Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Sylviana Murni

Saya Wakafkan Diri untuk Warga Jakarta

Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sylviana Murni.
Sumber :
  • vIVA.co.id/Raudhatul Zannah

VIVA.co.id – Sylviana Murni menjadi satu-satunya perempuan yang ikut dalam kontestasi Pilkada DKI Jakarta 2017. Mantan None Jakarta ini jadi calon wakil gubernur mendampingi Agus Harimurti Yudhoyono sebagai pasangan nomor urut 1.

SBY Sebut Kultur Politik Tanah Air Berubah Sejak Pilkada DKI 2017

Wanita kelahiran 11 Oktober 1958 ini lama mengabdi sebagai birokrat di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Tepatnya sudah 31 tahun lamanya. Hampir 11 jabatan dalam tujuh masa kepemimpinan gubernur sempat diembannya.

Terakhir, Sylvi, begitu dia biasa disapa, menjabat sebagai deputi gubernur Bidang Budaya dan Pariwisata DKI Jakarta, sebelum akhirnya mengundurkan diri karena memutuskan maju dalam pilkada.

SBY Sindir Kejanggalan Pilkada DKI 2017

VIVA.co.id berkesempatan untuk melakukan wawancara secara singkat dengan Sylvi beberapa waktu lalu di Bilangan Condet, Jakarta Timur. Sylvi bercerita banyak mengenai pengalamannya sebagai birokrat hingga pandangannya atas berbagai permasalahan di ibu kota.

Berikut wawancara Sylviana Murni dengan wartawan VIVA.co.id, Taufik Rahadian dan Raudhatul Zannah:

Pilpres 2019 Diharapkan Tak Seperti Pilkada DKI, Marak Hoax

Pengundian nomor urut dapat nomor 1, bagaimana tanggapan Anda?
Artinya, mudah-mudahan the best one, mudah-mudahan ini yang terbaik. Kalau pertama itu kan artinya yang awal, yang pertama, mudah-mudahan. Tapi orang boleh saja memaknai angka-angka itu dengan persepsinya masing-masing, tapi saya berpikir semua angka itu sama ya. Semua angka istimewa, semua angka sama, karena itu saya berterima kasih sekali kepada Allah kami diberikan nomor satu.

Yang uniknya, sebelum itu (pengundian) Mas Agus sempat nanya, "Bu Sylvi ada gak perasaan (dapat nomor satu)?". “Ada, aku memang kayaknya di batinku yang paling dalam dapat nomor satu. "Aku juga (kata Agus)”. Ternyata sama Mas Agus punya sesuatu yang sama bahwa ternyata kami sudah mempunyai feeling, tapi di batin kami yang paling dalam, kami enggak mau ngomongin ke semua orang.

Eh, pas di situ, kami duduk berdua di depan, lalu ngomong, “Kok bisa ya (dapat nomor satu)”. Ya Allah, karena mungkin kami sudah punya kedekatan ya, jadi pas, nalurinya sama.

Kedekatan Anda dengan Agus seperti apa? Kan berpasangannya belum lama dibanding yang lain?
Betul. Pastinya kalau saya sama Mas Agus itu kalau bekerja sama memang baru. Tetapi perlu diketahui, saya ketika tahun 2008 menjadi wali kota kan sering juga Pak SBY dan Ibu Ani (Yudhoyono) bersama dengan keluarga, seringkali ke acara-acara di Jakarta Pusat. Artinya, saya sedikit banyak sudah tahu.

Kemudian saya dalami juga lewat media sosial siapa Mas Agus, tapi makin lama makin dekat ke mari, luar biasa, makin aku mengagumi beliau. Karena beliau mempunyai intellectual intelligences yang luar biasa, di samping emotional intelligences-nya juga luar biasa.

Beliau punya keseimbangan antara otak kiri dan otak kanannya, sehingga saya yakin yang dibutuhkan di Jakarta ini adalah pemimpin yang memiliki intelektual akademis baik, tetapi kemampuan mengendalikan emosinya pun baik.

Agus berlatar belakangnya militer, sementara Anda birokrat?
Aku mirip beliau, karena aku juga anak tentara, hehehe. Jadi chemistry-nya sudah ada. Aku punya papa tentara, aku anak kolong. Aku sudah ngerti lah bagaimana tabiat militer, disiplinnya tinggi banget. Terus semuanya terstruktur, semuanya sudah terprogram dengan baik, dan pendidikannya sudah baik sekali. Jadi aku sudah biasa berhadapan dengan tentara.

Menurut Anda, Agus dengan latar belakang seperti itu pas menjadi pemimpin di Jakarta?
Sangat pas. Kenapa? Karena dia fast learner, pembelajar yang baik yang cepat, dan kemampuan adaptifnya tinggi betul. Dan, yang paling penting lagi apa, respectful mind-nya. Jadi, menghargai, mengapresiasi orang itu sangat tinggi. Di samping itu, dia open mind, terbuka terhadap masukan-masukan. Ya kalau misalnya dia gayanya anak muda, artinya bener-bener fresh, kemudian energik dan dinamis. Ya artinya memang pas lah dengan model seperti Mas Agus ini

Menurut Anda, apa keunggulan pasangan Sylvi dan Agus?
Dia (Agus) punya pemikiran-pemikiran yang original, pasti inovatif. Kemudian ingin cepat, karena dia tahu masyarakat butuh kecepatan juga, di samping dia juga tertib, disiplin. Artinya, dia tidak ada regulasi yang dilanggar, karena terbiasa. Buat apa cepat, kalau regulasi dilanggar, sehingga akan jadi bom waktu.

Saya melihatnya bahwa Mas Agus punya hal yang luar biasa, dia percepatannya ada, dinamisnya ada. Lihat kan waktu dia dive kemarin bagus banget kan, yang loncat itu, keren banget kan. Nah, itu hal-hal menurut saya creating mind-nya jalan, tapi dia respectful mind.

Saya melihat bibit, bebet, bobotnya bagus sekali. Saya melihat sangat menghargai orang tuanya. Termasuk kalau dia lagi mendengarkan saat kita sharing, itu kelihatan eye contact-nya, gesturnya dia menerima, open mind, walaupun beliau kan seorang lulusan dengan tiga gelar Master dari universitas yang luar biasa, prestisius. Bayangin, Harvard University dan Nanyang University, kan luar biasa. Tapi selalu menghargai hal-hal yang saya sampaikan, karena dia tahu. Mungkin begini, oke, saya mengerti dan saya pintar di satu sisi, tapi dalam hal ini saya harus dapat masukan dari orang-orang terdekat saya, seperti itu.

Itu kan dari sisi Agus, Anda bagaimana melengkapinya?
Insya Allah, saya ini kan PNS, pelayan masyarakat. Ingat loh, bukan karyawan, tapi pelayan. Kalau karyawan kan ngarepin upah dari pengusaha, ada pikirannya. Kalau ini enggak. Saya punya sifat, obsesi saya itu melayani. Kalau soal bagian dari melayani, saya mendapat gaji PNS itu adalah ikutan, kalau menurut saya. Tapi yang utama bagaimana kita melayani.

Saya ingin betul-betul ini menjadi bekal saya di akhirat nanti, dengan keikhlasan saya. 31 tahun bukan hal yang pendek. Artinya, perjalanan cukup panjang, tujuh gubernur sudah saya ikuti, 11 amanah jabatan diberikan oleh Tuhan melalui pimpinan saya. Ini yang membuat hidup saya berwarna, dan saya pikir ini bisa menjadi juga pengalaman untuk bisa sharing memberikan masukan-masukan kepada Mas Agus, yang nanti Insya Allah menjadi gubernur. Saya akan memberikan masukan-masukan sesuai pengalaman saya. Tapi saya yakin betul pengalaman-pengalaman saya dijadikan dasar Mas Agus untuk bisa berkreativitas, dan dengan dinamisnya dia akan bisa mengembangkan pengalaman-pengalaman itu menjadi sesuatu yang sangat betul-betul dibutuhkan masyarakat.

Kalau soal pembagian tugas Anda dan Pak Agus nantinya bagaimana?
Kan ada peraturan tentang gubernur dan wakil gubernur berikut job description-nya, itu jelas sekali. Misalnya, gubernur melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan daerah, wakil gubernur membantu gubernur dalam terselenggaranya pemerintahan di daerah. Artinya, kami harus bekerja sama. Saya ingin membuktikan bahwa dalam perjalanan, setiap gubernur dan wakil gubernur harus berbeda pendapat, bisa juga menjadi sebuah sinergi. Saya yakinkan betul bahwa apa yang kami akan bawa dengan pengalaman-pengalaman kami, dan saya lihat bagaimana karakter dari Mas Agus ini, bisa saya menjadi motivator. Bisa juga saya menjadi pemasok pengalaman-pengalaman, dan saya juga tut wuri, mendorong betul bagaimana Mas Agus bisa sukses bersama-sama membangun Jakarta, menata Jakarta menjadi lebih baik.

Tidak ada pembagian tugas secara khusus?
Kalau secara saklek, artinya kami ikut aturan, regulasi. Tapi fleksibilitasnya ketika nanti operasional, saya yakin betul kami akan ada yang namanya variatif dalam melakukan kegiatan.

Bisa jadi sewaktu-waktu Mas Agus berada di lapangan menerima masukan dari masyarakat, terus saya di internal birokrasi karena mungkin saya lama di birokrasi. Bisa jadi juga saya akan mengontrol bagaimana pelayanan masyarakat dengan basis internal birokrasi dengan melihat langsung di lapangan. Nah, kemudian bisa jadi Mas Agus mengadakan pertemuan-pertemuan yang sifatnya akan menentukan sebuah policy maker, sebuah kebijakan yang harus diputuskan Mas Agus. Jadi dia berada di internal, saya keluar lapangan dalam rangka melihat bagaimana birokrat di lapangan secara operasional.

Jadi fleksibilitas ini saya yakin. Contohnya saja ketika saya sedang melakukan sosialisasi seperti ini, kami secara cepat saja. 44 kecamatan, 267 kelurahan harus kami sapa, kami harus membagi diri. Tetapi ada hal tertentu ketika nanti kami bersama-sama di satu tempat.

Masalah di Jakarta setiap tahunnya sama, seperti banjir dan macet, bagaimana strategi dalam menyelesaikannya?
Kalau kita lihat, Jakarta ini, dan ini diakui betul oleh Pak Jokowi ketika menjadi gubernur (DKI), bahwa kita sudah punya masterplan yang ideal, yang betul-betul bagus. Masterplan yang sudah sangat komprehensif.

Persoalannya adalah, kapan dilakukannya, kan ada time schedule-nya, apakah kami harus menunggu peraturan kalau masterplan-nya sudah jadi. Apakah kami harus menunggu anggarannya, atau ada skala prioritas yang pada saat itu lebih diutamakan. Nah, ini sampai pada saat-saatnya nanti ada masanya. Misalnya, kok baru terjadi sekarang, ya memang masanya sekarang, bukan hal yang dilebih-lebihkan. Artinya, ini kerja tim yang sudah sesuai hasil analisis secara akademis, secara kajian para tokoh masyarakat, kemudian juga bagaimana secara musyawarah dari level paling bawah. Artinya, RT, RW, kelurahan, kecamatan, kota, sampai tingkat provinsi, ini sudah rapi dilaksanakan, tinggal bagaimana saatnya kapan.

Seperti Giant Sea Wall, itu bukan pekerjaan yang baru sekarang, enggak ada pekerjaan yang ujuk-ujuk di Jakarta ini, semuanya sudah tertata sejak dari gubernur ke gubernur, sudah tertata dengan baik. Bagaimana urban planning program dilaksanakan. Jadi kalau misalnya baru sekarang, ya memang saatnya.

Banyak yang bilang Jakarta mengalami kemajuan?
Saya lihat kalau kemajuan yang sekarang itu karena teman saya keren-keren, teman saya memang ahlinya. Jadi ingat, kegiatan ini bukan one man show seorang gubernur atau wakil gubernur, tapi ini kerja tim. Saya selalu ingatkan pada teman-teman bahwa saya mengucapkan terima kasih sekali pada teman-teman yang luar biasa. Enggak mungkin seorang gubernur bekerja sendirian, dan tentu saja kalau ke depan saya ingin melihat bahwa yang dikatakan pemerintah daerah itu adalah eksekutif bersama legislatif, bukan eksekutif bekerja sendiri, one man show, kemudian mengabaikan wakil rakyat sebagai social control. Di samping itu perlu diketahui bahwa seandainya ada kecurigaan, nanti wakil rakyat ada hidden agenda atau bagaimana, loh sekarang kan sudah zaman transparan.

Tahun 2008 saja saya sudah menandatangani sebuah organisasi yang sudah based on IT untuk semua pemerintahan provinsi, yakni WeGo, World Electronical Government. Jadi kalau dikatakan Jakarta Smart City, yes, memang harus ada saatnya sekarang dan itu sudah dirintis sejak tahun 2008. Ketika saya wali kota diundang di Seoul (Korea Selatan) dengan Major Forum, kami delapan negara menandatangani. Sekarang sekitar 84 negara yang based on IT.

Jadi dengan kata lain, kalaupun ini dikatakan sebagai sebuah keberhasilan, gubernur-gubernur terdahulu juga punya kelebihan-kelebihan. Coba bayangkan Waduk Pluit bagus, tetapi Kanal Banjir Timur dan Kanal Banjir Barat berapa kilometer yang harus dibebaskan, berapa panjangnya, ini pekerjaan mercusuar. Artinya, pendahulu-pendahulu kita harus kita hargai, ini semua ada masterplan-nya dan pembangunan itu bukan hanya pembangunan fisik, artinya infrastruktur saja.

Kami punya loh yang kadang-kadang kurang didengungkan, yakni masterplan tentang rencana umum pembangunan sosial budaya. Perlunya keseimbangan antara pembangunan fisik infrastruktur dengan pembangunan sosial budaya, ini bahkan yang menjadikan sesuatu itu sebuah pembudayaan, pembiasaan, permasalahan.

Masalah sampah juga bukan kalau tidak masalah budaya, pembudayaan sampah, tidak akan berhasil. Masalah kali bersih juga oke pembangunan sekarang fisiknya yaitu mengangkut sampah, merapikan. Tapi pembudayaan apa terus-terusan harus begitu?

Kalau ada pembudayaan kepada masyarakat, maka secara otomatis ini akan berjalan sendirinya, karena masyarakat punya sense of responsibility terhadap lingkungannya.

Rasa kepemilikan masyarakat terhadap lingkungannya itu berarti penting?
Yes, rasa tanggung jawab, rasa memiliki.

Selain masterplan itu, apa yang Anda dan Agus usulkan?
Itu dia, keseimbangan antara pembangunan fisik dan pembangunan sosial budaya ini harus diterapkan. Sehingga Insya Allah tidak akan terjadi demo, tidak akan terjadi marah. Karena apa? Kami berada di tengah-tengah masyarakat ketika persoalan itu ada. Kami diminta maupun tidak diminta, berada di tengah masyarakat, bukan sekadar membuat aturan mengirim Satpol PP, mengirim tentara atau petugas-petugas untuk mengamankan sesuatu, bukan sekadar itu.

Tapi lebih jauh, bagaimana caranya supaya kami berada di masyarakat ketika masyarakat membutuhkan atau tidak membutuhkan kami. Kami harus menjadi solusi, solusi terhadap problematika Jakarta.

Dia akan nyaman, walaupun dia misal dalam kondisi banjir, dia kan sudah harmoni dengan banjir nih, sudah ada merasa bagaimana cara mengatasinya, dia sudah paham, gitu. Tapi kalau kami hadir di sana, dia makin trust. Ya samalah ketika dive-nya Mas Agus, itu juga kan bagian dari trust, dia loncat aku trust dengan masyarakatku, dengan wargaku, pasti aku ditangkap, dan masyarakat juga yes, aku akan menangkap pimpinanku. Ini kan sebuah langkah positif bagaimana sinergisitas antara yang melayani dengan yang dilayani ya sama sama, punya trust.

Yang kurang saat ini trust?
Trust. Kemudian tidak merasa bahwa ini adalah pekerjaan sendiri, tapi ini adalah pekerjaan dream team, hasil juga masterplan dari para pendahulu kita yang luar biasa.

Bagaimana strategi pemenangan Anda dan Agus nanti?
Ya nanti ada masanya kami melakukan hal-hal yang sama, karena selesai tanggal 28, baru bisa kami menyampaikan. Kalau sekarang, kami kan belum boleh ya. Tapi kami punya, kami sudah menyiapkan semua ini.

Visi, misi, program, action plan, sudah kami siapkan. Bagaimana cara jalannya, bagaimana cara mengatasinya, bagaimana kita menyampaikannya, itu Insya Allah sudah selesai semuanya. Sudah siap semuanya, tinggal tunggu tanggal mainnya.

Ketika ditawari menjadi pendamping Agus, ceritanya?
31 tahun, 7 Gubernur, 11 jabatan itu kan anugerah yang luar biasa dari Allah SWT kepada saya. Rasanya syukur saya, rasa terima kasih saya pada yang menciptakan saya, Sang Khalik. Itu saya akan mewakafkan diri saya untuk melayani masyarakat Jakarta dengan hati saya, dengan keihklasan saya, semua itu dilakukan karena semata ingin mendapatkan keridaan-Nya.

Saya ingin pulang kampung abadi dengan pertanggungjawaban bahwa saya sudah melayani masyarakat, saya sudah melayani bekerja dengan hati semata-mata karena Allah SWT.

Ketika itu, Anda yang mengajukan atau ada tawaran dari pihak luar?
Ya obsesi saya adalah melayani, obsesi saya menjadi pelayan masyarakat. Ketika saya diminta, saya sudah berpikir, oh artinya memang sesuai dengan obsesi saya. Saya melayani.

Jadi Anda dipinang?
Iya betul, diminta untuk mendampingi Mas Agus. Saya melihat sosok Mas Agus pas untuk menjadi pemimpin Jakarta, karena itu saya bersedia, saya sudah istikharah sampai saya mendapat dukungan dari suami saya dan keluarga besar.

Bagaimana cara Anda untuk memelihara budaya Betawi jika terpilih nanti?
Budaya Betawi adalah kearifan lokal dari Ibu Kota Negara. Tapi ingat, sebagai Ibu Kota Negara, dia tempat bertemunya akulturasi berbagai budaya, baik dari dalam negeri, artinya dari nusantara, maupun mancanegara. Nah, di sinilah egaliternya masyarakat Betawi, dia open mind, siap menerima budaya-budaya yang berkembang. Tapi jangan lupa, jangan sampai akar budayanya masyarakat Jakarta itu, Betawi, tertinggalkan, termarginalisasikan. Kita ingin bersama-sama semua yang hidup tumbuh kembang di Jakarta tumbuh bersama- sama berkembang. Jadi nanti pembangunan fisik akan diiringi dengan pembangunan sosial budaya, semuanya lewat pembudayaan. Saya akan lihat bahwa di sanggar-sanggar nanti semua hidup kebudayaan Betawi dengan mengelaborasi bersama-sama budaya nusantara.

Kalau jadi, agenda Anda nanti?
Itu salah satu yang akan kami disampaikan secara detail.

Anda kan sempat jadi deputi gubernur bidang pariwisata, bagaimana cara Anda memajukan wisata-wisata Betawi di Jakarta?
Salah satunya, selain nanti disampaikan, paling tidak ekowisata kan kita di situ ada mengalir 13 sungai, itu juga bisa sebagian menjadi tempat wisata. Terus agrowisata kita juga di daerah tropis yang banyak sekali pohon-pohon langka. Artinya, pembangunan sosial budaya ini bukan semata-mata dari segi fisik, tetapi dari segi non-fisiknya, sebagaimana menciptakan character building, bagaimana pembudayaan dalam setiap gerak ini sudah menjadi people movement, karena dari hati dan sebagainya.

Setelah diresmikan jadi pasangan calon, waktu luang sangat minim, bagaimana mengaturnya?
Dari dulu saya memang begini kok, saya bukan baru sekarang ini terjun ke lapangan. Sejak saya staf pun saya sudah melakukan itu. Ketika saya menjadi kasubag Pendidikan saja saya harus mendata tentang anak-anak tunawisma, anak-anak kurang mampu, anak-anak disabilitas, anak-anak yang berkebutuhan khusus. Saya langsung terjun ke lapangan, saya mengecek langsung di lapangan, bener gak sih saya melihat itu, itu dari tahun 1985. Apalagi sekarang, terus saya menjadi wali kota sampai terus saya menjadi plt Satpol PP, saya menjadi plt wali kota Jakarta Barat, terus sampai saya menjadi deputi gubernur saja, walaupun tugasnya memberi masukan untuk gubernur dan wakil gubernur, tapi tetap saya berada di lapangan. Saya rapat koordinasi, saya bertemu dengan orang, memberikan masukan kepada orang sesuai dengan data lapangan yang ada.

Anda kan mantan None Jakarta, dengan waktu luang yang minim, bagaimana cara Anda menjaga penampilan?
Gini ya, Allah itu suka akan keindahan. Jadi artinya, tidur saya paling tiga jam, tapi kualitas tidur saya yang saya pertahankan. Terus menata hati, bagaimana hati kita tetap bersih. Marah ya kadang-kadang, kita capek, ya pasti dong kita marah, tapi tetap kita menata hati.

Terus kemudian aku membersihkan hati, enggak boleh ada iri, dengki, benci, jangan sampai terjadi. Kalau hati kita bersih, inner beauty kita akan keluar terus. Kita enggak capek juga, karena enggak dendam sama orang. Kita cepat memaafkan orang kalau orang zalim sama kita, ya kita maafkan. Mungkin dia enggak tahu tentang kita, mungkin dia salah persepsi. Maafkan saja cepet-cepet.

Dengan waktu luang yang sedikit, pastinya Anda butuh liburan. Bagaimana liburan Anda?
Setiap saat saya bisa liburan, saya bisa mengimbangi. Contohnya, saat saya sedang berada di sini bisa menjadi hiburan dan liburan di sini. Contohnya saat saya makan soto yang sangat enak, itu sudah sesuatu yang menurut saya hiburan dan liburan tersendiri buat saya.

Dan saya sangat keep and touch dengan keluarga saya, di mana pun saya berada, saya sekarang kan sudah ada Facetime dan Line, dulu kan hanya ada Skype. Nah, walaupun anak saya sedang sekolah di Australia pun saya tetap keep in touch, jadi saya tidak merasa jauh dengan anak, menantu, cucu, dan apalagi suami saya.

Pertanyaaan terakhir, pilkada ini yakin menang?
Insya Allah. Allah pasti memberikan yang terbaik buat umatnya, dan saya yakin Allah akan memberikan yang terbaik untuk saya bersama Mas Agus.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya