Mengencani Keindahan Sulawesi dengan Daihatsu Terios

Terios 7 Wonders Amazing Celebes Heritage di Sulawesi.
Sumber :
  • Foto: VIVAnews/Herdi Muhardi

VIVAnews - Daihatsu Terios 7 Wonders Amazing Celebes Heritage yang digelar PT Astra Daihatsu Motor (ADM) untuk menjelajah Pulau Sulawesi telah berakhir.

Menggunakan Daihatsu Terios, perjalanan yang dimulai dari titik awal di Kota Manado, Sulawesi Utara, sejak 1 Oktober lalu finish di Pulau Tomia, Kepulauan Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Sabtu 12 Oktober 2014.

Menurut Direktur Marketing PT Astra Daihatsu Motor Amelia Tjandra, untuk mengitari daratan Sulawesi, tim ekspedisi harus menempuh jarak kurang lebih mencapai 3.000 kilometer.

"Dengan ground clearance tinggi, sanggup menempuh berbagai jalanan. Karena Terios memang menjadi 'Sahabat Petualang'," ucap Amelia.

Sama seperti acara Daihatsu Terios 7 Wonders sebelumnya, tujuh unit Terios disediakan Daihatsu Indonesia. Perjalanan "menyiksa" Terios juga diikuti peserta yang berasal dari awak media, blogger, dan juga tim Daihatsu.

Perjalanan di Pulau Sulawesi memang diakui mengesankan, karena tim ekspedisi Terios 7 Wonders Amazing Celebes Heritage harus melalui berbagai rintangan, di mana jalur yang dilalui beraneka ragam tak seperti jalanan di Jakarta atau kota-kota metropolitan lainnya.

Tak hanya itu, ekspedisi ini juga melewati tujuh wilayah dengan berbagai keunikan dan ragam budaya keindahannya, antara lain Tempaso, Torosiaje (Suku Bajo), Majane, Rentepao (Toraja), Tanjung Bira, Kawasan Adat Amma Toa (Suku Kajang), Kendari, hingga Kepulauan Wakatobi.

Prediksi Pertandingan Premier League: Brighton vs Manchester City

Masing-masing desa yang dilalui sangat memberikan warna budaya di Indonesia dengan berbagai keunikan dan kekhasannya masing-masing.

Berikut keunikan wilayah-wilayah dengan keunikan dan ciri khasnya yang dilalui tim ekspedisi Terios 7 Wonders Amazing Celebes Heritage:

1. Tompaso

Di wilayah ini pohon bambu melimpah ruah. Tak heran penduduk sekitar memanfaatkannya dengan menciptakan berbagai perabotan rumah tangga hingga alat musik dari bambu, mulai dari anyaman bambu, lampion, bakul, hingga suling.

Di Tompaso, kesenian yang sangat terkenal yaitu seni musik tiup bambu. Bahkan tim ekspedisi juga menikmati berbagai lantunan lagu yang dibawakan "Gema Proklamasi". Mereka membawakan berbagai alat musik yang terbuat dari bambu.

Musik bambu juga sering kali dibawakan kala penyambutan tamu, pernikahan hingga acara di pemerintahan.

Sebelum sampai di wilayah ini, tim sempat mengunjungi museum narkoba. Museum ini merupakan satu-satunya museum narkoba di Indonesia. Adapun keberadaan museum narkoba dibuat untuk mengingatkan agar masyarakat tidak menggunakan dan terpengaruh obat-obatan terlarang yang dapat membahayakan tubuh.

2. Torosiaje

Etape kedua dilakukan tim cukup melelahkan. Jarak yang seharusnya ditempuh dengan waktu sembilan jam atau tiba pada malam hari, molor, sehingga tiba di Gorontalo pada pukul 04.30 WITA. Hal ini tak lain karena beberapa ruas jalan yang rusak, bahkan terjadi longsor sehingga memakan waktu 20 jam hingga tiba di tempat tujuan, Torosiaje.

Namun, kelelahan ini terbayar saat tim disambut hangat oleh Kepala Desa Torosiaje serta ketua adat dan masyarakat Suku Bajo serta yang menetap di atas laut, Kabupaten Pohuwato.

Kabarnya, sempat masyarakat Bajo dipindahkan ke darat, namun karena berbagai alasan warga, mereka kembali memilih tinggal di atas laut. Di wilayah kampung Bajo, tim pun mencoba membaur dan berbincang bersama suku setempat.

3. Majene

Wilayah ini memang terkenal dengan sebuah kain khas yaitu kain Mandar. Kain ini memiliki cocak dan motif yang sederhana, namun didominasi oleh benang berwarna perak dan emas. Kegiatan peserta pun mengeksplorasi desa pengrajin kain dan belajar cara membuat kain tenun.

Sutera Mandar, salah satu kain khas di wilayah ini yang terbuat dari paduan antara benang emas dan benang perak. Harga selembar kain sutera berukuran kecil 30x50 cm termurah dibanderol Rp75 ribu hingga Rp400 ribu, tergantung motif dan benang.

Tak lupa, saat tiba di Pare-pare yang bertepatan dengan hari raya Idul Adha, tim ekspedisi menyerahkan tujuh hewan kurban domba untuk disembelih serta diserahkan melalui Masjid Agung Pare-pare.

4. Rante Pao

Di wilayah ini, tim bermalam di Tana Toraja bersama Suku Tolengke. Tim pun mengunjungi dan melihat langsung rumah khas Toraja yang disebut Tongkonan. Aura mistis memang terasa di wilayah ini, tatkala para tim diberikan sejarah singkat di sekitar gua pemakaman yang disebut Tongkonan Londa.

Konon, pemakaman ini merupakan rumah para warga setelah mereka meninggal. Tempat ini telah digunakan Suku Tolongke sejak abad ke-10.

Selain itu, ada pula baby grave atau kuburan bayi yang disebut Passiliran, di mana bayi yang meninggal dalam keadan belum tumbuh gigi. Uniknya, mereka tidak dikubur di tanah melainkan ditanam di batang pohon Tarra, dengan diameter 80-300 cm, dan ditutup dengan ijuk pohon enau.

5. Tanjung Bira

Yang mengesankan dari wilayah ini, tak lain karena para warga rata-rata mata pencahariannya sebagai pengrajin kapal yang cukup terkenal tangguh berlayar di lautan, yaitu Kapal Phinisi.

6. Kawasan Adat Amma Toa

Di wilayah ini rupanya masih terdapat masyarakat yang masih menutup mata akan perkembangan modern dan teknologi. Adalah Suku Kajang, mereka tinggal di kawasan Amma Toa yang jauh dari perkotaan dan hidup sederhana. Bahkan, cara berpakaian mereka pun cukup unik, karena serba hitam.

Meski demikian, suku ini memiliki seni atraksi yang mendebarkan yaitu bakar linggis. Usai linggis dibakar hingga merah, meski disentuh tangan tidak mengalami luka.

7. Kendari

Kota yang berada di wilayah Sulawesi Tenggara ini merupakan rangkaian penutup, khususnya di pulau ini. Saat tiba, tim ekspedisi disambut hangat dengan tarian Malulo.

Tari Malulo, dilakukan baik pria-wanita maupun anak-anak dan dewasa tanpa melihat batasan usia.

Tim juga sempat melakukan CSR dengan cara merenovasi bagian perpustakaan di sekolah Kendari dan penanaman pohon, sebelum menyeberang ke Kepulauan Wakatobi.

Kepulauan Wakatobi merupakan salah satu surga dunia yang memiliki keindahan akan biota laut. Tak jarang berbagai penyelam di dunia kerap berkunjung ke tempat ini. Kata Wakatobi merupakan gabungan dari empat nama pulau besar di wilayah itu, yakni Wangiwangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko.

Tim Terios 7 Wonder Amazing Celebes Heritages memilih acara di Pulau Tomia yang menjadi titik akhir destinasi.

Di Tomia, selain keindahan bawah laut, terdapat sejumlah tempat wisata yang memiliki berbagai keindahan yang patut dikunjungi antara lain, Gua Te Wali, Benteng Patua, Puncak Tomia, Pantai Huntete, Liang Kurikuri, Pantai Hondue, Kampung Bajo Lamanggo, Desa Wali, dan masih banyak lainnya. (art)

Emil Audero Mulyadi rayakan Scudetto Inter Milan

Komentar Calon Kiper Timnas Indonesia Usai Bawa Inter Milan Sabet Scudetto

 Inter Milan sukses memastikan diri merebut Scudetto Serie A yang ke-20. Ternyata, ada 'orang Indonesia' yang ikut membantu La Beneamata merebut bintang kedua.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024