Puskom Publik Kemenkes Rilis Buku Perjalanan Mereka

Buku Prasasti Puskom Publik
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id - "Tantangan public relation Kementerian/Lembaga di masa depan adalah trust..“ (Murti Utami).

Edu House Rayakan Harlah ke-8

Penggalan di atas tertera pada halaman sambutan Drg. Murti Utami, MPH, Kepala Puskom Publik Kemenkes 2011-2015 dari sebuah buku berjudul "Prasasti Puskom Publik" yang diluncurkan pada tanggal 8 Januari 2016, di Gedung Kemenkes, Jakarta.

Acara peluncuran buku dengan interaksi yang sangat akrab antara pihak Puskom Publik Kemenkes dengan tamu undangan dan saling melemparkan humor berbumbu kisah-kisah yang pernah mereka lewati. Turut hadir di acara rilis buku tersebut, Dyah Hasto Palupi (editor), Maman Suherman (notulensi Indonesia Lawak Klub), Asmono Wikan (Direktur Eksekutif Serikat Perusahaan Pers Pusat), dan Ira Koesno.

Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq

Buku "Prasasti Puskom Publik" bukan buku yang memaparkan laporan pertanggungjawaban ataupun pamer penghargaan. "Ini buku perjalanan Puskom Publik selama 10 tahun yang menurut kami adalah prasasti yang perlu dibukukan," ucap wanita cantik itu, Murti Utami.

Setelah membaca buku tersebut, apa yang dikatakannya memang benar. Meskipun terlampir penghargaan-penghargaan yang mereka raih, buku Prasasti Puskom Publik memuat gebrakan dan langkah-langkah yang diambil. Langkah-langkah yang bagi saya bisa menjadi contoh dan pelajaran bagi dunia public relation, terlebih lagi di lingkungan Kementerian Indonesia yang menurut saya masih harus belajar keras dan memperbaiki sistem dan strategi mereka.

Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong

Saya pun melihat beberapa Kementerian perlahan mulai terbuka dan berusaha ke arah perbaikan. Hal ini terkait isi buku yang dilihat intinya adalah bagaimana menepis jarak terhadap masyarakat dan media melalui berbagai interaksi yang dilakukan oleh Puskom Publik Kemenkes yang berawal sejak Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhono hingga Presiden Jokowi.

Tahun 2005 adalah kali pertama Puskom Publik didirikan, dan Dr. Lily S. Sulistyowati, MM, diberikan mandat oleh Menteri Kesehatan saat itu, Ibu Siti Fadila, sebagai Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Kesehatan. Dr. Lily membangun semuanya dari nol sampai ke peralatan kantor. Hal yang dilakukan selanjutnya ialah menjaga keharmonisan komunikasi di internal kementerian dengan pihak luar, terutama wartawan.

Dengan menggelar coffee morning (talk show), kunjungan ke berbagai media, dan berinisiatif untuk selalu memberi (feeding) berita yang hangat kepada berbagai media, tanpa menunggu hadirnya pertanyaan dari media. Empat fungsi Puskom Publik saat itu yang harus dijalankan antar lain: Media arrangment, harus terjamin bahwa berita atau informasi yang diberikan diteruskan kepada publik secara akurat, tepat, cepat, lengkap, dan tidak out of context. Monitoring media, yang juga untuk mendapatkan opini publik dan kinerja branding position Puskom Publik Kemenkes. Analisa media, untuk menyusun konten publikasi selanjutnya agar tidak mengalami bias media. Memahami peta media, agar dapat menetapkan strategi media dan strategi isu.

Pada tahun 2010-2011, Kepala Puskom Publik Kemenkes berpindah tangan ke Drg. Tritarayati, SH, MHKes. Walaupun hanya 1 tahun, programnya sangat diapresiasi oleh Menteri Kesehatan Endang Rahayu, yaitu temu media secara rutin setiap jumat yang mensosialisasikan program dan memperkenalkan pejabat Eselon I kepada publik. Selain itu, berdirinya Pusat Tanggap Respon Cepat (PTRC) yang sekarang berganti nama Halo Kemkes.

Selanjutnya, pada tahun 2011-2015, Drg. Murti Utami, MPH, memimpin Puskom Publik Kemenkes. Bisa dikatakan di periode inilah, Puskom Publik Kemenkes banyak mendapatkan penghargaan dari ajang komunikasi publik. Pada masa kepimpinan Drg. Murti, #SahabatJKN dilibatkan, sebuah sebutan yang diberikan kepada blogger yang mensosialisasikan program JKN.

Kerjasama dengan blogger pun mendapatkan penghargaan "Kompetisi Program PR Inspirasional", di tahun 2015. Drg. Murti dan timnya, sangat sadar kemunculan blogger dapat membantu mensosialisasikan program kesehatan yang mereka miliki. Hampir sekitar 50 blogger diberikan training perihal program JKN selama 2 hari. Dan hubungan Puskom Publik Kemenkes dengan blogger sampai sekarang masih terjalan sangat baik.

Bagi saya, pada periode 2011-2015, keberadaan Puskom Publik Kemenkes mulai mencuat dan sangat berbeda di antara Pusat Komunikasi Publik Kementerian lainnya. Kali pertama juga para blogger mendapatkan kepercayaan dari Kementerian. Kami tidak hanya dijelaskan tentang program, tapi juga diturunkan langsung ke puskesmas, rumah sakit,dan melihat proses pendaftaran JKN dan dibiarkan mendengarkan keluhan masyarakat yang sedang mendaftar kartu JKN.

Kami pun diberikan kesempatan mengikuti "Touring Kantor Puskom Publik Kemenkes". Kami bisa melihat pojok informasi, staf Halo Kemenkes yang sedang bekerja, ruang pendaftaran perijinan berbagai produk kesehatan masyarakat, ruang monotoring media, perpustakaan (dan ada digitalnya), ruang staf Puskom Publik Kemenkes, dan sebagainya. Bahkan, kami sempat "mengacak-acak" ruang kerja Kepala Puskom Publik Kemenkes, Drg. Murti Utami, MPH.

Keterbukaan macam inilah yang saya sukai dari Puskom Publik Kemenkes, yang tidak saya dapatkan dari Kementerian lain. Kedekatan dengan publik bukan sekadar penjelasan program dan berita yang sedang hangat untuk diminta kejelasannya oleh para wartawan dan blogger. Tapi lebih dari itu, Puskom Publik Kemenkes membuka akses seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi secara cepat, tepat, dan akurat, sekaligus memberikan edukasi untuk publik dan mengetahui kinerja mereka.

Hal ini bisa ditengok dari hadirnya Mediakom (majalah), sosial media, program televisi, Halo Kemenkes, website, pojok info, unit layanan terpadu, e-clipping, standar mutu, penanganan keluhan berstandar ISO manajemen, media tour, blogger, dan banyak lagi. Di akhir halaman "Sekapur Sirih", Drg. Murti Utami, MPH, menuliskan lewat komunikasi publik, organ Pemerintahan bisa digerakkan dan lewat komunikasi publik pula masyarakat dengan Pemerintah memiliki kualitas komunikasi yang setara.

Kalimat yang tertera ini terbangun dari citra, bukan pencitraan. Dalam membangun citra yang positif, dibutuhkan banyak sumber daya, biaya, SDM, perencanaan, hingga strategi tepat. Butuh pembuktian, jalan yang panjang, dan tidak hanya wacana. Intregritas, jujur, terpercaya, kerja cerdas, kerja ikhlas, pola pikir, sikap, dan tindak yang positif, tranparan dan akuntable, dan terakhir, kerjasama tim yang menjadi kunci keberhasilan. Poin-poin tersebutlah yang kerap digarisbawahi (ditekankan) oleh Drg. Murti Utami, MPH kepada seluruh Puskom Publik Kemenkes.

Apa yang dilakukan Puskom Publik Kemenkes, perlu dijadikan contoh bagi kementerian lain maupun perusahaan lain. Dari pengamatan saya (sekali lagi), Kemenkeslah paling sukses dalam hal komunikasi publik, tidak heran bila saya setuju dengan "Merayakan Prasasti". Prasasti dari sebuah perjalanan selama 10 tahun Puskom Publik Kemenkes berdiri, dan di tahun 2016 akan berganti nama menjadi Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes.

Ini bukan tentang buku perpisahan karena nama yang berganti ataupun berakhirnya masa kerja Drg. Murti, MPH sebagai Kepala Puskom Publik. Melainkan perjalanan yang terdapat peristiwa-peristiwa yang sempat membuat kepala mereka "pecah" karena opini publik yang salah tanggap atau isu-isu yang membuat publik resah. Peristiwa-peristiwa yang membuat mereka belajar dan belajar.

Buku yang penuh sirat inspirasi dan pembelajaran dunia komunikasi ini ditulis oleh 7 orang (selain Kepala Puskom Publik Kemenkes 3 periode), Zahrohtiah, Busroni, Rarit Gempari, Mulyadi, Anjari Umarijianto, Giri Inayah, dan Mety Setyowati. Puskom Publik Kemenkes pun mempercayai Dyah Hasto Palupi sebagai editor dari buku "Prasasti Puskom Publik". Sayangnya buku tersebut masih untuk kalangan internal (terbatas). Saya dan kawan-kawan blogger lainnya beruntung mendapatkan buku "Prasasti Puskom Publik" secara cetak maupun PDF.

Semoga buku ini bisa tersebar ke kalangan luas dan lahir lagi buku-buku berikutnya. Dan Semoga nama baru biro masih terus memiliki akar-akar dari pendahulunya dan menjalankan komunikasi publik lebih baik. (Tulisan ini dikirim oleh Sari Novita)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya