Peraih PAB XIII untuk Negeri, Suharyo Sumowidagdo

Ada Jatidiri Indonesia dalam Partikel Tuhan

Penghargaan Achmad Bakrie (PAB) XIII 2015
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA.co.id - Di tengah masalah dunia penelitian dalam negeri yang masih carut marut, tak menghentikan nama Indonesia berkibar di dunia riset internasional.

Dalam riset perburuan partikel dasar, yang populer Partikel Tuhan, tertera nama peneliti muda Indonesia, Suharyo Sumowidagdo. Nama Indonesia, bersama tiga ribuan peneliti dari seluruh dunia, ikut berkontribusi dalam upaya menemukan Partikel Tuhan.

Berkat kontribusinya, Suharyo mendapatkan Penghargaan Achmad Bakrie (PAB) ke-XIII tahun 2015 sebagai peneliti muda berprestasi.

Suharyo saat ini menjadi peneliti Indonesia yang menjalankan riset di pusat Conseil Européene pour la Recherche Nucléaire (CERN) atau European Organization for Nuclear Research. Suharyo bekerja di CERN sejak Januari 2009.

Suharyo terlibat dalam proyek penumbuk proton-proton Large Hadron Collider (LHC) secara tidak langsung. Ia menjadi anggota Compact Muon Solenois (CMS), sebuah eksperimen fisika partikel yang terletak di LHC.

Sejak 30 Maret 2010, CERN memulai eksperimen LHC untuk menemukan partikel Boson Higgs atau dikenal dengan partikel Tuhan. Pencarian partikel tersebut sudah dilakukan peneliti dunia sejak 2002. Untuk mencari partikel Tuhan tersebut, LHC memiliki eksperimen yang disebut ATLAS.

Ahmad Tohari dan Apresiasi PAB Terhadap Sastra

Di tengah masalah dunia penelitian dalam negeri yang masih carut marut, tak menghentikan nama Indonesia berkibar di dunia riset internasional.

Dalam riset perburuan partikel dasar, yang populer Partikel Tuhan, tertera nama peneliti muda Indonesia, Suharyo Sumowidagdo. Nama Indonesia, bersama tiga ribuan peneliti dari seluruh dunia, ikut berkontribusi dalam upaya menemukan Partikel Tuhan.

Berkat kontribusinya, Suharyo mendapatkan Penghargaan Achmad Bakrie (PAB) ke-XIII tahun 2015 sebagai peneliti muda berprestasi.

Suharyo saat ini menjadi peneliti Indonesia yang menjalankan riset di pusat Conseil Européene pour la Recherche Nucléaire (CERN) atau European Organization for Nuclear Research. Suharyo bekerja di CERN sejak Januari 2009.

Suharyo terlibat dalam proyek penumbuk proton-proton Large Hadron Collider (LHC) secara tidak langsung. Ia menjadi anggota Compact Muon Solenois (CMS), sebuah eksperimen fisika partikel yang terletak di LHC.

Sejak 30 Maret 2010, CERN memulai eksperimen LHC untuk menemukan partikel Higgs Boson atau dikenal dengan partikel Tuhan. Pencarian partikel tersebut sudah dilakukan peneliti dunia sejak 2002. Untuk mencari partikel Tuhan tersebut, LHC memiliki eksperimen yang disebut ATLAS.

Berikut wawancara VIVA.co.id dengan peneliti yang kini mengabdi di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sepulang dari CERN:

Awal Mula 'Partikel Hantu' Terungkap

Anda bisa jekaskan Partikel Tuhan (Boson Higgs) itu apa?

Jadi asal usul namanya itu suatu partikel yang sudah lama dicari-cari.

Tapi asal usul nama Partikel Tuhan ini berasal dari suatu misnaming, ada fisikawan Leon Lederman, dia menulis sebuah buku menggambarkan betapa sulitnya menemukan partikel tersebut.

Dan menamakan itu The God Particle. Padahal banyak yang tidak setuju (penamaan), tapi nama itu kemudian melekat.

Pentingnya apa sih Boson Higgs itu?

Ini adalah partikel yang berperan dalam membentuk massa atau berat. Jadi kita semua tahu barang, materi itu memiliki berat. Tetapi dalam teori standar fisika partikel, mereka tidak memiliki massa atau berat. Bahkan partikel yang tidak memiliki berat tidak akan bisa membentuk materi yang kompleks seperti batu, atom, bumi, planet.

Dia hanya bergerak bebas saja seperti cahaya. Tidak terikat tidak terikat massa, cahaya itu kan nggak padat.

Itu sebuah mekanisme untuk mendapatkan massa, membentuk atom dan materi. Jadi itu di mana pentingnya, itu pun Boson Higgs bukan merupakan sebuah akhir, masih ada yang harus dicari lagi.

Apa implikasi temuan tersebut dalam fisika?

Jadi memang ranah ilmu yang saya tekuni memang sangat dasar, ini berbasis pada rasa keingintahuan.

Kalau ditaruh dalam konteks yang lebih luas, katakanlah dalam teori manajemen, selalu ada tiga tipe masalah yaitu masalah yang diketahui ada masalah dan diketahui ada solusinya (known-known), masalah yang diketahui ada tapi nggak tahu solusinya (known-unknown), dan masalah yang kita nggak tahu ada masalah dan kita nggak tahu solusinya (unknown-unknown).

Tujuan dari fundamental ini adalah kita berusaha mengecilkan ruang unkown unknown ini, karena kita nggak tahu tantangan masa depan itu apa dan kalau kita hanya membatasi untuk menjawab tantangan yang ada itu nggak cukup.

Jadi bisa ambil contoh, sekitar dua tahunan lalu, ada meteor Chelyabinsk yang jatuh di Rusia.  Alhamdulillah nggak ada yang sampai tewas, tapi tidak ada astronom yang melihat hal itu. Berarti ini ada masalah dan ini cukup fatal.

Jadi begitulah bahwa bagi saya melakukan riset dasar yang hanya berbasis pengetahuan, bukan hanya sekedar untuk memenuhi rasa ingin tahu. Tapi itu bagian dari untuk menjawab tantangan yang bahkan kita tidak tahu apa itu.

Karena semakin kita mengetahui, kita semakin giat menemukan tantangan apa saja.

Dampak Partikel Tuhan atas pengungkapan misteri alam semesta?

Enam Tokoh Penerima Penghargaan Achmad Bakrie 2015


Yang jelas kita tahu ini menarik. Partikel Tuhan atau sebut saja Boson Higgs itu ada beberapa pertanyaan yang masih belum djawab. Bahkan apakah ini hanya ada satu, ada kemungkinan ada beberapa (partikel).

Kemudian masih ada pertanyaan lain, contohnya ada materi dalam alam semesta yang bisa kita rasakan keberadaanya, karena itu menarik misalnya matahari, tapi kita nggak melihat wujudnya.

Apa itu?, materi gelap. Itu sebenarnya membuka satu pertanyaan yang belum diketahui jawabannya. Tapi itu (Partikel Tuhan) mendapat satu genggaman baru untuk melangkah maju.

Dalam jangka pendek, partikel Boson Higgs ini bisa menyibak misteri apa?

Kita bisa tahu dari minimal bagaimana dia berinteraksi dengan partikel lain, apakah dia itu ada saudaranya nggak, kita nggak tahu apakah dia itu ada saudaranya nggak. Kalau dia punya saudara, berarti alam semesta itu ya lebih rumit.

Maksudnya lebih rumit?

Katakan misalkan kita bisa tahu sekarang bahwa proton atau hidrogen itu stabil, ada partikel itu bisa meluruh dan keberadaan materi gelap kita bisa perkirakan materi itu seperti apa.

Sewaktu meneliti di CERN, peran Anda di sana sebagai apa dalam temuan partikel tersebut?


Saya melihat CERN, di sana kolaborasi ratusan ahli dalam penelitian besar, semua punya peran dan fungsinya masing-masing.

Jadi memang suatu tugas yang besar sehingga diperlukan banyak orang untuk melaksanaan itu. Satu orang atau di bawah 10 orang itu memang nggak bisa. Memang harus butuh banyak orang. Waktu itu, di sana melibatkan tiga ribuan orang.

Peneliti dari Indonesia ada tiga orang. Intinya itu sama seperti banyak orang yang meyangka iptek, sains itu bisa dilakukan sendirian.

Kalau saya jawab, ada yang bisa dilakukan sendirian atau yang nggak bisa. Karena nggak mungkin satu orang bangun satu alat eksperimen sebesar itu (akselerator), itu nggak mungkin, tantangan kita semakin besar.

Katakan sebagai contoh ya, Indonesia dikenal sebagai negara vulkanik paling banyak, terus kalau kita mau memantau aktivitas gunung api, banyak analisisnya, berapa ilmuwan yang dibutuhkan, kan nggak mungkin satu. Dan mungkin satu gunung itu butuh beberapa orang doktor misalnya.

Ada problem di depan, yang nyata yang perlu ditangani tidak hanya satu orang.

Anda di CERN selama 4-5 tahun. Pengalaman apa yang bisa dipetik bagi teladan ilmu pengetahuan di Indonesia?

Ini suatu otokritik bagi kita, pelajaran. Saya merasakan semangat gotong royong, saya sangat agak malu karena bukankah gotong royong itu kan jati diri bangsa kita.

Kalau Anda tahu, gotong royong itu dirumuskan itu kan inti dari Pancasila, gotong royong jati diri bangsa, tapi mengapa dalam usaha melakukan penelitian ilmiah (di Indonesia), saya belum kurang melihat semangat itu. Masih kurang banyak semangat itu di Indoensia.

Kita belum bisa banyak terbentuk suatu situasi seperti itu, saya melihat masih ada figur peneliti yang bekerja sendiri, single fighter ya.

Saya rasa untuk pengembangan pengetahuan teknologi di Indonesia, kita harus makin perbanyak semangat gotong royong. Memang kita semua punya tantangan masing-masing, itu bisa untuk menangani masalah kita.

Bidang Anda kan fisika yang sangat mendasar, apa mungkin diterapkan di Tanah Air?

Jadi saya kalau bicara soal fisika, saya bilang ini sesuatu yang sifatnya curiosity (keingintahuan), saya nggak tahu apakah ini nanti bisa dipakai atau tidak dalam 50, 100 atau 1000 tahun lagi.

Tapi dalam jangka waktu dekat, efek yang terasa ketika mencoba penelitian mendasar bahkan sebelum itu kita menemui tantangan, yaitu membangun segala peralatan eksperimen dan teknologi yang diperlukan untuk itu.
Dan banyak sekali yang tidak ada untuk dibuat.

Misalnya saya perlu sesuatu, kita ketok industri elektronik, 'wah nggak ada. Kita nggak bikin itu, karena yang butuh cuma Anda, konsumen nggak pakai,’ kata industri elektronik misalnya.

Kemudian akhirnya fisikawan buat sendiri misalnya, mereka panggil insinyur dan dipakai untuk satu eksperimen. Terus ada orang lihat (alat eksperimen itu) dan mengatakan 'wah kayaknya ini ada gunanya'. Itu kan yang sering terjadi selama ini.

Semua rekan saya di LIPI kurang apa coba. Tetapi mereka mengerjakan beberapa proyek di bidang teknologi dan komputer yang memang tantangannya full di penelitian fisika.

Sekarang mereka harus mengatasi sistem perekaman data dengan skala Terabyte per detik, itu lebih dari satu DVD per detik. Industri mengalami tantangan itu.


Bagi orang awam, fisika secara umum dibilang susah. Bagaimana agar fisika bisa membumi dan bisa diterima mudah oleh masyarakat?

Karena kalau saya bilang bukan masalah membuminya, kita terlalu melihat fisika dan ilmu pengetahuan lainnya itu sebagai kumpulan fakta, rumus dari buku, guru, dosen, maupun profesor.

Tapi pernah nggak kita melihat bahwa berpikir itu ilmu datangnya dari mana sih. Apalah Newton, Einstein tahu-tahu duduk nulis rumus, bukan kan?.
Apakah yang menyebabkan itu benar-benar terjadi.

Jadi intinya kalau mau belajar fisika dengan mengerti itu yang harus dilakukan, misalnya coba sekali-kali, alih-alih melihat buku, coba lihat dunia sekitar, kenapa benda jatuh, apa karena itu lebih berat atau ringan. Jadi coba pikirkan ini dari mana?, coba apa yang dilakukan Newton dan Einstein sehingga mendapatkan rumus itu.

Sebenarnya seorang anak kecil melakukan natural, dia bertanya-tanya sesuatu, megang-megang, mencoba-coba, tapi itu proses. Jadi ketika kita melihat ilmu sebagai kumpulan fakta kita bisa belajar, tapi ketika kita melihatnya dari mana ilmu itu berasal itu akan lebih mudah, karena itu natural.

Ilmu yang di Jenewa yang bisa dibawa pulang untuk bangun fisika di Indonesia?

Yang terutama sekali yaitu fisika itu perlu teknologi pendukung. Dan itu sangat banyak, teknologi dalam kesehatan, di rusmah sakit banyak alat terapi dengan akselerator, alat untuk pencitraan medis banyak teknologi yang berbasis fisika.

Dan keuntungan bekerja dengan CERN adalah terikat dengan statuta bahwa semua produknya harus terbuka untuk umum, tidak berbasis komersil. Kelebihan lain CERN, kami terlibat dalam tahap masih awal, jadi pengamatan saya namanya transfer teknologi kita nggak pernah ngetok suatu industri pintu suatu negara, yang ada ini ada proyek penelitian, bisa berhasil bisa nggak, kalau kita mau taruh modal kita kerjasama, kalau berhasil kita share.

Untuk akses ke CERN, tipsnya bagiamana?

Hanya kemauan. Karena saya tahu itu, saya memilih untuk itu.

Saya tahu tiap tahun banyak orang kita yang sekolah ke luar negeri, banyak orang pintar dari saya, tapi saya hanya melakukan karena ada kemauan.

Ada kualifikasi tertentu yang dibutuhkan CERN?

Tidak. banyak orang yang kualifikasinya lebih dari saya, tapi mereka tidak memilih.

Apa karena itu ilmu fisika itu ilmu tak populer?

Fisika di mana-dimana ini hanya masalah kemauan. Ini sama dengan banyak yang cabang ilmu tak populer itu hanya kemauan saja, kalau Anda mau ada jalan. Kalau soal kemampuan, kita sudah punya.

Untuk sistem CERN bisa di Indonesia?

Dalam skala kecil bisa, ada beberapa tim yang sedang bekerja eksperimen khusus dan kami membangun itu.

Ada target untuk itu?

Bukan hanya LIPI saja, tapi di lembaga lain. Sekali lagi hanya kemauan.

Pesan bagi generasi muda dalam mengkaji ilmu pengetahuan?

Seperti saya 14 tahun lalu saya berangkat ke Amerika Serikat. Nggak ada satupun dari banyak orang yang mau menekuni fisika partikel, karena kalau pulang ke Indonesia nggak ke pakai ilmunya. Nah saya milih itu. Dua tahun lalu senior saya ngomong butuh waktu 5 tahun lagi (ilmu fisika partikel dipakai), ternyata nggak sampai.

Anda nggak bisa tunggu orang lain pemerintah melakukan sesuatu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya