Sengkarut Tugas Ahok Tuntaskan Banjir Jakarta

Sungai Ciliwung meluap, sejumlah wilayah di Jakarta kebanjiran.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

VIVA.co.id – Banjir di Jakarta bukan suatu hal yang baru. Setelah beberapa kali pergantian pimpinan Jakarta, nyatanya belum ada yang bisa menuntaskan masalah ini seluruhnya. Meski setiap pemerintahan sudah melakukan beberapa upaya untuk mengurangi dampak banjir. Sehari setelah Pilkada DKI, Kamis, 16 Februari 2017, banjir pun masih memasuki rumah warga yang berada di bantaran Sungai Ciliwung.

Petugas Gabungan Pasang Bronjong di Tanggul Jebol Kali Hek Kramat Jati

Air kiriman dari Bogor tersebut sudah mulai menyapa warga bantaran Sungai Ciliwung sejak Kamis dini hari. Air dengan ketinggian hingga 1,5 meter itu lama kelamaan terlihat sudah mulai surut.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, menjelaskan, berdasarkan data sementara yang dihimpun Pusdalops BPBD DKI Jakarta, banjir tidak hanya merendam permukiman di bantaran Sungai Ciliwung, tapi juga sebagian Kali Cipinang. Sebanyak 7.788 jiwa atau 3.393 kepala keluarga yang terdampak langsung dari banjir kiriman ini. 
 
"Tempat tinggalnya terendam banjir dengan ketinggian bervariasi antara 10–150 sentimeter," kata Sutopo, Kamis, 16 Februari 2017. 
 
Daerah yang terendam banjir adalah Jakarta Timur meliputi, Kecamatan Ciracas di Kelurahan Cibubur dan Kelurahan Rambutan, Kecamatan Kramat Jati di Kelurahan Cililitan, serta Kelurahan Cawang dan Kecamatan Jatinegara di Kelurahan Kampung Melayu dan Kelurahan Bidara Cina.
 
Daerah yang cukup parah terendam banjir hingga ketinggian 150 sentimeter adalah Kelurahan Cawang. Ada sebanyak 1.188 kepala keluarga atau 3.896 jiwa terdampak banjir. Di wilayah Kampung Melayu, banjir hingga ketinggian 100 sentimeter dan yang terdampak 443 kepala keluarga atau 1.456 jiwa.
 
"Masyarakat diimbau untuk selalu waspada karena potensi hujan berintensitas tinggi masih berpeluang terjadi. Puncak hujan diperkirakan sampai akhir Februari mendatang," ujarnya.

28 RT di Jakarta Terendam Banjir, Hek Kramat Jati Mulai Surut

Belum bisa atasi banjir

Gubernur DKI Jakarta, Basuk Tjahaja Purnama alias Ahok, menjelaskan, banjir masih bisa terjadi di sekitar sungai yang normalisasi bantarannya belum tuntas. Normalisasi di kawasan Bukit Duri – yang rencananya dilakukan sepanjang dua kilometer – belum sepenuhnya selesai, meski Pemerintah Provinsi DKI sudah berhasil melakukan pembebasan lahan melalui penertiban bangunan tahun lalu.

BPBD Ungkap Data Curah Hujan Eksrem yang Sebabkan Jakarta Banjir Hari Ini

Diketahui, Pemerintah Provinsi DKI memerlukan pembebasan lahan untuk pelaksanaan proyek normalisasi kali. Normalisasi, atau pengembalian fungsi sungai untuk mengalirkan limpahan air dari hulu ke hilir (laut) tanpa meluap, dianggap sebagai hal utama yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah banjir di Jakarta.

Adapun proyek dilaksanakan pemerintah pusat melalui Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC), sebuah lembaga di bawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPU Pera). Selaku pemerintah daerah, Pemerintah Provinsi DKI bertanggung jawab atas pembebasan lahan.

"Yang banjir (di Jakarta) itu memang daerah-daerah yang kita belum selesai normalisasi, termasuk banyak perumahan yang memang lokasinya didudukin (jalur air), ada sengketa tanah atau ada didudukin rumah-rumah bedeng sehingga enggak ada saluran," ujar Ahok di Balai Kota.

Menurut dia, Pemerintah Provinsi DKI akan melanjutkan pekerjaan pembebasan lahan di wilayah-wilayah yang menjadi penyebab saluran air bermasalah. Ahok menggunakan temuan yang ia dapat dari banyak blusukan ke wilayah-wilayah di mana saluran air dilaporkan bermasalah sepanjang masa kampanyenya sebagai calon Gubernur DKI di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI 2017 selama 3,5 bulan ke belakang. Pembebasan lahan itu akan mulai dibahas dengan Dinas Sumber Daya Air DKI.

"Kita harus tetap normalisasi. Artinya kita sampaikan, enggak ada pilihan walaupun dia (warga) marah atau apapun. Ya namanya juga kayak orang tua sama anak gimana. Kalau enggak, mau gimana? Sinetronnya jalan terus dong, banjir," ujar Ahok.

Ahok juga menyatakan ingin membeli setiap bidang tanah di pinggiran sungai-sungai di Jakarta.

"Pokoknya semua (pinggiran sungai dinormalisasi). Saya sudah bilang sama orang Jakarta, kalian tinggal di belakang sungai, kamu hitung saja (harga) tanah kamu nih. Atau kalau kamu mau beli tanah, kamu beli tanah yang di belakang sungai. Yang pas (pada jalur) jalan inspeksi nanti pasti jadi mahal karena kami enggak mungkin setop. Kami akan terus lakukan normalisasi," ujar Ahok.

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, menambahkan, banjir juga terjadi karena ada beberapa titik sungai belum selesai dipasangi dinding turap atau sheet pile. "Terus terang saja, itu kan belum tuntas untuk pasang sheet pile-nya, belum tuntas. Itu ada beberapa titik nanti kami fokus," ujar Djarot.

Penyebab banjir

Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI, Teguh Hendarwan, mengungkapkan penyebab banjir yang terjadi Kamis kemarin. Menurutnya ada lokasi dinding turap yang bocor di dekat Jembatan Tongtek, di Kampung Pulo. Beton yang bocor menyebabkan aliran air yang besar meresap ke dalam tanah hingga menimbulkan genangan di sejumlah titik di sekitarnya.

"Pembangunan sheet pile ada yang bocor persis di Jembatan Tongtek. Saya sudah dapat laporan dari Pak Camat," ujar Teguh di Balai Kota DKI.

Menurut Teguh, sejumlah titik yang tergenang antara lain Jalan Jatinegara Barat, beberapa wilayah Rukun Warga (RW) di Kampung Pulo, kawasan Bukit Duri termasuk SMAN 8 Jakarta yang dilaporkan tergenang sampai setinggi 40 sentimeter (cm).

Teguh mengatakan, tindakan yang diambil adalah berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC). 

Penambalan kebocoran, kata Teguh, diharapkan segera dilakukan. Selain itu, ada minimal lima unit pompa stasioner yang diharapkan bisa membuat genangan surut dalam waktu cepat.

"Di lapangan, dua jam pun free (bebas genangan). Karena ada lima pompa air. Kalau dulu tiga hari (genangan surut), ini dua jam sudah bisa kering. Perbedaannya jauh," ujar Teguh. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya