Tiga Serangkai, Persahabatanku yang Tak Akan Pernah Terpisah

Aku dan sahabat terbaikku.
Sumber :

VIVA.co.id – Manusia adalah makhluk sosial, harus saling tolong menolong dan bahu membahu. Tidak ada manusia yang tidak membutuhkan pertolongan orang lain. Semua manusia pasti membutuhkan pertolongan. Seperti aku, dan kedua sahabatku.

Seru! Timnas Voli Putri Indonesia Bakal Hadapi Red Sparks di Pembukaan Proliga 2024

Ini kisahku, seorang pemuda yang memiliki dua sahabat yang sangat dekat, tapi jarang bisa berkumpul. Karena kami sudah disibukkan dengan rutinitas kami masing-masing sebagai pemuda yang sudah beranjak dewasa untuk meraih cita-cita dan masa depan.

Aku dan kedua sahabatku adalah satu dari sekian banyaknya persahabatan yang terjadi di dunia ini. Kami menjuluki diri kami, Tiga Serangkai. Awalnya, kami hanyalah anak sekolahan yang kenal begitu saja.

Raja Yordania Beri Selamat ke Prabowo via Telepon: Negaramu Membutuhkanmu

Namanya juga anak-anak, pasti inginnya terus bermain. Aku, Imam, dan Anul bertemu ketika kami masih SD. Karena berbeda sekolah, sebenarnya kami jarang bertemu. Sekali bertemu hanya ketika bulan Ramadan. Dan ketika itulah, kami sering mengobrol seputar kartun, game, dan lain sebagainya.

Hingga tanpa kami sadari, kami pun beranjak dewasa dan sudah memasuki masa-masa SMA. Namun sayangnya, kami masih jarang bisa berkumpul. Anul bersekolah di SMA, aku di SMK, sedangkan Imam masuk pesantren yang ada di Kota Solo. Kami masih bertemu hanya ketika bulan Ramadan saja.

Dituding Hina China Gara-gara Absen di Hong Kong, Begini Tanggapan Lionel Messi

Kami mulai menyadari kalau ternyata hubungan kami sudah lebih dari sekadar teman. Hubungan kami bertiga sudah seperti sahabat karib. Kami saling bertukar pikiran, bercanda, curhat, menolong satu sama lain, dan terkadang kami juga saling melakukan hal-hal yang cukup aneh. Contohnya seperti saat kami bertaruh siapa yang bakal dapat pacar lebih dulu. Tanpa kami sadari, ternyata Anul sudah memiliki pacar sebelum kami membuat taruhan itu. Hingga aku dan Imam merasa dibodohi oleh Anul.

Ketika duduk di bangku kelas 2 SMK, aku mulai berpikir nama apa yang cocok untuk kami bertiga. Tanpa berdiskusi dengan Anul dan Imam, aku langsung mengambil tindakan dengan menamai persahabatan kami dengan “Tiga Serangkai”. Ketika aku memberitahu pada kedua sahabatku, mereka setuju-setuju saja. Dari yang awalnya hanya berteman biasa, sekarang kami sudah menjadi sahabat. Kami saling melengkapi, membantu, dan menolong satu sama lain.

Kini, sudah hampir bertahun-tahun kami bersahabat. Sudah banyak hal yang kami lalui bersama. Walau kami berasal dari keluarga berbeda, dengan kehidupan yang berbeda. Anul dan Imam yang hidup serba kecukupan, sedangkan aku dalam kesederhanaan. Mereka kuliah, sedangkan aku tidak. Namun, aku tidak peduli akan itu. Malah aku ingin mensejajarkan diriku dengan mereka.

Persahabatan kami kembali harus terpisah. Karena kedua sahabatku ini harus kembali ke rutinitas mereka masing-masing. Anul ke Medan untuk kuliah di Universitas Sumatera Utara dan Imam kuliah di Solo.

Setiap tahunnya, kami selalu mengambil sebuah foto. Dan ketika kami sedang berjauhan, aku suka memandang foto kami bertiga. Begitu indahnya persahabatan kami ini. Walaupun kami jarang bisa berkumpul, tapi aku ingin dan yakin sekali kalau tiga serangkai tidak akan pernah terpisahkan.

Aku ingin kedua sahabatku sukses dengan pendidikan yang sedang mereka tempuh. Mereka juga ingin aku sukses dengan segala usaha dan perjuanganku yang ingin menjadi seorang penulis. Jika kelak kami sudah sama-sama sukses, kami akan berkumpul tanpa harus menunggu bulan Ramadan tiba. Mungkin saja nanti kami bisa berkumpul sesuka hati kami. (Tulisan ini dikirim oleh Ridho Adha Arie, Pekanbaru)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya