian dan melindungi diri ke arah tugu kuda dan Jalan Medan Merdeka Barat menuju tugu Kuda atau Bundaran BI.

FOTO: Seorang peserta demonstrasi bercadar dan berjubah hitam mengangkat jari dengan latar belakang mobil polisi yang terbakar/ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

Alhasil, kericuhan pun meluas dan menjadi hal yang mengerikan. Pembakaran ban pun terjadi di beberapa titik. Barikade polisi yang sedari tadi bertahan mulai meringsek masuk dan mengejar paksa para pendemo.

Beberapa mulai ditangkap hingga akhirnya ada yang terluka. Baik itu dari kepolisian maupun dari pendemo. "Ada tiga orang anggota Polri yang terluka dan empat pengunjuk rasa. Tapi belum diketahui identitasnya," kata Kepala Biro Penerangan Divisi Hubungan Masyarakat Polri, Brigadir Jenderal Polisi Agus Rianto, Jumat malam.

Dalam waktu singkat, kekuatan keamanan memang berhasil memukul mundur para demonstran. Api yang membakar setidaknya tiga unit mobil pun dipadamkan. Kawasan Monumen Nasional yang menjadi konsentrasi massa pun berangsur kondusif.

Sebagaian pendemo, khususnya mereka yang berbaju putih dan bersorban pun mulai bergerak kembali ke Masjid Istiqlal. Perusuh yang tadi bertahan di Jalan Medan Merdeka Barat pun hilang menyisakan bekas kericuhan berupa batu, sisa pembakaran dan sampah.

Namun demikian, situasi kondusif itu rupanya hanya berlaku di kawasan Monas. Ternyata, setelah beberapa waktu dari kejadian itu, muncul kerusuhan lain di kawasan Jakarta Utara.

Sebuah toko serba ada, Indomaret disebutkan dijarah oleh warga. Lalu ada beberapa mobil yang melintas dilempari dan dirusak. Konsentrasi polisi pun kemudian dialihkan ke kawasan itu.

Sejauh ini belum tercatat berapa dampak kerusakan akibat kerusuhan di kawasan Jakarta Utara tersebut. Hanya saja kepolisian sudha memastikan bahwa kondisi di kawasan itu telah terkendali. "Kami belum tahu siapa yang melakukan. Anggota sudah kesana untuk menjaga," kata Kapolda Metro Jaya M Iriawan.

Yang jelas, hingga Jumat Malam, 4 November 2016, diakui memang situasi Jakarta memang tetap terkendali. Sikap siaga polisi dalam pengamanan memberi hasil yang signifikan. Iriawan saja bahkan berjanji akan menempatkan personelnya hingga tak terbatas untuk pengamanan. Termasuk dalam pengamanan gedung DPR yang sebelumnya juga sempat didatangi oleh massa.

"Sampai betul-betul tidak ada massa di jalan. Jakarta aman!" kata Iriawan didampingi Pangdam Jaya Mayjen Teddy Lhaksmana.

FOTO: Sebuah toko serba ada yang menjadi sasaran penjarahan warga saat demo 4 November 2016/VIVA.co.id/Istimewa

Siapa aktor politik?

Lantas siapa aktor politik yang disebut Jokowi secara terbuka dalam pernyataan persnya di istana? Hal ini menjadi isyarat penting yang sepertinya sengaja menjadi rahasia istana.

Hanya saja Jokowi sudah menempatkan posisi bahwa apa yang dilakukan peserta demo 4 November 2016, khususnya yang di bawah komando para ulama, memang bukanlah pemicu kericuhan yang nyaris mengancam kawasan ring satu tersebut.

"Terima kasih kami sampaikan kepada ulama, kiai, ustad yang telah memimpin umatnya yang menyejukkan, sehingga sampai Magrib tadi berjalan tertib dan damai," kata Jokowi.

Apapun itu, Jokowi telah menyampaikan komitmennya untuk memastikan bahwa kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok yang pernah menjadi wakilnya saat Gubernur DKI Jakarta dipastikan akan diproses.

"Biarkan aparat keamanan bekerja menyelesaikan proses pengakan hukum seadil-adilnya," kata Jokowi menegaskan apa yang telah disampaikan Jusuf Kalla sebelumnya saat demo terjadi.

FOTO: Ribuan peserta demo 4 November 2016 yang berasal dari berbagai ormas Islam di sejumlah wilayah Indonesia/ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

Hingga kini, aktor politik itu masih menjadi misteri. Sinyal-sinyal yang beredar memang ada indikasi bahwa ada oknum tertentu yang memang hendak sengaja mengarahkan pada penggulingan pemerintahan.

Namun sejauh mana isu ini dipastikan, hal ini menjadi bahasan intelijen. Sebab hal ini sangat sensitif apalagi berdekatan dengan pelaksanaan Pilkada serentak 2017 di Jakarta.

Yang jelas, hal yang kemudian menjadi perhatian penting adalah dua pekan lagi ketika kepolisian mengumumkan hasil penyelidikan mereka terhadap Ahok soal penodaan agama.

Sebab jika memang nantinya Ahok ditetapkan tersangka, maka akan mengubah eskalasi politik di Jakarta secara besar-besaran. Dan tentunya, jika justru hasilnya berbeda atau Ahok justru dibebaskan maka akan terjadi juga hal yang tidak kalah hebohnya.

Gelombang demo serupa bukan tidak mungkin terjadi. Gesekan demi gesekan bisa saja meluas lebih jauh. Dan isu SARA menjadi hal yang paling menghangat di Jakarta.

Hal ini cukup beralasan. Imam besar FPI Habib Rizieq pernah menyerukan bahwa aksi demo ribuan orang yang hendak dilakukan di Jakarta, targetnya adalah untuk memenjarakan Ahok. "Target kami adalah penjarakan Ahok," kata Rizieq sehari sebelum demo.

FOTO: Sekelompok perusuh yang mencoba menembus barikade pengamanan polisi saat demo 4 November 2016 di Jalan Medan Merdeka Barat/ANTARA FOTO

Yang pasti, bola panas ini ada di tangan kepolisian. Nasib Ahok bak buah simalakama. Tersangka atau tidak, ulahnya terlanjur melukai mayoritas muslim di Indonesia. Kepolisian hanya memastikan bahwa mereka profesional dan memastikan bahwa seluruh pemeriksaan dilakukan dengan prosedur tertib dan tanpa boleh diintervensi siapa pun.

"Segera tersangkakan dan tangkap Ahok itu permintaan mereka. Dijawab Pak Wapres ada prosedurnya. Kemarin baru diperiksa sebagai saksi pelapor Habib Rizieq. Kemudian nanti Senin baru dipanggil saudara Ahok. Kemudian saksi ahli pidana, agama, dan bahasa," ujar Kapolda Metro Jaya M Iriawan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya