VIVAnews - “Ten megaji,” ungkap Ketut Liing sambil menghela napas. Maksudnya, dia tidak mendapat gaji. Laki-laki ini bekerja sebagai penjaga toilet di sebelah barat daya Lapangan Puputan Badung, Denpasar. Dia hanya mendapat uang dari pengunjung yang memakai WC tersebut. Namun itupun harus dibagi lagi dengan mandor yang mengurus wilayah sana. ”Kalau hari-hari biasa, paling 25 ribu (rupiah). 12 (ribu rupiah) setor ke mandor,” ungkapnya akhir pekan lalu.
Memang tak banyak yang bisa dilakukannya. Kerjaan itu dia kerjakan sepenuh hati. “Tidak ada kerjaan lain lagi. Ya, dengan ini pun harus cukup,” tambah laki-laki dengan kulit yang mulai keriput ini.
Dalam 68 tahun perjalanan hidupnya, dia pernah bekerja sebagai buruh bangunan dan undagi (tukang pembuat rumah). ”Baru dua tahun terakhir kerja jaga WC,” katanya. Dia bekerja setiap hari di sana dari pagi pukul 6 pagi sampai pukul 11 malam. Kalau pengunjung Lapangan Puputan Badung sepi, biasanya saat siang dia pulang sebentar. Pulang untuk istirahat dan makan. “Tapi lebih sering beli nasi di dagang. Pakai uang itu,” akunya dengan sorot mata lurus ke depan.
Bapak empat anak dan kakek empat cucu ini berasal dari Candidasa, Karangasem. ”Di sini tinggal di Penjaitan,” katanya. Sedangkan anaknya bekerja di Dinas Kebersihan Pusat (DKP). ”Dua kerja di DKP. Cucu baru 13 bulan,” tambahnya.
Namun, sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa lepas dari orang lain. Begitu pula Ketut Liing ini. Biasanya saat ada kerabat atau teman yang mengadakan kegiatan atau upacara, dia berusaha untuk hadir. Saat ada mejenukan (kunjungan kepada kerabat atau sahabat yang anggota keluarganya meninggal, untuk menghibur dan membantu materi sekedarnya) atau acara lain di kampungnya Tut Liing merasa kewalahan.
”Pas acara itu sedikit kewalahan. Biasanya bawa beras atau gula. Sekitar 40-50 ribu,” katanya dengan suara yang pelan. Itu dia lakukan semata-mata demi rasa sosialnya kepada kerabat atau masyarakat di kampungnya. Meskipun harus hemat dalam menggunakan uangnya yang terbatas. Yang terpenting bagi Tut Liing bisa berbuat tidak hanya bagi dirinya sendiri, tapi juga untuk orang lain.
Di akhir pembicaraannya, dia berharap agar ada bantuan dan perhatian dari pemerintah setempat. Agar semua pekerja dan teman-teman sepertinya mendapat penghidupan yang cukup layak. ”Supaya ada bantuan dari pemerintah. Agar bisa hidup layak saja,” imbuhnya sambil menatap gedung Walikota Denpasar di seberang jalan yang begitu kaku dan dingin.
Baca Juga :
Niat Mulia Maarten Paes untuk Timnas Indonesia
VIVA.co.id
2 Mei 2024
Baca Juga :
Komentar
Topik Terkait
Jangan Lewatkan
Terpopuler
Selengkapnya
Partner
Pernahkah Anda panik karena struk E-Toll hilang? Ada beberapa cara mudah dan cepat untuk mencetak ulang struk E-Toll Anda. Berikut ini beberapa caranya.
Ingin menjaga privasi saat berkomunikasi di WhatsApp? Salah satu caranya adalah dengan menyembunyikan centang biru yang menandakan bahwa Anda telah membaca pesan.
Panik Kontak HP Terhapus? Tenang, Begini Cara Mengembalikannya di Android!
Gadget
sekitar 1 jam lalu
Kehilangan kontak memang menyebalkan, tapi tenang, ada beberapa cara yang bisa kamu coba untuk mengembalikannya. Berikut beberapa langkah mudah untuk mengembalikan kontak
5 Fakta Menarik Raikage A, Karakter Tangan Besi di Naruto
Gadget
sekitar 1 jam lalu
Raikage keempat, A, dikenang dalam Naruto atas kekuatannya. Dia kidal, mampu melawan Susano'o, dan diilhami oleh pegulat. Juga, tradisi nama "A" unik di Kumo terkait posi
Selengkapnya
Isu Terkini