BPLS Matangkan Konsep Wisata Lumpur

SURABAYA POST -- Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) bereaksi cepat menindaklanjuti arahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tentang pengelolaan kawasan terdampak lumpur Sidoarjo di masa mendatang.

Kepala BPLS, Sunarso, mengatakan, jauh sebelum presiden memberikan arahan, BPLS sudah merancang konsep untuk mengelola areal terdampak lumpur di kawasan Desa Pejarakan, Kedungcangkring, dan Besuki.

"Kami sudah siapkan konsep untuk mendirikan pusat riset (geologi) di Desa Pejarakan. Tapi daerah situ kan belum kosong sepenuhnya. Nanti kalau sudah kosong kami tanggul terus didirikan pusat riset," tutur Sunarso, kemarin.

Pusat riset itu, lanjut Sunarso, direncanakan dapat diakses melalui jalan-kalan yang dibangun di atas tanggul sepanjang tepian kolam Lumpur. Juga direncanakan untuk dapat diakses melalui jalan tol.

"Eks ruas tol Gempol-Porong yang ada di Besuki itu kan bisa dimanfaatkan sebegai akses. Nanti rencananya, jalan tol yang baru juga dibangun nyambung dengan eks ruas tol Gempol-Porong itu," beber mantan Pandam IV/Diponegoro itu.

Sunarso mengatakan, satu-satunya kendala untuk mewujudkan rencana pembangunan pusat riset itu adalah belum tuntasnya pembayaran terhadap asset-asset warga yang sudah terbenam lumpur.

Sejauh ini BPLS baru bisa memenuhi 50 persen pembayaran. Diharapkan akhir tahun ini BPLS bisa tuntas membayar sebesar 70 persennya. Targetnya pada tahun 2012 nanti BPLS sudah melunasi 100 persen pembayaran.

Sesuai ketentuan dalam Perpres Nomor 48 Tahun 2008, pembayaran terhadap aset-aset warga terdampak lumpur Sidoarjo yang tinggal di kawasan Kedungbendo dan Perum TAS I, kemudian Siring, Jatirejo, dan Renokenongo adalah menjadi tanggung jawab Minarak Lapindo Jaya.

Sedangkan untuk yang tinggal di Pejarakan, Besuki, dan Kedungcangkring menjadi tanggung jawab pemerintah melalui BPLS. Saat meninjau kawasan terdampak Lumpur di titik 25, Senin (29/3) lalu, Presiden menginstruksikan supaya Lapindo maupun BPLS melakukan percepatan pembayaran asset-aset warga tersebut.

"Tapi kami mengikuti Lapindo. Saat ini Lapindo sudah membayar 54 persennya, kami baru 50 persen. Nanti akhir tahun Lapindo ditargetkan bisa membayar sebesar 75 persennya, kami 70 persen. Baru nanti tahun 2012 sama-sama bisa membayar 100 persen," jelas Sunarso.

Selain merancang pembangunan pusat riset di Pejarakan, BPLS juga menyiapkan titik 25 sebagai kawasan wisata geologi yang terbuka untuk umum. Di lokasi itu, saat ini sudah dibangun semacam panggung permanent dari besi, yang dapat dipakai untuk mengamati langsung aktivitas kawah utama. Tapi, sampai sekarang masih menjadi restricted area.

Namun menurut Deputi Bidang Operasional BPLS, M. Soffian Hadi, lokasi itu sudah jauh lebih aman dibandingkan saat awal-awal terjadinya semburan Lumpur. "Saya tidak pakai teori yang muluk-muluk. Saat kunjungan Presiden ke titik 25, saya menunjukkan ke Bu Ani Yudhoyono bahwa di bawah tenda banyak nyamuknya," ungkap Soffian.

Kata geolog dari UPN Jogjakarta itu, banyaknya nyamuk di sekitar titik 25 yang merupakan lokasi terdekat dengan pusat semburan Lumpur, merupakan tanda bahwa kondisi alam telah kembali seperti semula.

"Dulu, di awal-awal terjadinya semburan, sama sekali nggak ada binatang, bahkan yang sekecil nyamuk pun, yang berkeliaran di dekat kawah utama. Sekarang, sudah banyak burung sriti, burung bangau dan sebagainya," jelas Soffian.

Lantas, apakah sudah bias dikatakan bahwa lokasi itu sudah menjadi stabil? Ditanya demikian Soffian tak menjawabnya dengan tegas. Dia hanya mengatakan bahwa volume semburan dari kawah utama sudah jauh mengecil.

Dulu, volume semburan diperkirakan mencapai 170 ribu meter kubik per hari, sekarang diperkirakan tinggal 70 ribu meter kubik per hari. "Kalau volume semburannya mengecil, subsidennya tentu juga mengecil," kata Soffian.

Tapi, saat Surabaya Post meliput kunjungan Presiden ke titik 25 itu, memang tidak dirasakan timbul hal-hal yang mengkhawatirkan berkaitan dengan perubahan permukaan tanah.

Presiden bahkan dengan tenang menyampaikan arahannya di atas panggung yang dibangun di tepi kolam Lumpur, sekitar kawah utama. "Jadi, bias anda simpulkan sendiri, bagaimana kondisinya sekarang," ujar Soffian.

Laporan: Satriyo Eko Putro

Terungkap, Polisi Sebut Chandrika Chika Sudah Setahun Lebih Pakai Ganja: Menganggapnya Hal Lumrah
Suasana di rumah duka Mooryati Soedibyo

Suasana Rumah Duka Mooryati Soedibyo, Dipenuhi Pelayat dan Karangan Bunga

Pendiri Mustika Ratu sekaligus pencetus ajang Puteri Indonesia, Mooryati Soedibyo meninggal dunia pada Rabu dini hari, 24 April 2024 sekitar pukul 01.00 WIB.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024