U-Report

Latah Bola vs Demam Facebook

VIVAnews - Seorang teman belum tidur juga lewat tengah malam ini. Lonceng jam dinding sudah berdentang 12 kali. Kamis pagi menyapa. Namun status Yahoo Messenger maupun Facebooknya masih online. Saya sangat mengenal kesehariannya.

Dia lelaki serius. Pengetahuannya luas, berbincang dengannya sangat mengasyikkan. Ia senang berdiskusi dan berdebat tentang banyak hal. Dia juga tidak memilih tempat. Tatap muka di warung kopi depan rumahnya, maupun melalui jasa internet. Sungguh, malam ini tak lazim. Ya, selama ini selalu ia mengakhiri perbincangan sebelum pukul 23.00. 

Memang hari ini saya belum sempat menyapanya. Otak ini sedang merajuk. Tak hendak diajak berbincang soal politik, ekonomi, sosial maupun budaya. Apalagi bicara ideologi. Maka saya menghindari dia. Tapi kenyataan bahwa ia masih di depan komputer begitu mengusik benak. Saya menyapanya, menanyakan kabar. 

Saya tanyakan ketidaklaziman itu. Ia tak segera menjawab. Justru balik bertanya. "Adik, apa yang kau tahu tentang Manchester United dan Barcelona?" tanya dia kepada saya. Usia kami memang terpaut beberapa tahun sehingga kami terbiasa saling memanggil adik-abang.

"Ah, itu kan klub sepakbola Eropa bang. Manchester United biasa disebut MU, klub dari Inggris, sedangkan Barcelona, atau dikenal juga dengan sebutan Barca adalah klub Spanyol," kataku.

"Lantas, apa kau tahu siapa itu Fergie? dan siapa saja pemain MU yang kau tahu?" cecarnya lagi.

"Fergie itu manajer MU, bang. Lengkapnya Sir Alex Ferguson. Saya tahu beberapa pemainnya. Edwin van der Sar, Rio Ferdinand, Cristiano Ronaldo, dan Wayne Rooney. Dan ada satu orang dari Korea bang, namanya Park Ji Sung. " kataku lagi.

"Apalagi yang adik tahu soal kedua klub ini?" Ia kembali bertanya.

"Oh ya, kabarnya mereka akan bertanding dini hari ini bang. Mereka memperebutkan Piala Champions Eropa," kataku mencoba menjawab. Aku sendiri tak tahu jam berapa pastinya.

Setelah itu hening. Saya tak sabar. Penasaran itu harus terjawab. "Maaf bang, sudah selarut ini abang belum juga tidur, ini tak biasa. Ada hal yang seriuskah?" tanya saya.

Jawaban baru muncul di layar komputer beberapa saat kemudian.

"Ah, tidak dik. Malam ini, beberapa teman diskusiku tak muncul. Aku kesepian. Aku coba periksa status mereka di Facebook. Semuanya menyatakan sedang bersiap menonton pertandingan MU melawan Barca itu. Ada yang tidur dulu, ada yang pergi beli camilan, dan semacamnya," jawabnya.

"Lantas apa hubungannya dengan abang? Maaf bang, saya masih belum paham," saya mencecarnya lagi.

"Adik, kau tahu abangmu ini. Apa pernah kau lihat abangmu ini kehabisan kata, saat berdiskusi dengan kawan-kawan?" kata dia balas bertanya.

Memang dia luas pergaulan. Bagi kami teman temannya, ia bak ensiklopedi berjalan. Dan sekarang saya bingung dengan jawaban-jawabannya.

"Tadi, sebelum kau menyapaku, aku sudah termenung hampir dua jam di depan layar komputer. Aku hampir menangis. Aku merasa malu. Merasa begitu tak berarti. Kau lihat dik, status teman-teman kita itu. Semuanya bertema sepakbola. Dan aku baru sadar, aku tak mengerti sama sekali soal sepakbola," keluhnya getir.

Saya menenangkannya. Membesarkan hatinya. Saya katakan, masih banyak hal penting yang ia tahu dan perlu dikerjakan. Sepakbola hanya soal kecil di tengah berbagai persoalan politik dan ekonomi yang mendera bangsa ini.

"Tadinya aku berpikir begitu. Namun setelah kurenungkan, ternyata ini juga penting. Ini saatnya rakyat melepaskan sejenak penatnya menyaksikan pertarungan neolib dan kerakyatan. Soal Istri siapa yang lebih agamis, soal siapa lebih cepat dan siapa lebih baik. Dan aku.. aku.. tak bisa berkata apa-apa soal sepakbola," jawabannya bernada sedih.

Ah, abang yang satu ini rupanya malu hati karena tak bisa ikut mendiskusikan sepakbola. Terbayang di mataku, ia hanya menjadi penonton. 

Ia hanya bisa memandangi beranda Facebook-nya. Mengamati tiap kali perubahan status maupun adu komentar teman-temannya. Dan baru kali ini terjadi, ia absen dari sebuah diskusi yang berlangsung di depan matanya.

"Sudahlah bang. Tak perlu sedih. Yang penting abang merdeka menentukan pilihan prioritas abang sendiri. Dan abang selama ini memilih tak menyentuh isu sepabola. Abang harus konsisten," kata saya mencoba menenangkannya. 

Ia berterimakasih atas saran itu. Ia pun pamit hendak beristirahat.

Tak lama terlihat di layar saya, status facebooknya telah berubah.

" Teman-teman, selamat menonton pertandingan MU melawan Barca. Saya mendukung MU. Bukan karena Ada Fergie. Saya juga tak tertarik dengan Christiano Ronaldo ataupun Rio Ferdinand. 

Saya tak tahu akan seberapa kuat Edwin Van der Sar menepis serangan Barca. Tapi di MU ada Park Ji Sung, kawan. 

Ia pemain Asia pertama yang berlaga untuk ikut menentukan siapa jawara Eropa. Asia. Kali ini di sepakbola, pelan tapi pasti juga di isu-isu lainnya. 

Dan terbukti Asia lebih tangguh, tahan krisis. Bersulang untuk kebangkitan dan kejayaan Asia... sekitar satu menit yang lalu."

Hahaha.. Abang memang tak pernah menyerah. Saya tersanjung. Saya merasa sangat dipercaya. Ia mau bertanya hal yang tak dimengertinya kepada saya. Saya yang selama ini sering mendengar petuah-petuahnya dan tak hendak menang jika berdebat dengannya. 

Ia menulis berdasar apa yang saya sampaikan padanya. Saya tak menyinggung Barca, dan karenanya ia tak menulis Barca.

Ia memercayakan harga dirinya. Ia menitipkan rasa malunya itu di layar komputer saya. Agar malu itu tak tampak di beranda teman-temannya. Agar harga diri tetap kokoh di dinding Facebook-nya.

Saya menulis komentar pada statusnya.

"Quo Vadis abang sayang, sekedar latah berbicara bola, ataukah abang demam Facebook?"

Tapi, komentar itu segera saya hapus lagi. Saya ingat. Ia telah menitipkan malu dan harga dirinya. Bang, Piss bang! Silakan onar asal jangan cemar!

KAI Tambah Kereta Relasi Yogyakarta-Gambir, Tiket Sudah Bisa Dipesan

----------

Bila Anda memiliki pengalaman dan ingin berbagi cerita seputar Facebook, silakan kirimkan email ke redaksi@vivanews.com.

Mobil SUV Baru Rp200 Jutaan Ini Sudah Tersedia di Diler
BRIMO

Siap Layani Arus Balik, Posko Mudik BRImo Hadir di Rute Strategis

Momen mudik bersama keluarga jadi rutinitas masyarakat setiap tahunnya, terutama pada libur Hari Raya. BRI hadir menemani masyarakat dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

img_title
VIVA.co.id
14 April 2024