Indonesia Open yang Kian 'Mencekik' Rakyat

Aksi ganda putra Indonesia, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo
Sumber :
  • Dokumentasi PBSI

VIVA.co.id – Gelaran bulutangkis kelas dunia, BCA Indonesia Open Superseries Premier, kembali menyapa publik Tanah Air pada pertengahan Juni 2017 ini. Namun, gelaran Indonesia Open kali ini menimbulkan polemik.

Antrean Mengular, Tiket VIP Indonesia Open 2018 Ludes

Hal itu dipicu dari harga tiket yang melonjak. Tahun ini, harga tiket Indonesia Open naik 15 hingga 20 persen, dengan kisaran harga termurah Rp35.000 dan paling mahal Rp1.000.000.

Berbagai komentar pun muncul terkait fenomena ini. Pro kontra berkembang di kalangan masyarakat, seiring dengan berkembangnya bulutangkis sebagai magnet dan komoditas olahraga yang bisa mendatangkan keuntungan.

Jadwal Lengkap Final Indonesia Open 2018

"Harga tiketnya tak masuk akal. Tak semua pecinta bulutangkis dari kalangan menengah ke atas. Adanya event seperti Indonesia Open seharusnya bisa jadi hiburan masyarakat menengah ke bawah," kata salah seorang fans, Patrick, kepada VIVA.co.id, Rabu 14 Juni 2017.

"Dengan harga yang tak masuk akal itu, PBSI sebaiknya tetap bisa menjadikan gelaran ini sesuatu yang merakyat," lanjutnya.

Duel Seru Lawan Denmark, Marcus/Kevin Melenggang ke Semifinal

Bukan hanya Patrick, Ratu Qurroh Ain, gadis 23 tahun asal Bogor, juga ikut mengkritik harga tiket Indonesia Open tahun ini.

"Mungkin PBSI lagi uji coba dengan harga mahal seperti sekarang, orang masih mau nonton langsung atau tidak. Soalnya, tiket Indonesia Open yang biasa dijual calo, sudah dimahalin saja sering ludes. Yang tak laku mudah-mudahan bisa langsung banting harga," terang Ratu.

Pengamat bulutangkis nasional, Broto Happy Wondomisnowo, pun angkat bicara terkait kondisi ini. Broto menyatakan, PBSI sudah seharusnya meninjau ulang harga tiket Indonesia Open.

"Bulutangkis ini sesuatu yang punya nilai. terbukti dari manisnyua nilai tersebut, kini jadi barang jualan yang menarik ditawarkan. Perlu dicermati apakah harga tersebut mampu dijangkau atau malah jadi ironi penggemar setia bulutangkis yang berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa," ujar Broto.

Selanjutnya...

Panitia Angkat Bicara

Berbagai pro kontra tentang harga tiket Indonesia Open akhirnya ditanggapi oleh panitia. Bidang Pemasaran dan Sponsorship Indonesia Open, Yoppy Rosimin, menyatakan ada beberapa hal yang membuat panitia menaikkan harga tiket.

Yoppy mengklaim pihaknya selalu menyajikan tontonan berkelas. "Antusiasme penonton selalu melebihi ekspektasi kami dan harapannya tahun ini sama. Apalagi, kami punya jagoan baru, Marcus Gideon/Kevin Sanjaya yang bikin penonton penasaran," kata Yoppy.

Nyatanya, Marcus/Kevin tersingkir lebih awal. Mereka kalah dari ganda Denmark, Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen, dua set langsung.

Selain menawarkan pertandingan-pertandingan menarik, ada faktor lain yang dipikirkan oleh panitia Indonesia Open. Kapasitas Plennary Hall, Jakarta Convention Center, jadi salah satunya. Andai tak menaikkan harga, dikhawatirkan jumlah penonton melonjak.

"Tahun ini, JCC ditata tidak kalah dengan Istora Senayan, walau dengan kapasitas yang hanya 2000 penonton, tapi kualitas pengelolaan eventnya tetap menyajikan yang terbaik. Dan jika harga tiket kita samakan dengan kapasitas Istora yang hampir 8000 orang dan selalu ramai, maka dikhawatirkan justru bisa terjadi lonjakan penonton ke JCC tapi tiket justru terbatas," terang Yoppy.

Dia juga tak mengelak kenaikan tiket disebabkan oleh faktor bisnis. Namun, Yoppy menegaskan hal itu bukan target utama. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya