Calon Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan

Jakarta Butuh Pemimpin yang Tidak Labil

Calon Gubernur DKI Anies Rasyid Baswedan
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA.co.id – Dua hari lagi menjadi pesta demokrasi lanjutan putaran dua untuk warga Jakarta. Lebih dari 7 juta warga Ibu Kota akan menggunakan hak pilihnya menentukan gubernur dan wakil gubernur untuk lima tahun ke depan.

Kubu Anies Tuding Pencalonan Gibran Tidak Sah, KPU: Mengada-ngada

Gagasan program agar Jakarta lebih baik sudah disampaikan dua pasangan calon yang lanjut ke putaran dua yaitu petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

Enam bulan lebih, dua paslon ini sudah blusukan termasuk melakukan kampanye menemui warga di berbagai daerah Jakarta. Harapan dan keluhan persoalan hidup di Jakarta disampaikan langsung warga kepada dua paslon.

Menkopolhukam Minta Semua Pihak Hormati Langkah Kubu Anies dan Ganjar Gugat Hasil Pemilu ke MK

Pengalaman mengelilingi Jakarta, membuat calon gubernur DKI nomor urut tiga Anies Rasyid Baswedan menyiapkan beberapa program mengatasi masalah sosial seperti pendidikan, kesehatan, sampai pengangguran. Jika terpilih, pria kelahiran Kuningan, 7 Mei 1969 ini siap menjalankan programnya seperti Kartu Jakarta Pintar (KJP) Plus, Kartu Jakarta Sehat (KJS) Plus, hingga menghentikan proyek reklamasi Teluk Jakarta.

Bagi cucu pejuang kemerdekaan Abdurrahman Baswedan ini, bila terpilih menjadi Gubernur DKI merupakan tugas yang harus siap dijalani.

Andi Arief Prediksi Nol Persen Kemungkinan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud Menang di MK

"Allah yang maha menentukan. Jadi, kami menjalani takdir. Bila ditakdirkan, kami siap," kata Anies ketika menerima VIVA.co.id, Selasa, 11 April 2017.

Anies menilai melajunya ia bersama Sandiaga sampai putaran dua Pilkada DKI, berkat ikhtiar dan doa ribuan warga Jakarta yang ingin ada perubahan. Ia juga mengaku tak mengira sekitar delapan bulan lalu dicalonkan jadi cagub DKI usai tak menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan lagi.

Perbincangan dengan Anies berlangsung hangat di kediamannya, Jalan Lebak Bulus Dalam II, Cilandak, Jakarta Selatan.
    
Dua hari lagi pencoblosan, bagaimana persiapan Anda sejauh ini?

Kami meneruskan apa yang sudah dikerjakan sebelumnya. Pilkada ini tentang perubahan bagi warga Jakarta. Kita ingin warga Jakarta, setiap keluarga merasakan manfaat dan merasa bersyukur tinggal di Jakarta. Kenapa? Ada lapangan pekerjaan, ada pendidikan yang baik untuk anak-anaknya. Ada biaya hidup yang terjangkau. Ada kesehatan yang baik. Jadi kami di dalam putaran kedua ini terus fokus pada tema-tema, rencana-rencana untuk mengubah kondisi warga Jakarta.

Selama ini apa yang masih kurang dilakukan Pemprov DKI?

Kita perlu fokus pada membangun manusianya. Dan, membangun manusianya itu artinya memperhatikan kondisi kesehatan, memperhatikan kondisi pendidikannya, memperhatikan masyarakatnya, memperhatikan kebutuhan hidupnya.
Jadi, misalnya kalau kita lihat, ternyata di Jakarta 49 persen tidak punya rumah. Coba, di Ibu Kota negara, 49 persen penduduknya tidak punya rumah. Karena itu kita punya solusi perumahan untuk mereka.
Ketika dicek warga Jakarta bukan enggak bisa punya rumah. Mereka bisa nyicil, tapi enggak punya uang untuk bayar DP. Oke, kita punya program, nyicil rumah tanpa DP. Ini contoh, karena yang kita pikirkan manusianya.

Kita lihat, kenapa banyak pengangguran, apalagi di Jakarta Utara. Ternyata 48 persen anak usia SMA di Jakarta Utara tidak sekolah, separuhnya. Jadi, Jakarta itu bukan kumpulan gedung, Jakarta itu kumpulan manusia, yang harus dibangun itu manusianya.
Untuk membangun manusianya harus disiapkan infrastrukturnya, jangan dibalik seakan-akan yang harus dibangun infrastrukturnya, manusianya tidak. Karena itu kami dari awal siapkan program untuk lansia, bukan mendadak. Program untuk warga bukan mendadak.
KJP plus untuk anak-anak yang putus sekolah, tidak mendadak, dari awal-awal. Kenapa? karena kami di awal  fokus kita pada manusia. Nah, kita menggariskan pada yang namanya gubernur di DKI Jakarta bukan saja memimpin birokrasi, tapi dia juga memimpin warganya. Jadi, yang dipikirkan bukan saja birokrasi harus berjalan dengan baik, tetapi apakah warga bisa berinteraksi dengan baik.

Saya di kampung ini adalah pembina karang taruna di RT, bertahun-tahun sudah. Enggak pernah ada dukungan dari pemerintah sama sekali. Tanya ke semua pembina karang taruna di mana-mana, enggak ada. Kalau kami ketika bertugas justru kita akan dukung karang taruna, majelis taklim, PKK. Karena inilah yang dibawa membangun interaksi. Warga jadi berinteraksi, berkomunikasi. Kalau begitu, muncul saling kepercayaan.

Jadi, tugas gubernur bukan hanya menjalankan APBD. Tugas gubernur adalah membangun seluruh Kota Jakarta, warga Jakarta, sehingga ini menjadi sebuah kota yang hidup. Yang warganya merasa nyaman. Maka itu, kenapa kita katakan bukan saja maju kotanya, tapi bahagia warganya.

Selanjutnya...Berita hoax dan kampanye hitam

Jelang pencoblosan, masih ada black campaign (kampanye hitam), berita hoax, apa yang sebetulnya harus dilakukan dalam persoalan ini?

Pada akhirnya kembali pada kita. Sekarang informasi itu masuknya ke hp (handphone). Jadi, sensornya bukan di lembaga mana mana. Sensornya ada pada kita, karena itu kita harus menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Kalau sesuatu enggak masuk akal ya jangan dimasukkan akal. Lalu kita harus bekerja untuk menunjukkan suatu pusat informasi yang benar yang mana. Kalau orang kritis tapi enggak tahu merujuknya ke mana dia enggak mengetahui benar salah. Karena itu mari semuanya membuat pusat. seperti kami, kami enggak mau sekadar berkoar ini banyak hoax, banyak fitnah. Kita buatkan aja fitnahlagi.com. ya silakan kalau Anda mau lihat fitnah, lihat aja di sini. Kalau hari ini sudah 80 fitnah dan hoax yang kita terima. Setiap hari diupdate. Sehingga seseorang menerima sesuatu benar ini enggak ya, oh hoax. begitu kira-kira.

Saran untuk persoalan ini?

Satu, kritis. Kedua, bagi kita-kita yang berada di publik buatkan pusat informasi, sehingga masyarakat bisa mengecek mana yang benar, mana yang tidak. Yang ketiga anjurkanlah kepada semua pihak. Janganlah mulai dengan, tapi anjuran moral. Yang keempat penegakan hukum. Kalau ada laporan terkait dengan kampanye hitam ditindaklanjuti sehingga membuat orang jera. Tetapi kalau enggak ditindaklanjuti orang enggak jera. Enggak apa apa tuh, didiamin. Karena itu ditindaklanjuti, ada hukuman yang tegas. Sehingga orang lain berpikir dua kali untuk melakukan hal yang sama.

Ada harapan misalnya penyelenggara pemilu lebih aktif menyaring berita hoax?

Sekarang produsennya dari mana-mana. Ada di tiap hp, di tiap komputer. Jadi, menurut saya janganlah kita membayangkan pengaturannya seperti era pradigital. Kalau ini pradigital bisa diatur. Zaman koran, masih jelaslah. Tapi, kalau koran dan televisi itu ada redaktur ada redaksi. Jadi, dikeluarkan itu dengan pertimbangan yang matang. Kalau sekarang enggak ada, dari renungan pribadi, keluarin-keluarin. Jadi, sekarang justru kalau menurut saya kalau ada diketahui pelakunya, tindak. Jadi jera.

Anda lihat peran Bawaslu dan KPU DKI sampai putaran dua ini bagaimana?

Tidak ada catatan khusus.

Apakah dua lembaga penyelenggara itu sudah menjalankan tugasnya dengan baik?

Kita berharap lebih baik lagi besok. Karena kita melihat kemarin di pilkada putaran pertama ada 542 TPS (tempat pemungutan suara) yang perolehannya suaranya 96 persen. Di Jakarta Barat, Jakarta Utara. Hanya di beberapa kecamatan saja. Cukup unik untuk sebuah pilkada, belum pernah terjadi sebelumnya di Jakarta. Pilpres juga enggak pernah terjadi dan di tempat itu enggak pernah terjadi sebelumnya. Jadi, kalau lihat catatan pilkada 2007-2012 enggak pernah terjadi. Nah, pengawas di tempat yang seperti itu harus ditingkatkan. Bukan hanya 542 TPS, tapi di tempat-tempat yang lain.

Untuk menanggulangi dugaan kecurangan di TPS yang Anda sebutkan tadi bagaimana?

Tegakkan aturan. Jumlah kertas suara tidak boleh lebih dari jumlah tertentu, kan 2,5 persen (dari DPT). Jadi, dengan begitu enggak ada penambahan-penambahan. Ternyata muncul banyak penambahan, kok bisa. Pengawasannya bagaimana. Saya ingatkan kepada semua, putaran pertama kita tidak memprotes. Kenapa masih ada putaran kedua, ya sudahlah itu semua jadi pelajaran bagi kita semua. Tolong jangan lagi diulang.

Termasuk temuan adanya dugaan ratusan surat keterangan palsu?

Tolong jangan diulang. Jangan rendahkan demokrasi warga Jakarta. Tidak menghormati. Kalau Anda menghormati warga Jakarta maka jujurlah. Berikan kesempatan bagi warga Jakarta untuk menentukan pemimpinnya tanpa ada intervensi dari manapun.

Selanjutnya...Dukungan relawan AHY

Peta dukungan untuk putaran kedua ini bagaimana dari relawan Agus-Silvy?

Alhamdulillah puluhan simpul relawan dari Mas Agus dan Ibu Sylvi itu mendukung. Dan tentu saja harus dirawat, harus kampanye, harus menjaga. Tetapi, kita optimis tapi kita tidak mau takabur. Kita optimis, yang penting bagi kami 3. Bukan karena nomor kami 3. Jujur, jujur aja besok, jangan ada money politic, jangan beli-beli, jangan.

Yang kedua, adil. Aparat keamanan, aparat penyelenggara pemilu. Aparat pengawas jangan berpihak, adil aja. Jangan bantu sana sini dan enggak usah bantu kita juga. Tapi jangan bantu di sana juga. Netral saja.

Yang ketiga, demokratis. Demokratis itu yang berhak jangan dihalangi tapi yang tidak berhak jangan ikut-ikut. Ini pilkada warga Jakarta. Orang luar Jakarta enggak ikut ke sini untuk nyoblos. Kalau mau datang ngawasin silakan, datang mau menyaksikan silakan. Ini peristiwa bersejarah. Dari 101 pilkada sudah selesai, tinggal satu ini yang belum. Tapi, kalau mau ikut nyoblos enggak usah. Jadi, kami merasa yang kita perlukan jujur, adil, demokratis.

Di putaran pertama, program Anda sering dikritik paslon lain, tapi di putaran dua seperti terbalik, program Anda ditiru?

Jadi kami melihat ini untuk warga Jakarta. Jadi kalau ada yang mau melaksanakannya sekarang alhamdulillah kami senang sekali. Nanti ketika kami bertugas lebih mudah kami menjalankannya. Kita belum bertugas saja petahana sudah mengadopsi program itu. Itu baik-baik saja, tidak ada masalah, toh ini tentang warga Jakarta. Misalnya kemarin belum ada program untuk lansia, kami sudah, terus mereka punya program, oh bagus. Untung nih kita kemarin memikirkan soal rumah, kemudian mereka memikirkan rumah, alhamdulillah bagus itu.
Tugasnya seorang calon gubernur, seorang wakil gubernur adalah menawarkan ide, kepada siapa, kepada seluruh warga Jakarta. Kalau pemerintah sekarang itu merasa ide itu bagus dan mau langsung diterapkan syukur alhamdulillah. Kita tinggal bilang sama publik semua benar kan idenya bagus. Benar kan idenya bagus, bahkan pemerintah sekarang langsung mau menerapkan.

Kami merasa bersyukur bahwa ide-ide itu diadopsi dan kita malah makin yakin bahwa pola penyelesaian-penyelesaian masalah di Jakarta dengan ada ide-ide terkait warga. Fokusnya di warga.

Lebih Dekat dengan Anies Baswedan

Calon Gubernur DKI Anies Rasyid Baswedan. Foto: VIVA.co.id/M. Solihin

Selanjutnya...Video kampanye di medsos

Petahana sudah bikin video kampanye di medsos, Anda bagaimana dengan Sandiaga Uno?

Sudah ada.

Video kampanye Ahok-Djarot sempat jadi pro kontra karena dituding menyudutkan umat Islam?

Ya, kami-kami mau membangun persatuan. Kami tidak ingin membangun perpecahan. Karena itu kata-kata dipilih supaya mempersatukan bukan memecah. Kata-kata saja sudah memecah apalagi perbuatan. Karena itu pesan-pesan kita, video kita, bahkan serangan-serangan yang keras-keras itu kadang-kadang kalau dipikirkan bisa sakit hati, tapi kita enggak. Kita bikin jadi tweet jahat, santai saja. Karena kita membuat ini loh santai kok, ini festival gagasan, festival ide. Jadi, serangan-serangan juga kita respons sebagai sebuah, ya biasa aja. Santai aja, bahkan lucu jadinya.
Kenapa? karena kita tidak ingin mencekam warga Jakarta. Kami enggak mau mengirimkan pesan untuk mencekam, untuk menakut-nakuti, untuk membuat seakan-akan Jakarta ini berada dalam situasi bahaya. Ke mana-mana orang santai kok di Jakarta. Tenang-tenang saja. Kita ingin, kepemimpinan yang kami tawarkan adalah kepemimpinan yang membuat kita bahagia, membuat kita ceria. Bukan membuat kita suntuk, tegang sepertinya kayak mau Jakarta ini sudah habis-habisan, enggak. Karena itu pesan-pesan video kita juga begitu. Kita ingin mengajak warga Jakarta makin bersatu. Kebhinekaan itu kenyataan, fakta.

Bagaimana merawat kemajemukan kebhinekaan di Jakarta ini?

Tugas kita adalah memperjuangkan persatuan dalam kebhinekaan itu. Jadi, kebhinekaan itu fakta, jadi tidak ada perjuangan untuk kebhinekaan. Kebhinekaan itu fakta. Ada ratusan bahasa itu kenyataan. Yang diperjuangkan itu, apa mempersatukannya, itu yang diperjuangkan. Perjuangan untuk mempersatukannya. Bagaimana caranya? Kenapa kita konsen ke lapangan pekerjaan, pendidikan, biaya hidup yang cukup? Supaya ketimpangan itu bisa dibereskan. Selama ada ketimpangan bagaimana bisa membuat persatuan. Mungkin kita, persatuan dalam ketimpangan, tidak lah, persatuan itu dalam kesejajaran kesempatan. Ada rasa keadilan. Karena ada rasa keadilan ada rasa kedamaian. Karena ada rasa kedamaian muncul suasana persatuan.

Jadi, cara merawat kebhinekaan itu ada dengan membereskan ketimpangan, memunculkan rasa keadilan. Dari situ muncul persatuan. Hidup berjalan bersama-sama nanti. Itu sebabnya kenapa kita konsentrasi pada kesejahteraan. Bayangkan di Jakarta orang yang penghasilannya di bawah 1 juta itu 3 juta orang. Bagaimana coba penduduknya 10 juta cuma 1 juta. Anda tahu persis 1 juta bisa dipakai untuk apa di Jakarta. Kalau pemerintahnya enggak memikirkan manusianya, yang dipikirkan hanya benda matinya, ya sulit kita bicara merawat kebhinekaan.

Merawat kebhinekaan itu dengan membuat persatuan. Persatuan pakai itu tadi. Bereskan ketimpangan sehingga muncul kesejajaran. Muncul rasa keadilan dari situ muncul rasa kedamaian, dari situ muncul persatuan, sederhana sekali. Jadi, iklan-iklan, pesan-pesan kita positif aja. Kita tidak menggunakan hoax, kita tidak menggunakan kampanye hitam, kita tidak menakut-nakuti warga, kita enggak ngancam, enggak ngancam warga. Kita ingin, nih lihat kita akan berada dalam situasi yang seperti ini hoax. Kita malah ingin warga merasa ini loh kepemimpinannya menawarkan kebahagiaan, ketenangan, suasana bisa bekerja sama

Selanjutnya...Kriminalitas dan pengangguran

Jakarta dikenal kota yang kriminalitasnya tinggi seperti kasus penyanderaan ibu dan anak di angkot, Anda melihat hal ini bagaimana?

Coba saya tanya kenapa Anda tanya soal perampokan. Karena terjadi peristiwa sensasional dua tiga hari yang lalu kan. Tugas gubernur itu enggak nunggu peristiwa sensasional. Tugas gubernur itu adalah melihat angka statistik.
Bayangkan, 40 persen lebih anak putus sekolah, ayo kira-kira kerjaannya apa itu. Ya nganggur lah. Dari pengangguran itu konsekuensinya apa, sulit hidup sulit makan. Lalu potensi yang muncul apa kalau gitu, pasti ada sekian persen dari mereka yang melakukan tindakan kriminal, sudah jelas. Jadi seorang gubernur tidak usah menunggu peristiwa sensasional untuk mengatakan bahwa pengangguran harus dibereskan.

Perlu perencanaan program dalam mengatasi masalah ini?
 
Penegakan hukum harus dilakukan. Kalau kita ini warga negara biasa, media, pengamat, ada peristiwa baru kita analisa. Tapi, tugas seorang gubernur merencanakan pembangunan. Dia lihat datanya, lalu dia siapkan programnya. Itu yang kita siapkan. Karena itu kenapa kita bikin program Ok Oce supaya kewirausahaan tumbuh. Siapa yang bekerja, siapa saja bisa, putus sekolah aja bisa dilatih.

Di Jakarta ini lebih 500 ribu orang itu masuk dalam pengangguran terbuka. Pengangguran terbuka kita sekitar 500 ribu. Selama mereka tidak dipikirkan oleh gubernurnya untuk mendapatkan pekerjaan, tinggal tunggu peristiwa-peristiwa sensasional itu muncul. Jadi kita tidak hanya menganalisa sebuah kasus. Tugas gubernur adalah lihat potret warganya, lihat target perubahannya, lalu siapkan programnya. Itu yang akan kita rencanakan besok.

Itu yang kita rencanakan, itu yang akan kita kerjakan. Jadi melihat fenomena kemarin, kalau seseorang itu punya pekerjaan yang baik pekerjaannya tetap ada penghasilan rutin kegiatan ekonomi jalan. Sudahlah tidak usah melakukan tindakan-tindakan melawan hukum, rumit. Yang kedua penegakan hukum, tapi penegakan hukum di polisi, bukan di pemda. Ini peristiwa kriminal, ini tindak pidana, maka penegakan hukum. Tapi bagi tugas kami mencegah kalau kejadian begitu, berarti orang ini harus ada pekerjaan tidak perlu melakukan tindakan-tindakan itu.

Hal lain adalah selalu ada di masyarakat kelainan-kelainan yang dimiliki oleh individu-individu tertentu. Karena itu sebagai pengelola Jakarta juga memikirkan treatment-treatment apa yang mesti dilakukan untuk mereka yang mungkin memiliki problem psikologi efek pada keresahan sosial itu dilakukan.

Lebih Dekat dengan Anies Baswedan

Calon Gubernur DKI Anies Baswedan

Selanjutnya...Bagian ikhtiar dan berdoa

Kesiapan tim Anda mengantisipasi kecurangan di hari pencoblosan nanti bagaimana?

Insya Allah siap. Sudah belajar dari kejadian kemarin, kalau lucu jangan ditertawakan tetapi dihadapi dan ditindak, kira-kira begitu. Hahaha. Kelucuan-kelucuan itu, ya putaran pertama kemarin istilahnya lucu aja dah, Pilkada angkanya 96 persen, unik gitu. Tetapi, barangkali menarik juga nanti sebagai studi ilmu politik ya, mereka yang belajar ilmu electoral mungkin menarik untuk melihat fenomena ini pilkada putaran pertama. Nah, itu bisa jadi ada pelajaran penting bagi penyelenggaraan pilkada di Indonesia dan bagi ilmu electoral di dunia.

Jika terpilih, bagaimana Anda membangun komunikasi dengan DPRD DKI?

Begini, apakah Jakarta satu-satunya tempat yang punya gubernur? Enggak kan. Apakah Jakarta satu-satunya kota? tidak. Apakah Jakarta satu-satunya kota yang pakai DPRD? Tidak. Ada ratusan kota, ada ratusan kabupaten, ada puluhan provinsi. Kok di tempat lain aman nyaman. Memangnya di tempat lain gubernurnya tidak bekerja baik gitu, baik kok. Jadi, enggak usah bandingkan dengan saya. Bandingkan dengan tempat-tempat lain. Di Sulawesi Selatan, gubernurnya baik, jalan itu, di Maluku gubernurnya jalan. Anda sebut saja, di Jawa Barat gubernurnya baik, berjalan baik. Di Surabaya, walikota bekerja dipuji banyak orang, bekerja baik dengan DPRD. Banyuwangi, saya bisa sebutkan begitu banyak.

Jadi problemnya bukan sekadar, oh DPRD dengan gubernur, enggak kok. Di tempat lain ada DPRD dan gubernur bekerja lancar. Karena itu Jakarta membutuhkan kepemimpinan yang bisa komunikatif, pemimpin yang tidak labil, kepemimpinan yang bisa merangkul bukan memukul. Kalau ada kepemimpinan yang merangkul, tidak labil, bisa komunikasi ya Insya Allah dengan siapa saja bisa bekerja dengan baik. Justru yang kami tawarkan bagaimana warga Jakarta bisa mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya dari aset yang dimiliki pemda, dari anggaran yang dimiliki pemda.

Sudah lima bulan lebih blusukan, termasuk kampanye, bagaimana keyakinan Anda memenangkan Pilkada DKI?

Semua di tangan Allah. Bagian kita adalah berusaha. Takdir sudah dituliskan, kita bekerja, melihat suasana kami optimis. Tapi, semuanya di tangan-Nya. Karena ini bukan sesuatu yang linear, Allah yang maha menentukan. Jadi kami menjalani takdir, bila ditakdirkan kami siap.  Bila ditugaskan lain kita siap. Kita menjalani saja. Saya jadi calon gubernur enggak usah ditanya, 8 bulan yang lalu saya enggak mengira. Siapa yang mengira, wong saya tidak berencana selesai tugas dari kementerian. Pak Presiden memutuskan saya cukup, selesai. Saya kembali ke rumah bekerja dengan anak-anak. Saya jalanin tugas baru ini. Jika takdir dari Allah ditakdirkan saya jalankan. Dan, saya yakin bahwa Tuhan yang maha kuasa sedang merencanakan perubahan kemajuan untuk kita semua di Indonesia apalagi di Jakarta. Saya bagian ikhtiar, bagian doa. Ribuan orang berikhtiar, berdoa. Semuanya di tangan Allah.

Jika nanti belum terpilih, apa yang akan Anda lakukan?

Kita lihat tanggal 19 besok.
(one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya