Sudah 100 Hari, Kasus Novel Masih Saja Misteri

Aksi dukungan untuk penyidik KPK Novel Baswedan
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Reno Esnir

VIVA.co.id – Sudah lebih dari tiga bulan kasus teror atas Novel Baswedan masih belum terungkap. Pengusutan kasus ini pun terkesan berjalan relatif lambat. Polisi baru menduga-duga tersangka peneror Novel lewat goresan sketsa.

Omongan Lawas Novel Baswedan soal Karma Firli Bahuri: Tak Usah Dibalas, Nanti Jatuh Sendiri

Padahal kasus ini tergolong teror tingkat tinggi dan setiap hari selalu disorot masyarakat. Itu karena penyiraman air keras ini tidak saja merupakan serangan teror atas penyidik senior KPK sekelas Novel, namun juga sudah menjadi teror bagi perjuangan panjang bangsa Indonesia melawan korupsi. 

Perkembangan yang didapat dari 100 hari kasus teror itu baru pada kondisi terkini korban, yang sedikit melegakan namun tetap memprihatinkan. Sebuah foto Novel tersebar luas. Dalam gambar itu, kelopak mata kiri penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi tersebut tampak berwarna putih. Kabar teranyar Kepala Satgas Kasus Proyek e-KTP itu pun menjadi viral di media sosial.

Firli Bahuri Kirim Surat ke Jokowi Nyatakan Mundur Jadi Ketua KPK, Novel: Modus Lama!

Kondisi terakhir Novel seperti dalam foto tersebut dibenarkan pihak KPK. Berdasarkan hasil pemeriksaan tim dokter di Singapura, jaringan mata k?iri  tidak lagi terjadi pertumbuhan. "Mata kiri Novel sudah terlihat? berwarna putih. Dokter mengatakan jaringan (mata kirinya) di sana sudah tidak tumbuh," kata Juru Bicara KPK Febri Diansyah melalui pesan singkat, Kamis, 20 Juli 2017.

Saat ini, tengah dipertimbangkan untuk melakukan operasi besar pada mata kiri pria kelahiran Semarang, 22 Juni 1977.  Sementara mata kanan Novel sedang dalam proses perbaikan. 

Novel Baswedan Minta Firli Bahuri Segera Ditahan setelah Praperadilan Ditolak

Mata lulusan Akademi Kepolisian tahun 1998 terluka akibat disiram air keras oleh orang tak dikenal, Selasa, 11 April 2017. Ketika itu, Novel baru saja salat subuh di masjid dekat rumahnya di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Dalam perjalanan pulang ke kediamannya, tiba-tiba ada pelaku berboncengan sepeda motor mendatangi Novel. Pelaku lantas menyiramkan air keras ke wajah mantan Kasat Reskrim Polres Bengkulu tersebut.

Seketika pandangan Novel terganggu. Dia berteriak minta tolong dan berusaha kembali ke masjid. Warga sekitar lantas menolong Novel dan membawanya ke Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading. Dari rumah sakit itu, Novel dirujuk ke RS Jakarta Eye Center. Suami dari Rina Emilda tersebut lantas dirujuk ke rumah sakit di Singapura. Hingga saat ini, ayah empat anak itu masih berada di Negeri Singa. 

Kamis, 20 Juli 2017, genap 100 hari sudah peristiwa penyiraman air keras itu terjadi. Jajaran KPK menggelar doa bersama untuk kesembuhan Novel. Mereka juga menagih janji Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian untuk mengungkap kasus itu. 

KPK telah menawarkan bantuan guna mengungkap penyerangan tersebut. KPK juga siap memfasilitasi penyidik Polri untuk memeriksa Novel. "Kami sangat berharap kepada Pak Kapolri dan Pak Kapolda menuntaskan kasus ini agar masyarakat tidak bertanya-tanya siapa penyerang mas Novel," kata Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Laode Muhammad Syarif kepada wartawan, Kamis, 20 Juli 2017.

Berbagai dugaan siapa pelaku tersebut bermunculan. Di antaranya muncul nama seseorang berinisial AL, satpam di sebuah spa di Jakarta Pusat. Dia diduga sebagai penyerang Novel. Sosok tersebut didapat polisi dari foto yang diberikan Novel di Singapura. Namun dugaan itu patah di tengah jalan. Sebab, setelah diperiksa, tidak ada bukti kuat yang menunjukkan AL adalah pelakunya.

Selanjutnya, muncul lagi sebuah nama terduga pelaku. Kali ini, nama Nico yang terseret. Dia diketahui merupakan keponakan salah satu terpidana kasus dugaan suap pengurusan sengketa Pilkada di Mahkamah Konstitusi. Dalam kasus tersebut, Novel merupakan salah satu penyidiknya.  

Nico sempat diperiksa karena membuat video berisi pernyataan kebencian kepada Novel di media sosial. Namun kemudian polisi melepaskannya lantaran tak terbukti terlibat kasus penyiraman air keras itu. "Setelah kami cek, tak ada hubungannya. Enggak ditemukan hubungan antara Nico ini dengan kasus Novel," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Raden Prabowo Argo Yuwono, Jumat, 19 Mei 2017.

Sejauh ini, polisi sudah banyak mendapat informasi terkait kasus penyiraman air keras itu. Namun informasi tersebut belum cukup untuk bisa menangkap pelaku.  "Masih kami dalami. Semua informasi banyak tapi satu persatu kami analisa, dengan barang bukti, keterangan saksi dan lain-lain," ujar Argo.

Selanjutnya...Soal Jenderal Terlibat

Soal Jenderal Terlibat

Hingga kini, kasus ini masih gelap. Novel pun heran penyelidikan perkara tersebut tak kunjung  menemui titik terang. Kepada Time.com, Novel sempat mengungkapkan pernyataan mengejutkan. Dia menyebutkan, pihaknya mendapat informasi bahwa seorang jenderal kepolisian diduga terlibat dalam kasus ini.

“Awalnya, saya bilang itu informasi yang bisa jadi salah. Namun, kini sudah dua bulan lamanya dan kasus saya tak juga menemukan titik terang. Saya katakan, perasaan saya bahwa informasi itu bisa saja benar,” ujar Novel seperti dikutip dari Time.com, Selasa, 13 Juni 2017.

Soal dugaan keterlibatan jenderal itu, anggota Komisi III DPR Nasir Djamil meminta Novel untuk blak-blakan membuka bukti dan identitas oknum tersebut. Bahkan, dia menyarankan Novel melaporkan dugaan keterlibatan oknum jenderal itu. "Seperti apa. Kenapa kira-kira. Jadi diharapkan Novel bisa membantu. Tanpa keterangan Novel, sulit terungkap. Dugaan saya ini balas dendam. Mungkin aja. Karena sepak terjangnya membuat orang kayak gimana gitu," kata Nasir kepada VIVA.co.id, Jumat, 16 Juni 2017.

Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto meminta agar Novel menyampaikan keterangannya dengan menuangkan di Berita  Acara Pemeriksaan (BAP). Jika keterangan itu hanya disampaikan ke media massa maka tidak bisa dijadikan untuk pro justitia. Penyidik sudah pernah meminta keterangan Novel namun hal itu belum tuntas. Penyidik berencana akan kembali  meminta keterangan Novel di Singapura.

Polisi sudah memeriksa kamera CCTV di sekitar lokasi. Sejumlah 21 toko kimia pun telah diperiksa. Hal itu untuk mendapatkan informasi apakah ada seseorang yang membeli cairan air keras sebelum Novel diserang.

Selanjutnya...Baru Sekadar Sketsa

Baru Sekadar Sketsa

Laboratorium forensik Polri telah menguji cairan yang disiram kepada Novel.  Dari hasil uji, air keras tersebut adalah asam sulfat atau H2S04. Umumnya, menurut Peneliti Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Agus Haryono, konsentrasi asam sulfat tergolong tinggi, yakni 96 persen. Dengan tingkat konsentrasi asam itu maka asam sulfat bersifat korosif. 

Berdasarkan catatan LIPI, asam sulfat banyak digunakan dalam industri. Cairan ini bersifat kental dan amat korosif. Air keras ini bereaksi dengan jaringan tubuh dan berbahaya bila kontak dengan kulit dan mata.

Saat ini, penyidik masih menyelidiki kasus penyerangan terhadap Novel. Terbaru, kepolisian sudah menyelesaikan sketsa orang yang digambarkan para saksi sebelum insiden itu terjadi. Terdapat tiga hasil sketsa yang berbeda. 

Hasil sketsa tersebut juga sudah disampaikan ke KPK. Nantinya sketsa itu pun akan diserahkan ke Novel untuk dikonfirmasi.  Namun, belum dapat dipastikan apakah mereka pelaku penyerangan.

"Iya makanya ini, mukanya beda-beda ini. Dari tiga saksi yang diberikan, tiga-tiganya berbeda. Jadi belum dapat dipastikan apakah sketsa tersebut terduga pelaku atau bukan," ujar Setyo, Kamis, 20 Juli 2017. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya