Kisah Istri Seorang Oposan

Erni Guntarti, saat aksi mendukung pengesahan RUU Kekerasan Seksual.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Fajar Sodiq

VIVA.co.id – Saat penguasa berganti, maka berganti pula para petingginya. Bahkan pergantian sampai tingkat akar rumput. Yang tak segaris, harus minggir. Yang bukan pendukung, terpaksa harus mundur. Begitulah hukum baku pergantian rezim. Pengisian setiap posisi pun semua sesuai selera yang berkuasa. Seperti rumus bakunya, siapa yang berkuasa, dialah yang berhak menciptakan sejarah.

Respons Tjahjo Kumolo soal Mars dan Himne KPK Ciptaan Istri Firli

Maka, apa pun, tidak terkecuali dalam pemilihan dan pengisian pos-pos di birokrasi, semua harus sesuai selera rezim. Siapa yang disuka, maka dia yang diajak. Siapa yang tak disuka, apa boleh buat harus mundur ke belakang. Bahkan dilupakan. Istilah pahitnya masuk kotak.

Dulu waktu Orde Baru mencengkeram kuat, ada yang namanya Litsus atau Penelitian Khusus. Litsus ini semacam alat saring penguasa bagi siapa saja yang mau jadi pejabat publik. Jika lolos Litsus, artinya 'restu' penguasa didapat. Jika tak lolos, mohon maaf, Anda artinya bukan satu barisan dengan penguasa. Boleh jadi Anda dianggap ancaman.

Mulai 2023, Pegawai Honorer Tak Lagi Dipakai Instansi Pemerintah

Nah, biasanya yang tidak lolos Litsus adalah orang-orang yang oleh penguasa dianggap terafiliasi organisasi terlarang. Atau dia dianggap punya hubungan dengan kelompok oposan. Maka, ia pun sulit untuk jadi pejabat publik. Misalnya ia pegawai birokrasi, kariernya boleh jadi mandek sepanjang hayat. Tak pernah dapat posisi, sampai pensiun dijelang.

Nah, tentang ini saya punya kisah menarik. Kisah tentang seorang dokter yang juga istri seorang oposan. Ceritanya begini. Anda tahu Tjahjo Kumolo? Ya, Tjahjo Kumolo, mantan Sekretaris Jenderal PDIP yang kini jadi Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia. Tapi siapa pun tahu, selama 10 tahun, sebelum akhirnya jadi pemenang pemilu 2014, partai berlambang banteng moncong putih itu, benar-benar jadi oposisi murni.

Menpan RB Tjahjo Kumolo Minta KPK Gencarkan OTT

Saat itu, nyaris semua partai merapat ke kubu pemerintah. Di periode lima tahun pertama, pemerintahan dipimpin SBY-Jusuf Kalla. Periode lima tahun berikutnya, Pemerintahan dipimpin SBY-Boediono. Selama 10 tahun itu pula PDIP konsisten dengan sikapnya, berada di luar garis kekuasaan alias jadi oposan.

Tentang suka duka jadi oposan itulah sempat Tjahjo ceritakan saat ia memberi pengarahan di hadapan para kepala desa, kepala dinas, lurah, dan camat se-Kabupaten Grobogan, di pendopo kabupaten tersebut. Kata Tjahjo, ia sudah sangat bersyukur dengan apa yang dicapainya sekarang. Kata dia, saat usia 26 tahun, ia sudah jadi anggota DPR. Enam periode ia jadi politikus Senayan, dari zaman Pak Harto sampai Era Reformasi. Dan itu ia sangat syukuri. Tak semua orang bisa mendapatkan kesempatan sejarah tersebut.

Hal lain yang ia syukuri adalah keluarganya. Ia punya istri yang setia. Istri yang jarang mengeluh, karena bersuamikan seorang politikus. Dan ia juga dianugerahi Tuhan, anak-anak yang ia banggakan. "Usia 26 tahun, saya sudah jadi anggota DPR. Anak saya tiga, satu dokter, satu artis sinetron, satu orang jadi pilot," kata Tjahjo. Istri Mendagri, Erni Guntarti sendiri adalah seorang dokter. Sementara tiga anaknya adalah drg. Rahajeng Widyaswari, Karunia Putripari Cendana, dan Arjuna Cakra Candasa.

Menurut Tjahjo, tak satu pun dari ketiga anaknya yang mengikuti jejaknya jadi politikus. Namun, ada satu hal yang ia sangat syukuri sebagai politikus. Ia belum pernah 'jatuh' karena tersandung masalah. "Dari ketiga anak saya tak ada yang mengikuti saya. Saya bersyukur, saya tak pernah jatuh di politik," ujarnya.

Sampai akhirnya Tjahjo berkisah dukanya saat jadi oposan pemerintah. Karena ia jadi oposisi yang berseberangan dengan pemerintah, imbasnya dirasakan juga oleh istrinya yang seorang dokter pemerintah. Istrinya belum pernah sekali pun dapat jabatan. "Istri saya dokter, sampai sekarang golongannya 4E, dia tak pernah dapat jabatan. Ya begitulah risiko jadi istri seorang oposisi," kata Tjahjo. (Tulisan ini dikirim oleh langitrakeyan)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya