Mobil Esemka, Kental Nuansa China

Esemka Digdaya 2.0 kepergok tengah diuji coba.
Sumber :
  • Facebook

VIVA.co.id – Jejak mobil bercita rasa nasional Esemka kembali menggema. Setelah lama tak ada kabar, kini jenama mobil lokal asal Solo itu, kembali muncul ke permukaan.

Mobnas Vietnam Siap Mendunia, Esemka Bagaimana?

Ihwalnya, muncul beberapa foto wujud dari salah satu produk Esemka bernama Digdaya yang ramai menghiasi lini masa beberapa hari terakhir. Mobil ber-genre double cabin itu tepergok tengah diuji coba di jalan raya.

Masyarakat pun langsung bereaksi. Ada yang menyampaikan komentar positif, tak sedikit pula yang mencibirnya.

3 Mobil Buatan Anak Bangsa yang Tak Kunjung Diluncurkan

Digdaya sebenarnya merupakan mobil kreasi Esemka yang bergulir sejak lama. Tercatat sebelum 2010, nama mobil ini masuk dalam daftar gacoan Esemka dan diproyeksikan jadi pilihan menarik masyarakat di Tanah Air.

Pertama kali, mobil ini dirakit oleh SMK 1 Singosari, Kabupaten Malang dan dipamerkan dalam Pameran Produk Indonesia pada 2009 di Kemayoran, Jakarta. Bila edisi terdahulu dibenamkan mesin 1.500cc, generasi terbarunya kini sudah dipercaya menggendong mesin 2.000cc.

Lihat Mobil Ini Diangkut Polisi, Netizen Sebut Gaib

Akun media sosial resmi Esemka_Indonesia tak menampik pihaknya hingga kini terus melakukan upaya menghadirkan Digdaya ke pasaran. Seakan tak gentar dengan gempitanya pasar mobil di Tanah Air, Esemka terus melakukan pengembangan, yakni melakukan uji coba. "Percobaan jalan. Jika sudah saatnya kami akan release," tulisnya.

Perakitan mobil Esemka di Solo

Esemka Digdaya. Foto: Dok VIVA.co.id

Saat ini, mobil-mobil Esemka dirakit di pabrik mereka di kawasan Boyolali, Jawa Tengah. Pabrik perakitan berada di Desa Demangan, Kecamatan Sambi, Boyolali, Jawa Tengah.

Kini, Esemka dipegang PT Adiperkasa Citra Esemka Hero (ACEH), perusahaan hasil kerja sama AM Hendropriyono dan PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK). Esemka juga tercatat sudah mengantongi izin produksi sejak 2016.

"Pabrik perakitan Esemka menggunakan lahan seluas 12 hektare. Secara teknis, tanah tersebut separuhnya merupakan sewaan dan separuhnya lagi milik PT ACEH. Nilai investasinya mencapai Rp2,1 triliun. Ini juga merupakan arahan dari Pak Jokowi," kata Bupati Boyolali Seno Samudro saat berbincang dengan VIVA.co.id beberapa waktu lalu.

Selanjutnya, Kental Nuansa China

Kental Nuansa China

Meski belum dirilis secara resmi, Esemka sudah membuka keran pemesanan. Dalam akun resminya, Esemka menyebut ada tiga mobil yang bisa dibeli secara online.

Ketiga mobil itu adalah Esemka Bima 1.3 (pikap), Esemka Digdaya 2.0 (double cabin), dan Borneo 2.7 D (minibus). Para calon konsumen diminta untuk mengisi formulir pemesanan terlebih dahulu.

Tetapi, setelah wujud Digdaya terbaru bergulir, tak sedikit orang yang menyebut jika sosoknya sangat mirip dengan mobil China, yakni racikan dari Guangdong Foday Automobile. Apalagi, Esemka dan Guangdong Foday Automobile pada 2010 memang menjalin kemitraan.

Tetapi tidak jelas, apakah Esemka Digdaya lahir karena memang benar sekadar mengubah emblem Foday ke Esemka, atau merakit dengan mengirimkan komponen dari China, kemudian dirakit dan ditambahkan dengan komponen lokal.

Komentar miring dari masyarakat bukan tanpa dasar. Sebab, jika dicermati dengan saksama, Esemka Digdaya memang sangat mirip dengan Foday F22, identik. Yang membedakan hanya emblem dari mobil sebelumnya.

Foday F22 yang mirip dengan Esemka Digdaya.

Foday F22. Foto: Carnewschina

Warna yang ditawarkan juga sama, di antaranya hitam, putih, dan silver. Seperti dilansir di situs resmi Guangdong Foday Automobile, F22 merupakan mobil double cabin yang memiliki dimensi panjang 5.219 milimeter, lebar 1.870 mm, dan tinggi 1.844 mm.

Mobil itu punya dua pilihan mesin, bensin dan diesel. Untuk jenis bensin memakai mesin milik Mitsubishi dengan seri 4G69S4N berkubikasi 2.378 cc, sedangkan edisi diesel dipercayakan menggunakan seri D19TCID1 turbocharged 1,9 liter.

Mesin lalu disandingkan dengan transmisi manual lima percepatan dengan penggerak roda belakang, penggerak roda depan, serta pilihan penggerak empat roda.

Menurut pengamat Otomotif Bebin Djuana, meski keduanya terlihat mirip, belum tentu juga itu merupakan produk yang sama. "Mirip belum tentu sama, di dunia banyak yang mirip satu dengan yang lain hanya karena tren desain," kata dia kepada VIVA.co.id.

Esemka Digdaya 2.0 kepergok tengah diuji coba.

Esemka Digdaya 2.0. Foto: Istimewa

Dia memahami jika selama ini masyarakat cenderung memiliki sentimen negatif terhadap mobil-mobil China. Mengingat, dahulu Indonesia sempat kebanjiran produk kendaraan dari negeri Tirai Bambu, dan kualitasnya buruk.

"Nah, hal ini lah yang masih membekas di benak konsumen kita. Tapi dunia sudah berubah, mereka (China) juga sudah berbenah. Jika konsumen terus menerus sentimen, justru akan rugi sendiri, karena industri mereka raksasa, sehingga mampu memberikan produk yang bagus dengan harga pantas," kata Bebin.

Kendati demikian, dia memang menyangsikan Esemka merupakan produk rancang bangun putra bangsa. Sebab, sangat tak mungkin bagi jenama baru sekelas Esemka berdikari tanpa mendapat dukungan dari merek-merek yang sudah ada, seperti yang sudah terjadi di negara lain.

"Belajar membuat mobil berkualitas, banyak contoh di luar sana, peluangnya sangat baik dan mungkin," tuturnya.

Selanjutnya, Bukan Mobil Nasional

Bukan Mobil Nasional

Sebelum Digdaya mulai ramai diperbincangkan khalayak luas, Presiden Joko Widodo beberapa hari sebelumnya sempat menyampaikan masa depan Esemka. Kata Presiden, jika benar-benar siap diproduksi secara massal, pemerintah bakal memberi perhatian agar produk itu bisa masuk ke pasaran. 

"Tapi, ya ditunggu lah tanggal mainnya. Baik untuk Mahesa, dan nanti Esemka," kata Jokowi, saat mengunjungi bengkel Kiat Mahesa, Klaten-Yogyakarta, Minggu malam, 17 September 2017.

Bengkel Kiat Mahesa merupakan milik Sukiyat, yang dulu juga memproduksi mobil Esemka. Sukiyat lalu membuat mobil untuk pertanian dengan nama Kiat Mahesa.

Kendaraan-kendaraan yang diproduksi memang mirip dengan Esemka, namun belum dipasarkan. Apalagi mobil-mobil Kiat Mahesa juga belum uji emisi dan sertifikasi. 

Menurut Jokowi, kesuksesan mobil pada dasarnya memang tak hanya bicara soal produk, namun juga selera pasar. Apabila bisa dikembangkan, dan mampu diserap, tentu bukan jadi hal yang mustahil bagi Esemka meraih kesuksesan.

"Esemka sudah bersertifikasi, sudah uji emisi, tetapi apakah visible untuk dipasarkan? Apakah bisa berkompetisi? Apakah bisa bersaing? Itu pertanyaan-pertanyaan seperti itu yang harus bisa dijawab oleh industri. Tugas pemerintah memberikan dorongan agar ini gagasan, ide seperti ini, bisa masuk ke pasar. Tugas pemerintah itu," ujar Jokowi.

Joko Widodo duduk di atas kap mesin mobil Esemka yang telah dinyatakan lolos uji emisi. Saat itu Jokowi masih menjabat Wali Kota Solo.

Jokowi duduk di atas kap mesin Esemka saat masih jadi Wali Kota Solo. Foto: Dok VIVA.co.id

Terkait apakah benar Esemka mobil nasional atau bukan, pihak PT ACEH sebenarnya sudah memberi penjelasan soal status mereka. Managing Director PT Adiperkasa Citra Esemka Hero, Hosea Sanjaya ketika ditemui di Cibubur, menegaskan, Esemka statusnya memang bukan mobil nasional, melainkan mobil bercita rasa Indonesia.

Sebab, selain Guangdong Foday Automobile, Esemka juga memanfaatkan teknologi beberapa jenama lain, di antaranya adalah Geely, produsen mobil asal China.

Esemka lahir dengan memanfaatkan pemberdayaan lokal hingga kolaborasi dengan komponen Original Equipment Manufacturer (OEM). "Esemka itu bukan mobil nasional, tapi mobil Indonesia," kata Hosea.

Maksud Esemka dari mobil Indonesia, berarti produk yang lahir dan diproduksi di Tanah Air. "Mobil yang bisa dilahirkan dan diproduksi di Indonesia, merek Indonesia. Industri mobil itu ada definisinya, yaitu suatu industri di bidang otomotif yang mengelola reputasi mengenai kualitas, posisi suatu merek yang kapitalisasi OEM, di mana pun selalu melakukan pemberdayaan lokal nasional, sehingga memberikan nilai tambah," ujar Hosea.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya