Asal Mula Penamaan Kecamatan Batang-batang

Warga tidur beralaskan pasir di Desa Batang-batang, Sumenep, Jawa Timur.
Sumber :
  • Antara/ M Risyal Hidayat

VIVA.co.id – Batang-batang merupakan nama dari salah satu kecamatan di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Daerah yang terkenal dengan Pantai Lombang-nya, yaitu pantai yang dipagari oleh pohon cemara udang. Kecamatan Batang-batang juga termasuk dalam beberapa kecamatan yang memiliki desa terbanyak di kabupaten ujung timur Pulau Madura. Desanya berjumlah enam belas desa.

Tanggung Jawab dan Rekonsiliasi Masyarakat Lumban Dolok

Ada cerita yang tersimpan di balik nama Batang-batang. Nama ini selalu dapat ledekan dari beberapa kalangan karena berasal dari kata bhâbhâtang (bahasa Madura). Meskipun terkadang hanyalah candaan belaka, akan tetapi nama Batang-batang memiliki hubungan dengan salah satu pendekar sakti yaitu Joko Tole. Ia merupakan anak dari Potre Koneng (puti kuning) yang pernah disusui oleh kerbau di daerah Kandangan saat ia dititipkan.

Terciptanya nama Batang-batang  bermula saat Joko Tole menderita penyakit yang sudah sangat parah. Ia akan melakukan perjalanan dari arah timur Kota Sumenep yang menjadi lokasi keraton. Akhirnya Joko Tole terpaksa ditandu oleh para prajuritnya karena tidak kuat untuk berjalan sendiri. Sebelum berangkat, ia berpesan kepada para prajurit yang akan menandunya bahwa jika ia tiada dalam perjalanan, kuburkanlah ia saat pekolan (kayu yang dijadikan tandu) ini patah.

Jokowi Diminta Lerai Konflik Ketua Pramuka dengan Menpora

Ternyata nyawa pendekar yang tunggangannya (kuda terbang) menjadi lambang Kabupaten Sumenep ini tidak sampai di keraton Sumenep. Ia harus menghembuskan nafas terakhirnya di dalam perjalanan. Akan tetapi, para perajurutnya tidak berani untuk menguburkan dia di mana Joko Tole kembali ke sang pencipta. Para prajurit berinisiatif untuk menguburkannya di keraton, seandainya pekolan tersebut telah patah. Itu semua karena berwibawanya Joko Tole, jadi wasiatnya tidak dilanggar.

Daerah di mana Joko Tole menghembuskan napas terakhirnya itu disebut dengan Batang-batang. Kata itu memang dalam bahasa Indonesia memiliki makna ranting. Tapi kata tersebut berasal dari bahasa Madura yaitu bhâbhâtang, yang dalam bahasa Indonesia artinya bangkai. Karena, pada zaman dahulu di pulau yang terkenal dengan pulau garam itu kata bangkai digunakan untuk daging manusia atau binatang yang sudah meninggal. Namun, dari kata itu kemudian diperhalus lagi menjadi Batang-batang.

Bantuan untuk Pesantren Mirrozatul Lombok Barat

Jadi sampai detik ini, kecamatan dengan 16 desa itu terkenal dengan nama Batang-batang. Meski terkadang banyak orang yang menghinanya karena berasal dari kata bangkai, tapi bagi warga Batang-batang itu tidak menjadi persoalan. Karena proses penamaannya memiliki hubungan dengan sejarah salah satu pendekar sakti yang dimiliki oleh Sumenep, yaitu Joko Tole. (Cerita ini dikirim oleh Syahid Mujtahidy, Pamekasan)

Ilustrasi.

Pergilah Dinda Cintaku

Maafkan aku yang terlalu berlebihan mencintaimu.

img_title
VIVA.co.id
26 Februari 2018