130 Titik Api di Sumsel

VIVAnews - Kepala Dinas Kehutanan Sumatera Selatan melalui Sekretarisnya Zulpikar menyatakan bahwa semua masalah pengendalian Hutan berada di UPTD, termasuk masalah agenda pengendalian dan pengawasan sehubungan dengan pengendalian hutan tersebut.

Berpengalaman di DPR, Sumail Abdullah Dinilai Berpotensi Maju Pilkada Banyuwangi

Di waktu yang sama, Bambang Utoyo, Kepala UPTD Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Sumatera Selatan di ruang kerjanya mengatakan, untuk saat ini pihaknya tengah menangani masalah kendali titik api.

"Sumber daya alam, taman nasional, hutan HTI itu yang menangani adalah HTI. Khusus masalah Taman Nasional, mereka sudah membentuk tim khusus untuk pemadam kebakaran hutan. Itu ditangani oleh masing-masing daerah, kabupaten dan kota, tambahnya," kata Bambang.

Sektor Manufaktur RI Jauh dari Deindustrialisasi, Ekonom Beberkan Buktinya

Tegas Bambang, tugas UPTD terpokok adalah hanya untuk koordinasi dan penyampaian data, serta untuk peringatan deteksi dini mengenai cuaca yang panas, juga mengenai kemungkinan elnino. "Data-data ini akan kita sampaikan pada kabupaten, selanjutnya juga akan kita sampaikan sudah berapa jumlah titik api, untuk mengambil langkah-langkah untuk masing-masing daerah," ucapnya.

Masyarakat juga dianjurkan untuk tidak membuang puntung api sembarangan di hutan, juga jangan sampai membakar semak belukar, terutama daerah Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ilir. Musibanyuasin, Banyuasin, Muaraenim.

Mak Vera Tepati Janji, Datang ke Makam Olga Syahputra Tengah Malam

Mereka yang akan membakar hutan, dianjurkan untuk sangat berhati-hati, apalagi menjelang musim kemarau yang akan panjang. Khusus masalah lahan gambut, jangan menggunakan pembakaran lahan.

"Saat ini, meskipun sudah ada lahan yang dibakar, namun belum ada kabut asap. Tetapi tentunya pembakaran harus dihentikan agar tidak merambat pada kebun masarakat," ucap Bambang.

Saat ini, dari hasil pengamatan UPTD, di bulan Juni saja sudah terdapat 130 titik api rawan di kawasan Sumatera Selatan. "Paling rawan itu di bulan Juli dan Agustus nanti," kata Bambang. "Peninjauan terus dilakukan, segera setelah data itu terkumpul, kita akan mengambil langkah selanjutnya. Pada saat ini pengawasan hutan tetap dilakukan," ucapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya