Respons Ekonomi Dunia atas Kemenangan Trump

Donald Trump bersama Melania Trump (istrinya) dan Ivanka Trump (anak perempuannya).
Sumber :
  • REUTERS/Carlo Allegri

VIVA.co.id – Miliarder Donald Trump resmi terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat ke-45, setelah mengalahkan Hillary Clinton pada Selasa 8 November 2016, waktu setempat. Kemenangan tak terduga kandidat presiden Partai Republik itu membuat pasar ekonomi dan pasar uang global sempat terguncang.  

Donald Trump dan Kedua Anaknya Akan Diperiksa Terkait Penipuan

Padahal, berbagai jajak pendapat, analis ekonomi, dan politik sebelumnya memprediksi kandidat presiden Partai Demokrat, Hillary Clinton,yang akan keluar sebagai pemenang.

Usai Trump resmi memenangkan pemilihan presiden AS, bursa saham global dan pasar uang dunia bereaksi negatif.

Donald Trump Ambil Surat Cinta Kim Jong Un dari Gedung Putih

Indeks bursa saham Jepang, Nikkei, terkoreksi lima persen dan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, turun dua persen pada sesi siang, Rabu 9 November 2016. Sementara itu, dolar AS anjlok lebih dari tiga persen terhadap mata uang Jepang, dan sejumlah mata uang dunia lainnya.

Trump yang akan dilantik pada 20 Januari 2017, memiliki kebijakan ekonomi yang anti perdagangan bebas untuk melindungi industri dalam negeri AS. Trump akan membatasi barang impor yang masuk ke AS.

5 Fakta Tewasnya Jenderal Qassem Soleimani, Iran Akan Balas Dendam?

Kebijakan Trump yang anti perdagangan bebas itu, diyakini akan menyebabkan ekonomi global semakin melambat. Banyak ekonom dunia memperingatkan, kemenangan Trump akan menyebabkan pasar saham global runtuh dan merosotnya harga komoditas, serta nilai mata uang dolar AS.

Bahkan, Jack Ablin, chief investment officer dari BMO Private Bank di Chicago, AS, meramalkan bursa saham AS bakal anjlok sebanyak sepuluh persen dalam sepuluh sesi perdagangan berikutnya.

"Pasar luar negeri, terutama pasar negara berkembang, akan mengambil sebagian beban ini. Ini adalah pasar yang lebih mengandalkan penjualan ke kita (AS), daripada kita menjual ke mereka," katanya.

Tetapi, nampaknya guncangan terhadap pasar saham global hanya sementara. Kepastian presiden baru AS itu, ternyata direspons pasar dengan indeks saham utama Amerika Serikat, yang ditutup menguat lebih dari satu persen pada transaksi Rabu, setelah kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS.

Hal yang sama juga terjadi di pasar modal Eropa. Indeks saham di Uni Eropa, Eurostoxx ditutup menguat satu persen pada perdagangan Rabu. Bursa Asia juga dibuka menguat hampir dua persen dan IHSG naik sekitar 0,6 persen pada perdagangan Kamis 10 November 2016.

Harga komoditas pun ikut melonjak, dengan harga minyak mentah AS, ditutup naik 29 sen menjadi US$45,27 per barel, setelah sebelumnya diperdagangkan pada posisi terendah, yaitu US$43,07 per barel dalam dua bulan. Sementara itu, untuk harga minyak Eropa jenis Brent, tercatat naik 31 sen, atau 0,67 persen ke level US$46,35 per barel.

"Janji Trump untuk meningkatkan pengeluaran belanja anggaran pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, telah mendorong reli harga komoditas logam dan mengangkat harga saham terkait sektor tersebut. Pasar juga meyakini Trump akan lebih mudah mengeluarkan regulasi-regulasi yang ramah terhadap investor, mengingat kongres juga dikuasai sama Republik," ujarnya analis First Asia Capital, David N. Sutyanto.

Dampak ke Indonesia

Salah satu isu perdagangan Trump yang diperkirakan berdampak dengan Indonesia adalah Kemitraan Trans Pacific Partnership (TPP). Presiden Joko Widodo telah menyatakan ketertarikannya bergabung dalam TPP kepada Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, saat lawatannya ke AS.

Blok ekonomi TPP ini akan nyaris menghapuskan tarif perdagangan di 12 negara yang mencakup 40 persen perekonomian dunia. Tetapi, kebijakan anti perdagangan bebas Trump mengancam kelanjutan negosiasi perjanjian TPP, yang telah berjalan selama tujuh tahun.

Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Benny Soetrisno mengatakan, terpilihnya Trump sebagai Presiden AS akan membawa efek pada rencana Indonesia untuk bergabung dalam TPP.

Tawaran Barack Obama sebelumnya untuk Indonesia, bergabung dalam blok perdagangan bebas itu, ada kemungkinan ditangguhkan. Benny mengingatkan, Trump dalam kampanye akan meminta TPP dikaji ulang, bahkan dibatalkan.

"Pengaruhnya rencana TPP akan dikaji kembali oleh Trump, rencana kita akan ikut menjadi anggota TPP akan tidak terjadi," ujar Benny kepada VIVA.co.id di Jakarta,Kamis 10 November 2016.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution menyatakan, pemerintah masih menunggu arah kebijakan ekonomi yang akan dikeluarkan oleh Trump.

Darmin mengakui, terpilihnya Trump memang sedikit mengguncang pasar keuangan global. Namun, jika menilik lebih jauh, dampak negatif Trump kepada indikator perekonomian nasional tidak terlalu signifikan.
 
Mantan gubernur Bank Indonesia itu tak yakin, Trump benar-benar memenuhi janji-janji kontroversial, yang disuarakan selama masa kampanye. Sebab, hal itu tentu akan sangat bertentangan dengan kebijakan AS selama ini.

"Lebih baik, kita urusi fondasi ekonomi yang sehat dan kuat. Apapun yang terjadi di negara lain, pengaruhnya tidak mengganggu kita," tuturnya, saat ditemui di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis 10 November 2016.

Darmin juga menyatakan posisi Indonesia dalam pakta perdagangan internasional saat ini belum ditentukan. Pemerintah, kata dia, masih menghitung untung rugi jika bergabung dalam TPP.
 
"Kita baru tahap mengatakan, 'tentu bermaksud ikut setelah mempelajari'," ungkap Darmin.

Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Rizal Affandi Lukman, menambahkan pemerintah akan terus meningkatkan kerja sama dengan AS siapa pun presidennya. Diakuinya dari sisi perdagangan dan investasi AS di Indonesia cukup besar.

"Ke depan, harapannya bisa meningkat lagi, supaya mereka yang sudah di Indonesia akan memberikan keuntungan dan manfaat, dan menciptakan lapangan kerja. Saya tidak melihat itu jadi halangan dan menakutkan," katanya kepada VIVA.co.id, Kamis 10 November 2016.

Optimisme juga ditunjukkan oleh Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional, Soetrisno Bachir. Ia mengatakan, justru dengan menangnya Trump bisa dimanfaatkan oleh pengusaha dalam negeri untuk meningkatkan perdagangan ke AS.

Menurutnya, dengan adanya pengusaha Indonesia yang memiliki kedekatan dengan Trump akan memberikan peluang bagi Indonesia untuk melakukan ekspor ke negara Paman Sam itu.

"Justru, ini menjadi peluang. Kita minta pengusaha-pengusaha kita yang kenal dengan Trump, membantu ekspor kita masuk ke sana. Kita pikir ini positif, diharapkan membantu kepentingan ekonomi kita," kata Soetrisno di Jakarta, Kamis 10 November 2016.

Trump tidak bisa menutup diri
 
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan International Kadin Indonesia, Shinta Widjaja Kamdani, mengingatkan bahwa sebagai presiden di era global, Trump tidak bisa menutup diri dengan bersikap terlalu proteksionisme terhadap arus globalisasi.

"Tapi yang paling penting kita ingat adalah ini semua isu-isu kampanye. Saat dia jadi presiden, dia tidak bisa begitu memutus hubungan global," kata Shinta kepada VIVA.co.id di Jakarta, Kamis 10 November 2016.

Menurutnya, hubungan perdagangan internasional merupakan bagian penting yang dapat berpengaruh pada pertumbuhan perekonomian domestik suatu negara. Sehingga, suatu negara tidak dapat menutup hubungan perdagangan dengan negara lain dan hanya berfokus pada perdagangan pasar domestik.

Ia menyebutkan, impor AS dengan negara lain cukup besar, yaitu US$2,3 triliun. Kalau Trump mengetatkan perdagangan, lebih-lebih menutup keran impor, itu dapat mengganggu keseimbangan ekonomi negara lain.

Ingin tahu seberapa besar kekayaan Donald Trump saat ini, kunjungi . (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya