Menemukan Calon 'Rumah Baru' di Planet Antah Berantah

Ilustrasi Planet Sembilan.
Sumber :
  • NASA/Ames/JPL-Caltech/T. Pyle/Handout via Reuters

VIVA.co.id – Di tengah hiruk pikuk kondisi ekonomi dan politik dunia yang serba tak pasti, tim ilmuwan di Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menemukan secercah harapan terkait rumah baru untuk seluruh umat manusia.

Manusia Bisa Hidup di Planet Selain Bumi karena AI

Para astronom itu baru-baru ini menemukan satu gugusan planet baru di luar tata surya kita (exoplanet). Gugusan exoplanet itu ditemukan melalui pengamatan teleskop, baik dari Bumi maupun teleskop luar angkasa.

Planet-planet itu mengitari bintang yang diberi nama TRAPPIST-1. Ini berkat pengamatan teleskop Spitzer, yang sudah berkelana selama 14 tahun sejak diluncurkan NASA. 

5 Hal yang Akan Terjadi Jika Atmosfer Bumi Hilang

Bintang tersebut letaknya sekitar 40 tahun cahaya (378 triliun kilometer) dari Bumi. Lokasinya berada di gugus bintang Aquarius, masih satu galaksi dengan Bumi yang berada di gugus bintang Orion.

Yang unik dari gugusan planet itu adalah ditemukannya tanda-tanda kemiripan dengan Bumi. Artinya, ada kemungkinan bahwa beberapa dari planet tersebut bisa dihuni.

Pakar Ungkap Alasan Alien Enggan Berkunjung ke Bumi

Dilansir dari laman resmi NASA, Kamis 23 Februari 2017, TRAPPIST-1 pertama kali ditemukan pada 2015 silam oleh Michael Gillon, astronom sekaligus kepala tim peneliti exoplanet dari Universitas Liege, Belgia.

Kala itu, Gilon menggunakan teleskop Transiting Planets and Planetesimals Small Telescope (TRAPPIST) yang berada di Observatorium La Shilla, Cile.

Dengan menggunakan tambahan teleskop luar angkasa Spitzer milik NASA yang mengorbit di sekitar Matahari, Gilon berhasil menemukan adanya tiga planet di tata surya tersebut.

Berkat sensor infra merah canggih yang ada pada Spitzer, para ilmuwan mengamati perubahan cahaya saat gugus planet mengorbit di TRAPPIST-1.

Dari perubahan cahaya itu, mereka bisa menentukan ukuran dan jarak masing-masing planet. Hasilnya, massa ketiga planet itu disebut tidak jauh berbeda ukurannya dengan Bumi.

Selanjutnya...benarkah layak untuk dihuni?

Merasa girang dengan penemuan tersebut, Gilon kemudian melakukan pengamatan lebih lanjut. Teleskop Spitzer yang berada di luar angkasa diposisikan sedemikian rupa sehingga bisa merekam lebih banyak data soal exoplanet tersebut.

“Kami mendapat banyak sekali data. Dari tiga exoplanet jadi empat, kemudian jadi lima. Akhirnya, ditemukan ada tujuh exoplanet,” ujar Gilon saat diwawancarai TheVerge.

Berikut beberapa data yang berhasil didapat Gilon dari Spitzer:

  1. Ada tujuh exoplanet yang berada di tata surya itu. Ketujuh planet tersebut mengitari bintang TRAPPIST-1.
  2. Masing-masing exoplanet diberi kode sesuai abjad dan jarak dari bintangnya, dimulai dari ‘b’ hingga ‘f’.
  3. Jarak semua exoplanet ke TRAPPIST-1 lebih dekat dibandingkan dengan jarak Merkurius ke Bumi.
  4. Ada beberapa exoplanet yang jaraknya tidak jauh berbeda dengan jarak Bumi-Bulan.
  5. Ukuran TRAPPIST-1 kurang lebih sebesar planet Jupiter dan merupakan bintang berukuran kecil yang lemah.
  6. Waktu yang dibutuhkan exoplanet ‘b’ untuk mengitari bintangnya hanya 1,5 hari, sementara exoplanet terjauh, yakni ‘h’, butuh 20 hari.

Menurut Gilon, lemahnya cahaya TRAPPIST-1 juga menguntungkan astronom. Bila cahayanya terlalu terang, maka mereka kesulitan mengukur perubahan sinar yang terjadi saat gugusan planet mengitari bintang.

“Jarak 40 tahun cahaya bagi kami tidak terlalu jauh. Kami bisa melakukan pengamatan secara lebih detail,” ungkapnya.

Karena ukurannya yang tidak jauh berbeda dari Bumi, ilmuwan memiliki teori bahwa ada kemungkinan permukaan gugusan planet itu terdiri dari bebatuan.

Rasa optimistis mereka makin meningkat, saat mengetahui berpotensi mengandung unsur yang dibutuhkan manusia untuk hidup, yakni air.

Teori itu didapat dari hasil penghitungan panas yang dihasilkan bintang dengan jarak ke exoplanet terdekat.

Selain itu, mereka juga memperkirakan, suhu yang dihasilkan cukup ideal untuk manusia bertahan hidup di salah satu exoplanet yang ada.

"Ini merupakan hasil yang paling mengasyikkan yang saya alami, selama 14 tahun terlibat di operasi Spitzer," kata Sean Carey, manajer Pusat Sains Spitzer NASA di Caltech/IPAC, Pasadena, California.

Selanjutnya....penemuan terbesar dalam sejarah NASA

Selain Spitzer, NASA juga mengerahkan teleskop luar angkasa andalan mereka lainnya, yakni Hubble. Teleskop ini diarahkan untuk mendeteksi adanya gas Hidrogen dan Helium di exoplanet.

Dari hasil yang didapat Hubble, NASA mengungkapkan bahwa exoplanet ‘b’ dan ‘c’ diduga kuat tidak mengandung dua unsur kimia tersebut. Hal itu berarti bahwa kedua planet memiliki massa yang padat seperti Bumi.

Namun, guna melakukan penelitian lebih lanjut, NASA akan mengerahkan teleskop luar angkasa baru mereka, James Webb.

Teleskop yang akan mengorbit jauh dari Bumi itu bakal diluncurkan tahun depan. Dengan memakai teleskop James Webb, NASA bisa memeriksa suhu serta tekanan yang ada di permukaan exoplanet.

Selain itu, teleskop James Webb juga difungsikan untuk mendeteksi susunan atmosfer yang ada di masing-masing exoplanet, seperti gas karbon dioksida dan ozon.

“Dengan data lebih banyak, kami bisa mendeteksi adanya metane atau kandungan air yang ada di atmosfer. Ini adalah penemuan terbesar dalam sejarah NASA,” ujar salah satu astronom NASA yang bertugas membuat jurnal tentang TRAPPIST-1, Hannah Wakeford.

Ilustrasi penemuan planet baru TRAPPIST-1f oleh Teleskop Antariksa NASA.

Ilustrasi penemuan planet baru TRAPPIST-1f oleh Teleskop Antariksa NASA (Courtesy NASA/JPL-Caltech/Handout via REUTERS)

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya