Melongok Konflik Perbatasan di Film "Batas"

Rudi Soedjarwo
Sumber :
  • VIVAnews / Gestina Rachmawati

VIVAnews - Sineas Rudi Soedjarwo kembali meramaikan layar bioskop Tanah Air dengan karya terbaru berjudul "Batas." Dibintangi oleh Marcella Zalianty, yang juga produser, Jajang C Noer, dan Piet Pagau, "Batas" mengambil latar geografis dusun-dusun di Provinsi Kalimatan Barat.

Film secara garis besar bercerita tentang ketegangan-ketegangan yang dialami oleh masyarakat setempat di wilayah Entikong, Kalimantan, yang berbatasan langsung dengan Serawak, Malaysia. Jalur darat yang tersedia di sana kerap dimanfaatkan oleh para tenaga kerja Indonesia mencapai negara tetangga menggunakan bus.

Inti kisah berpusat pada Jaleswari, seorang pengajar yang bertekad mengabdi sepenuhnya pada bidang pendidikan binaan sebuah perusahaan. Diperankan oleh Marcela Zalianty, Jaleswari berupaya memperbaiki kinerja program tanggung jawab sosial (CSR) perusahaan itu.

Visi Jaleswari adalah membawa anak-anak perbatasan mendapatkan pendidikan layak agar mereka mampu menjalani hidup dengan lebih baik. Karena itu, dengan kepercayaan diri tinggi, Jaleswari menyatakan kesanggupan mengeksplorasi daerah perbatasan Kalimantan itu dan menjanjikan penyelesaian masalah dalam dua minggu.

Dalam pandangan Jaleswari, daerah perbatasan itu memiliki pola kehidupannya sendiri, yang kadang tak mampu menyelaraskan kehendak dengan kenyataan.

Konflik batin muncul ketika ia kemudian terperangkap masalah kemanusiaan yang jauh lebih menarik dan menyentuh perasaan dibandingkan dengan data perusahaan yang sangat teoritis.

Setelah beberapa waktu, karisma hutan dan kehidupan masyarakat setempat telah menyadarkan dirinya bahwa perbaikan masyarakat tak bisa dipisahkan dari adat istiadat lokal.

Namun, permasalahan tak sesederhana dugaannya. Masyarakat lebih memilih jadi tenaga kerja yang dijanjikan akan meraih kekayaan oleh penjual jasa bernama Otig (Otig Pakis). Salah satu korbannya bernama Ubuh (Ardina Rasti), buruh migran Indonesia yang melarikan diri dari negeri jiran.

5 Fakta Menarik Juventus Melangkah ke Final Coppa Italia

Tapi, Ubuh memilih bungkam karena takut kepada Otig dan teman-temannya.

Oleh masyarakat Dayak di sana, Ubuh tak hanya beroleh perlindungan, namun juga kehangatan dan keramahan yang perlahan membuatnya berangsur pulih dari trauma.

Menyaksikan itu secara langsung, Jaleswari terguncang. Kepala suku menuntunnya memahami “Bahasa Hutan” demi membantunya memahami lingkungan dan mempertajam rasa kemanusiaan.

Dalam film produksi Keana Production ini, penonton akan sedikit diajak membuka mata terhadap konflik daerah perbatasan, salah satu hal yang jadi masalah nyata republik ini. (art)

Pre-order Seri iPhone 15 di Jakarta.

Harga Diri Apple sedang Dipertaruhkan

Apple diminta untuk menciptakan iPhone murah seperti HP Android pada umumnya. Namun, saran ini sepertinya sulit dilaksanakan karena Apple tidak ingin menurunkan standar.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024