SOROT 57

Hidup Mati, Yulianto Dicari

VIVAnews - "Orangnya lebih tinggi dari saya sekitar lima sentimeter. Atletis. Alisnya terkesan naik seperti orang Tionghoa. Kulitnya bersih, berwajah pribumi. Alamatnya di Surabaya, mengaku di Jalan Dharmahusada Permai.”

Kutipan itu berasal dari Ari Muladi usai bertemu Tim Delapan di Gedung Dewan Pertimbangan Presiden, Jakarta Pusat, Sabtu 7 November 2009. Ary sedang menggambarkan Yulianto, sosok yang konon dikenalnya sejak 1998-1999.

Yulianto,  kata Ari, adalah sosok penting dalam kasus dua Wakil Ketua nonaktif Komisi Pemberantasan Korupsi, Bibit S. Rianto dan Chandra M. Hamzah. Yulianto lah, kata Ari, menjadi pengantar duit milik tersangka korupsi Anggoro Widjojo, bos PT Masaro Radiokom, untuk menyuap kedua petinggi KPK itu. Total nilainya Rp 5,1 miliar.

Bukan cuma Bibit dan Chandra, Ari menambahkan, Yulianto juga bertemu Deputi Penyidikan KPK Inspektur Jenderal Polisi Ade Rahardja, dan Direktur Penyidikan KPK Brigadir Jenderal Polisi Bambang Widaryatmo. Sejumlah wartawan konon ikut kecipratan duit haram itu. “Saya sendiri tak pernah bertemu mereka,” kata Ari.

Tapi, kronologi versi Ari ini membuat rangkaian cerita dari penyidik Mabes Polri ada yang terputus. Polisi menyebutkan, Anggoro menyerahkan uangnya untuk Ari melalui Anggodo Widjojo, adik kandung Anggoro. Lalu, versi polisi, si Ari ini menyerahkan langsung kepada sejumlah pimpinan KPK itu.

Andaikan cerita Ari benar, maka Yulianto menjadi mata rantai yang hilang dalam bangunan cerita versi polisi. Siapakah sebetulnya Yulianto itu?


Perumahan elit Dharmahusada Permai terletak di Kelurahan Mulyosari, Kecamatan Mulyorejo, Surabaya Timur. Kompleks ini tampak senyap. Tak banyak warga berseliweran di jalan kampung yang lebarnya enam meter itu. Ada kerumunan orang di depan gerbang. Sebagian mereka adalah wartawan.

Mereka menyorot satu rumah mentereng bercat coklat, di Jalan Dharmahusada Permai Blok V / 411. Pagarnya berlapis tirai plastik. Di depan rumah, ada lapangan olahraga, dan taman bunga.

Diduga di sana lah Yulianto bermukim.

Tapi tak satu warga kompleks pun, yang ditanya VIVAnews, tahu ihwal Yulianto. Ada juga yang mengangguk, saat ditanya apakah itu rumah Yulianto. Seorang lelaki duduk di tepi lapangan hanya memberi keterangan pendek: “Dulu Pak Yuli di situ, tapi sudah pindah.”
 
Ketua RW V, Prapto Wardoyo, membenarkan, seseorang bernama Yulianto pernah tinggal di rumah itu. Tetapi sejak 1994, kata Prapto, rumah itu sudah dijual ke Kho Yohanes Kusuma asal Ternate. "Saya tidak tahu pasti, apakah Yulianto itu yang dimaksud di berita,”  ujarnya.  Anehnya, si pemilik rumah tak mengklarifikasi apakah dia Yulianto atau bukan. Dia hanya diam.

Seorang pengacara di Surabaya, Hendry Rusdijanto, mengatakan sosok Yulianto seperti disebut Ari Muladi memang ada. Si Yulianto itu pernah berperkara soal tanah. "Kami pernah menangani kasusnya, yaitu soal tanah sekitar tahun 1997,” kata Hendry yang juga Ketua Ikatan Penasehat Hukum Indonesia, Jawa Timur, ini. "Dia pengusaha Surabaya yang sering di Jakarta.”

Sumber kepolisian di Surabaya juga mengaku sering melihat Yulianto di pengadilan, kejaksaan dan kepolisian. "Kalau benar, Yulianto yang saya kenal itu lho,” katanya. “Dia juga dikenal di kalangan pengacara. Banyak kok yang kenal dia," ujarnya. "Kalau saya percaya Yulianto itu ada. Ia dikenal royal dan suka hiburan malam.”

Keterangan yang diperoleh Surabaya Post mengindikasikan Yulianto sebagai sosok makelar kasus. Disebutkan, dia memiliki banyak nama samaran. Antara lain Daniel alias Pak D. Lain waktu dia bernama Kho Yusac, alias Gunawan, alias Kong Bu. Dia konon punya peternakan anjing di kawasan Trawas. Di dunia bisnis hewan itu dia terkenal dengan nama lain: Yohanes.

Ciri dari semua nama samaran yang diperoleh Surabay Post itu nyaris mirip sosok Yulianto yang bermukim di perumahan Graha Family Blok D Surabaya Barat. Di kompleks ini, Yulianto lebih dikenal dengan nama Yohanes alias Koh Yusac. Dia juga punya rumah di Singapura dan Australia.

Tapi, Koh Yusac alias Yohanes membantah keras dia adalah Yulianto. Dia sampai membentang jumpa pers. “Klien saya bukan Yulianto,” kata Pieter Talaway,  kuasa hukum Koh Yusac alias Yohanes, Jumat 13 November 2009. Piter menjelaskan kliennya  tak pernah berhubungan dengan Ari Muladi, dan tak terkait kasus Anggoro maupun Anggodo. “Juga tak ada kaitan dengan kasus Bibit-Chandra, kepolisian, kejaksaan, maupun KPK.”
 

Satu petunjuk datang dari Ari. “Yang memperkenalkan saya dengan Yulianto adalah Labib,” katanya.

Bernama lengkap H Labib Sjaifuddin, dia tinggal di Mulyosari Utara VII Surabaya, akhir Oktober 2009. ''Sejumlah polisi sudah datang ke sini,'' kata Haris, putra Labib, kepada wartawan. 

Menurut Haris, ayahnya kontraktor sejumlah proyek di Surabaya.  Tapi polisi pulang dengan tangan hampa. Labib sudah almarhum empat bulan lalu. ''Bapak meninggal karena penyakit lambung kronis,'' ucapnya.

Merasa tercemar, keluarga Labib membuat surat pernyataan. Isinya, mereka tidak tahu nama-nama yang muncul dalam kasus dua pimpinan nonaktif KPK itu. Surat itu dibubuhi tanda tangan istri Labib, Mulyaningsih.

Di Jakarta tak kurang kisruhnya cerita soal Yulianto ini. Tersebutlah nama Seno Adjie, adik kandung pengusaha nasional Setiawan Djodi dan Budi Prakoso. Beredar cerita, Seno adalah sahabat Yulianto. “Itu omong kosong. Itu fitnah,” kata Arie Adjie, putra Seno Adjie, kepada Eko Huda wartawan VIVAnews

Arie berkantor di  PT. Layani Indonesia, di Menteng, Jakarta Pusat. Perusahaan ini mengurus pengiriman Tenaga Kerja Indonesia ke luar negeri. “Di sini saya direktur utama, dia komisarisnya,” kata Arie. Arie menjelaskan bahwa ayahnya juga berkecimpung dalam dunia politik. “Berada di salah satu sayap Tim Sukses Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,” katanya.  “Pandu 57 yang di Cokro.”

Jangan-jangan, Yulianto adalah nama samaran Seno Adjie. “Bukan,” kata Ari si pembawa cerita Yulianto. Bahwa dia mengenal Seno Adjie, Ari sudah mengangguk.  “Tapi cuma sebatas teman akrab saja,”  kata Sugeng Teguh Santoso, kuasa hukum Ari.

Keterangan Ari soal Yulianto ini juga membuat repot polisi. Juru Bicara Kepolisian Daerah Jawa Timur, Komisaris Besar P Budi Astuti, mengatakan pencarian Yulianto itu langsung ditangani Mabes Polri. “Kami dari Polda Jawa Timur, hanya membantu tim dari Mabes Polri,” katanya.

Informasi yang diperoleh VIVAnews menyebutkan polisi menyisir sejumlah  lokasi yang diduga tempat bersembunyi Yulianto. "Polisi sudah maksimal mengupayakan,” kata Juru Bicara Polri Inspektur Jenderal Nanan Soekarna.

Tak jelas berapa reserse diterjunkan Mabes Polri memburu Yulianto. Yang pasti, Nanan mengakui pencarian belum berhasil. Meski polisi terlihat mencari ke sana ke mari, si Yulianto ini tak juga tampak.  “Mudah-mudahan itu bukan nama fiktif,” ujar Nanan.

Laporan:  Tuji Martudji | Surabaya

Pemerintah Harus Antisipasi Kebijakan Ekonomi-Politik Imbas Perang Iran-Israel
Mensos Risma

Mensos Risma Berikan Pesan ke Konten Kreator: Tidak Usah Takut untuk Melangkah!

Dalam acara bertajuk YouTube Seribu Kartini Beda Tapi Sama di Jakarta, Jumat,19 April 2024, Menteri Sosial Risma mengemukakan bahwa seorang kreator konten tidak takut.

img_title
VIVA.co.id
20 April 2024