SOROT 105

Indofood: Taiwan Juga Pakai Zat Pengawet

Direktur Utama PT. Indofood Tbk (INDF) Franciscus Welirang
Sumber :
  • Antara/ Yudhi Mahatma

VIVAnews – Penarikan produk Indomie dari peredaran di pasar Taiwan menimbulkan kehebohan. Maklum, mi instan adalah makanan yang sangat populer di Indonesia.

Pengamat sebut Hadirnya Anies dan Muhaimin di KPU Beri Legitimasi Hasil Pemilu

Untuk mengetahui lebih jauh mengenai duduk persoalan masalah tersebut,  VIVAnews mewawancarai Franky Welirang, Direktur PT Indofood Sukses Makmur, melalui sambungan telepon dan di sela-sela pertemuan Indofood dengan Komisi IX DPR, Kamis, 14 Oktober 2010. Berikut petikannya.

Bagaimana kronologi peristiwa penarikan Indomie dari Taiwan?
Itu sebenarnya terjadi sejak 9 Juni 2010, mereka memberitahukan kepada kantor dagang dan ekonomi Indonesia (KDEI), karena ini kita tidak ada hubungan diplomasi. Itu ditangani Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan. Pada waktu bersamaan, kami juga hubungi BPOM dan diberi petunjuk. Kami memang mengekspor secara langsung sesuai standar mereka kepada agen tunggal.

Mengapa produk Indomie yang bukan untuk pasar Taiwan bisa sampai ke sana?
Ternyata ada perdagangan paralel oleh ekportir Indonesia yang membeli di toko retail, kemudian dikirim dengan produk campuran. Jadi, dalam sekali pengapalan, isinya bukan hanya Indomie, tetapi ada keset, sarung, kerupuk dan lainnya.

Itu istilah perdagangan inang-inang, tapi ini polanya per kontainer. Nah ini adalah suatu proses perdagangan yang sangat populer belakangan ini. Jadi toko-toko kecil yang ada di luar negeri, punya agen, sourcing agent namanya. Dia mengumpulkan barang-barang pesanan untuk tokonya per satu kontainer. Dalam kontainer itu bisa bermacam-macam, salah satu barangnya adalah produk Indomie. Bukan hanya Indomie lho, mi instan lain juga.

Apakah ekspor paralel itu merugikan Indofood?
Kami sudah menyampaikan itu, pintu masuk mereka dijaga dong. Bahkan, ini sudah menjadi tren global. Tetapi kami tak bisa mengontrol perdagangan paralel yang terjadi. Banyak pedagang kecil, satu kontainer dengan bermacam-macam produk yang dikirim ke Taiwan. Tapi, saya kan tidak bisa melarang, itu hak kebebasan berdagang dari seseorang.

Bagaimana tindakan selanjutnya?
Saya kira ada tim kami di Taiwan. Mereka sudah berkomunikasi dan didampingi KDEI untuk mencari fakta dan bagaimana penyelesaiannya. Kami akan menyelesaikan sesuatu yang normatif dalam bisnis, namun kalau ini ada masalah perbedaan standar, ya memang ada perbedaan standar. Tapi kami kan mengacu pada Codex Alimentarius Commision.

Permintaan konfirmasi pernah dijawab?
Kami sudah pernah menjawab, saya kira dalam respon-respon ada surat menyuratnya. Dalam surat itu, kami katakan tidak punya kemampuan melaksanakan kontrol itu. Setelah itu, kami tidak mendapatkan berita lagi. Tahu-tahu mereka (Taiwan) bertindak dengan cepat dan pers mem-blow up secara agak berlebihan. Disiarkan di TV Taiwan, kemudian disiarkan TV sini.

Menurut Anda Taiwan menerapkan standar berbeda?
Tadi kan dikatakan di Taiwan juga memperkenankan zat pengawet, namun pengawetnya berbeda. Di sini boleh memakai nipagin, di sana berbeda, yakni mereka memakai ethyl, propyl, butyl.

Jangan salah mengerti, bahwa di Taiwan juga pakai kok bahwa pengawet, hanya berbeda jenisnya, tetapi kelompoknya sama. Jadi, jangan sampai ada anggapan yang di Taiwan itu nggak bagus.
Kalau kita biasa pakai methyl di sini, kemudian diekspor ke sana harus diganti dengan ethyl.

Kata Shin Tae-yong Usai Heerenveen Izinkan Nathan Tjoe-A-On Kembali ke Timnas Indonesia U-23

Ya sudah kita tidak adakan karena harganya lebih tinggi. Padahal, meski standar berbeda, tetapi jenis produk zat pengawet berasal dari satu turunan dengan standar Codex. Jadi saya kira ini tidak ada sesuatu yang extra ordinary. Karena pers memberitakannya, ini menjadi heboh.

Ekspor dihentikan ke Taiwan sejak kapan?
Kami stop, sejak kemarin. Kan kejadian dengar berita Sabtu malam, Minggu libur.

Apa rencana Indofood selanjutnya menyusul kejadian ini?
Ini memberikan hikmah bagi kami bahwa ternyata produk Indofood sudah mengglobal. Dari apa yang terjadi kita bisa belajar. Ini era globalisasi, produk kita berada di mana-mana, tentunya bagaimana cara kita melihatnya.

Misalnya, dalam kasus perdagangan paralel, saya menganggap Indonesia sangat berhasil dalam perdagangan, terutama pengusaha ekspor menengah. Artinya, ini bukan cuma Indofood yang ekspor. Banyak pula pengusaha menengah yang membawa produk kecil-kecil kemudian diekspor, di dalamnya termasuk Indomie. Nah ini tantangan.

Benarkah ada perang dagang dibalik penarikan Indomie di Taiwan?
Saya kira kalau soal persaingan, bagi kami pengusaha melihatnya sangat normatif. Kita harus tangani sendiri. Saya nggak tahu kalau soal perang dagang. Namun, kalau itu sudah menyangkut negara, saya tidak tepat untuk bicara. Tentunya, kami agak kaget karena semestinya ada proses prosedur dalam tata cara penarikan produk.

Indofood juga menjelaskan ke negara lain?
Tentu kami akan menangani satu persatu, nggak bisa sim salabim. Kami perlu kerja keras lagi untuk memberikan penjelasan. Anda bisa lihat berapa cepat kami bekerja. Malaysia sudah memberi pengumuman, Indomie aman.

Surya Paloh Pikir-pikir Usung Anies Baswedan di Pilkada Jakarta 2024

Singapura juga sudah. Jadi kami bekerja dengan penjelasan, kami harapkan Brunei dan Hong Kong juga akan umumkan. Kementerian Perdagangan sudah berhubungan langsung dengan Australia. Dubesnya memberikan penjelasan. Kementerian Perdagangan juga akan memberikan penjelasan ke seluruh dunia.

Indomie diekspor kemana saja?
Ada 80 negara, sekitar 8 persen dari total penjualan Indofood adalah ekspor.

Akibat kasus ini, berapa kerugian Indofood?
Pasar Indofood di Taiwan itu kecil. Yang resmi kami ekspor 2-5 juta pack per tahun. Total produksi Indomie secara keseluruhan 11 miliar pack dalam satu tahun. Namun, yang diekspor secara paralel oleh para pedagang dengan konsolidasi UKM seperti kerupuk, kami tidak tahu. Itu yang punya datanya Badan Pusat Statistik.

Kalau kerugian dari sisi reputasi?
Tergantung reputasi yang mana, ini kan produk konsumen. Tapi, ingat jangan dipikir itu hanya produk Indofood loh, banyak mi instan lain. Yang sekarang ini dibunyikan cuma Indofood, padahal yang terimbas itu mi instan Indonesia.

Dampak bagi industri makanan?

Saya kira Indonesia yang akan dirugikan, karena konsumen Indonesia meragukan otoritas pengawas makanan kita. Dampaknya justru sangat serius bagi Indonesia. Kalau bagi Indofood, kami ini kecil cuma segede kacang goreng dibandingkan industri makanan di Indonesia.

Kalau soal zat pengawet, sebenarnya zat itu ada dalam bahan mi instan atau bumbu?

Kalau di mi instan, tidak ada bahan pengawet, itu adanya hanya kecap. Jadi sekarang ini ada salah pemberitaan dan menurut kami pemberitaannya berlebihan salahnya. Produk yang ada bahan pengawet itu hanya ada di kecap, hanya ada di mi goreng. Tapi bumbu yang powder tidak ada bahan pengawet, yang ada bahan pengawet hanya di kecap.

Berarti Indomie kuah tidak ada zat pengawet?
Tidak ada, yang ada hanya di mi goreng, mi goreng pedas, semua yang ada kecap manisnya. Kami kan punya kecap.

Jadi, kalau masyarakat ragu, ganti saja kecapnya?
Semua kecap juga berpengawet. Bahannya sama, karena ini kan standar pemerintah, otoritas pemerintah. Jadi di dalam hal ini kita harus patuh terhadap otoritas pemerintah. Otoritas pmerintah ini adalah Badan POM, apa yang merupakan arahan Bahan POM semua pengusaha di Indonesia harus patuh.

Kalau yang diekspor ke Taiwan, tidak mengandung methyl p-hydroxybenzoate?

Untuk Indomie yang dikirim langsung tidak ada. Kami mengirim tanpa bahan pengawet.

Mengapa yang tanpa bahan pengawet tidak diproduksi di Indonesia?
Banyak faktor yang terkait hal itu. Indonesia kan luasnya 8.000 km persegi. Indonesia berada di daerah tropis. Tentu kita harus mempelajari lebih detail lagi. Sedangkan yang kami kirim ke sana harganya lebih tinggi, dibandingkan di dalam negeri. Tentu ada satu hal, kita juga menghitung risiko dagang.

Anda menyarankan agar tidak setiap hari mengkonsumsi mi instan, apakah ada ambang batas?
Kamu makan nasi setiap hari jadi diabetes kan? Itu sama dengan mi instan ada standar gizi. Itu hanya karbohidrat, tak ada protein di dalamnya. Tentu dibutuhkan keseimbangan gizi dalam makan. Tentu kalau ditanya, saya tidak menyarankan terus menerus kan. Tapi kan ada batas ambang.

Berapa ambang batasnya?
Saya tidak tahu, tidak ahli dalam hal tersebut. Saya kan bukan ahlinya, saya tahu bahwa kita makanlah bervariasi. Kalau bisa kita tidak makan nasi setiap hari.
 
Batasan berapa baiknya?
Saya bukan pakarnya.

Kalau tips untuk makan Indomie?
Jadi, manusia itu memiliki kapasitas untuk menerima asupan racun sebesar 10 mg per kilogram berat badan. Itu berarti manusia mempunyai daya tahan untuk mengkonsumsi mi instan, rokok dan lainnya. Tetapi, kalau makan mi instan langsung 500 bungkus, ya keburu mati dulu. Tapi, kenyang dulu ya, hehehehe.



Prabowo-Gibran di Penetapan Presiden-Wapres Terpilih di KPU

Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Temui Presiden Jokowi di Istana

Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Prabowo Subianto, dan Gibran Rakabuming Raka, menemui Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Jakarta pada Rabu malam, 24 April.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024