Tata Surya Baru dan Masa Depan Jagat Semesta

Perbandingan Tata Surya dengan sistem bintang Kepler-90
Sumber :
  • www.nasa.tumblr.com

VIVA – Menjelang penutupan tahun, Badan Antariksa Amerika Serikat ‘melahirkan’ dunia baru. Badan tersebut mengumumkan ada Tata Surya kembaran di luar Tata Surya dengan matahari sebagai pusatnya. 

Komet Raksasa sedang Menuju Tata Surya

Tata Surya baru yang dimaksud ini yakni sistem bintang Kepler-90. Jaraknya begitu jauh, 2545 tahun cahaya dari bumi. Sistem bintang tersebut dibilang Tata Surya baru, sebab diorbiti oleh delapan planet, sama komposisinya dengan planet yang ada di Tata Surya kita. 

Lahirnya Tata Surya baru ini diumumkan NASA, setelah mereka menemukan planet kedelapan dari sistem bintang Kepler-90, yakni Planet Kepler-90i. 

Dunia Tata Surya Geger, hingga Elon Musk Stres

Planet kedelapan itu melengkapi tujuh planet anggota Kepler-90 sebelumnya yaitu Kepler-90b, Kepler-90c, Kepler-90d, Kepler-90e, Kepler-90f, Kepler-90g, dan Kepler-90h. 

Sistem bintang dengan komposisi delapan planet ini merupakan yang kedua, selain Tata Surya di jagad semesta. Sebelum 'naik kelas' menjadi Tata Surya baru, sistem bintang Kepler-90 bersama dengan sistem bintang TRAPPIST-1 masing-masing memiliki 7 planet yang mengorbit mereka.

Dua Remaja Ini Bikin Geger Dunia Tata Surya

Dengan temuan Planet Kepler-90i, maka kini di jagad semesta hanya ada dua Tata Surya. 

Bicara perbandingan dengan Tata Surya, sistem bintang Kepler-90 punya konfigurasi yang sama dengan 'seniornya' tersebut.

Planet bagian terdalam yang mengorbit Kepler-90 merupakan planet kecil dan planet terluar mengorbit merupakan planet besar. Konfigurasi ini sama dengan planet kecil dan besar yang mengorbit di Tata Surya. 

Perbedaan antara Tata Surya dengan Kepler-90 yakni soal jarak orbit. Planet di sistem Kepler-90 lebih dekat orbitnya dengan bintangnya dibanding planet-planet di Tata Surya yang mengorbit Matahari. Tak heran maka orbit planet ketiga terdekat dari Kelper-90, yakni Kepler-90i butuh waktu 14,4 hari untuk mengorbit Kepler-90. Sementara Bumi yang merupakan planet ketiga di Tata Surya butuh waktu mengorbit Matahari selama 365 hari. 

Sementara planet terluar dari kembaran Tata Surya ini, Kepler-90h mengorbiti bintangnya dalam waktu 331 hari. Jarak orbit Kepler-90h ini sama dengan jarak orbit Bumi terhadap Matahari. Artinya Kepler-90 lebih ciut dibanding Tata Surya.

Jika dibandingkan bagian terluar dari sistem Kepler-90 masih dalam bagian Tata surya dalam sistem kita.

"Sistem bintang Kepler-90 merupakan versi mini Tata Surya kita. Sistem ini punya planet kecil di bagian dalam dan planet besar di bagian luar, tapi semua jauh lebih dekat (ke bintangnya)" jelas Sagan Postdoctoral Fellow NASA, Andrew Vanderburg yang terlibat dalam penemuan Kepler-90i dikutip dari website NASA.

Perbandingan orbit Kepler-90 dan Tata Surya

Kepler-90 lebih ciut dibanding Tata Surya

Berposisi seperti bumi di Tata Surya, planet ketiga, Kepler-90i ini berukuran 30 persen lebih besar dari bumi. Suhu permukaan rata-ratanya begitu panas, yakni 426,6 derajat celsius, setara dengan suhu Planet Merkurius di sistem Tata Surya kita. Tentu tidak cocok untuk menjadi area yang layak huni.

Kecerdasan Buatan Google

Teknologi memang telah dipakai untuk memburu dan mengidentifikasi planet. Dalam berburu, ilmuwan dilengkapi segudang alat, mulai dari optik teleskop, wahana antariksa, kamera digital, sampai komputer canggih. Meski ragam teknologi itu sudah diturunkan, memburu planet luar Tata Surya bukan perkara yang mudah. 

Planet luar Tata Surya lebih susah dideteksi dibanding bintang yang diorbiti mereka. Planet luar Tata Surya terbilang dingin, kecil dan gelap, yang membuat susah pemindaian perburuan. 

Selama ini, astronom dan astrofisika mencari planet luar Tata Surya dengan menganalisis sejumlah data besar dari data pengamatan Teleskop Kepler. Analisis menggunakan perangkat lunak otomatis dan analisis manual. 

Cara ini dipakai untuk menyusuri sekitar data besar Teleskop Kepler, yakni 200.000 bintang selama empat tahun. Teleskop itu juga mengambil gambar tiap 30 menit, menghasilkan sekitar 14 miliar titik data yang diterjemahkan lagi menjadi sekitar 2 kuadriliun atau 2000 triliun kemungkinan orbit planet!. Bayangkan betapa susahnya analisis data tersebut.

Guna mempermudah olah data, NASA menggandeng Google untuk menjalankan cara baru dalam menemukan dan mengidentifikasi planet, yakni dengan menggunakan pembelajaran mesin. 

Dalam proses ini, komputer diajari mengenali pola dalam data jumlah yang besar. Tujuan komputer mempelajari data dengan sampel tertentu. 

Dua peneliti yakni peneliti kecerdasan buatan Google, Christopher Shallue bersama peneliti Andrew Vanderburg yang juga merupakan astronom University of Texas at Austin (UT Austin) Amerika Serikat, mengumpulkan data lebih dari 15 ribu sinyal Kepler yang terlabel. Keduanya kemudian membuat pemodelan TensorFlow untuk membedakan planet dan objek non planet. 

Pembelajaran mesin melatih komputer bisa  mengenali pola dari planet dan pola yang objek bukan planet. Hasil ujinya memuaskan, akurasi pembacaan pola sampai 96 persen. 

Dengan pemodelan yang akurat itu, keduanya melanjutkan memindai untuk data bintang-bintang dari Teleskop Kepler. Pemindaian ini untuk mencari planet baru di data Teleskop Kepler. Untuk mempersempit pencarian, dipilih 670 bintang yang punya dua atau lebih planet.  Akhirnya, ditemukan dua planet baru yakni Kepler-80g dan Kepler-90i.

Planet Kepler-90i

Planet Kepler-90i



Potensi ke Depan

NASA mengatakan kontribusi kecerdasan buatan akan menjadi potensial dalam mengawal pencarian planet ke depan. Misalnya dalam konteks Kepler-90, kecerdasan buatan bisa untuk mendalami profil delapan planet yang mengorbit Kepler-90. 

Dengan konfigurasi yang mirip, ilmuwan ke depan mencari bukti apakah planet luar dan dalam di Kepler-90 punya profil yang sama dengan di Tata Surya. Sebab kajian sejauh ini menunjukkan planet terluar di Tata Surya terbentuk dalam area yang dingin sehingga es bisa tetap kokoh dan membulat sehingga menjadikan planet makin raksasa. 

Data kecerdasan buatan bisa dipakai untuk mendalami apakah planet di Kepler-90 punya proses yang sama atau tidak dalam pembentukan Tata Surya kembaran. 

Selain itu, ada potensi dan kemungkinan bakal ditemukan planet lain yang mengorbit Kepler-90. Dengan wilayah yang lebih ciut, ada kemungkinan Kepler-90 punya lebih banyak planet. 

Vanderburg menuturkan, konfigurasi planet di Kepler-90 jauh lebih kompak dibanding Tata Surya. Alasannya, delapan planet di Kepler-90 posisi orbitnya lebih dekat dengan bintang dibanding planet di Tata Surya. 

Ilmuwan menduga, planet di Kepler-90 telah bermigrasi ke bagian dalam pusat sistem bintang, dari waktu ke waktu. Namun dengan konfigurasi Kepler-90 saat ini, menurut Vanderburg lebih stabil. Dia mengatakan, Kepler-90 kemungkinan bakal menampung lebih banyak lagi planet.

"Ada banyak sumber daya yang belum terjelajahi dalam sistem Kepler-90 dan akan mengejutkan saya, jika tidak ada lagi planet di sekitar Kepler-90," katanya dalam konferensi pers dikutip Space.com.  

Ilustrasi 100 lebih planet yang ditemukan teleskop ruang angkasa NASA Kepler.Ilustrasi Teleskop Kepler

Jika memang ada planet lain, maka ini akan menciptakan sejarah. Sistem bintang anggota dengan planet yang terbanyak.

NASA mengakui gembira dengan pendekatan kecerdasan buatan dalam memburu planet luar Tata Surya. Seiring itu, performa Teleskop Kepler juga menjadi andalan badan antariksa tersebut. 

"Hasil ini menunjukkan nilai abadi dari misi Kepler. Cara baru dalam mengolah data--menerapkan algoritma pembelajaran mesin-- menjanjikan hasil signifikan dalam pemahaman sistem planet di sekitar di sistem bintang lain. Saya yakin akan lebih banyak hal data penting yang menunggu untuk ditemukan," jelas Ilmuwan Proyek Kepler Ames Research Center NASA, Jessie Dotson dikutip dari website NASA. (one)

 
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya