Gambaran Kehidupan BJ Habibie Selama Tinggal di Jerman
- Repro Twitter
VIVA – Bacharuddin Jusuf Habibie alias BJ Habibie merupakan Presiden Indonesia ketiga yang bisa dikatakan menghabiskan cukup banyak waktu hidupnya tinggal di Jerman. Di negara itu, BJ Habibie menempuh pendidikan tingginya hingga doktoral. Di Jerman, BJ Habibie juga sempat bekerja dan menetap bersama keluarganya.
Setelah sempat mengenyam pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB), BJ Habibie tak lama kemudian langsung bertolak ke Jerman untuk melanjutkan pendidikan. Pada masa itu Habibie sebagaimana pernah dituliskan oleh situs web European Higher Education Fair tidak berkuliah dengan beasiswa.
Namun orangtuanya berkomitmen untuk menyekolahkan Habibie setinggi-tingginya karena mereka yakin dengan kemampuan anaknya. Sekalipun diketahui bahwa keluarga Habibie bukan orang yang kaya raya, namun usaha bisnis katering sang ibu cukup membiayai pendidikan anak mereka.
Untuk menghemat uang yang diberikan orangtuanya, Habibie sengaja memilih tempat tinggal yang jauh dari pusat kota dengan fasilitas terbatas. Dengan demikian uang akomodasi bisa dia hemat. Kadang-kadang dia harus berjalan lebih jauh untuk menghemat ongkos transportasi.
Tahun 1955 hingga tahun 1965, Habibie tinggal di Kota Achen, Jerman. Kota tersebut hingga saat ini dikenal sebagai kota yang cukup banyak menjadi tujuan mahasiswa Indonesia. Habibie mengambil jurusan Teknik Penerbangan di Rhein Westfalen Aachen Technisce Hochschule (RWTH). Saat mendapat gelar Ing, Habibie dicatat lulus dengan predikat cumlaude.
Habibie juga diketahui menjadi asisten dosen sehingga bisa melanjutkan pendidikan doktoralnya. Pada usia 28 tahun, pria berdarah Sulawesi Selatan tersebut sudah menyandang gelar doktor dalam bidang Teknik Penerbangan.
Habibie juga sempat berkarier di perusahaan kereta api milik Jerman yaitu Firma Talbot. Namun kemudian dia kembali ke kampus untuk mendapatkan gelar doktor di Aachen. Kembali Habibie mendapatkan predikat cumlaude atas kelulusan doktoralnya.
Pada tahun 1962, Habibie menikahi Hasri Ainun Besari. Kemudian memboyong istrinya tinggal di Jerman. Buah pernikahan itu lahirlah Ilham Akbar dan Thareq Kemal.
Dalam sebuah kesempatan, dikutip media massa nasional, Habibie pernah megisahkan tak diizinkan pulang ke Indonesia oleh Presiden Soekarno. Saat itu setelah dia menyandang gelar doktor dari Jerman dalam usia 28 tahun, Habibie ingin kembali ke Tanah Air.
Namun Soekarno meminta Habibie berkarier di industri transportasi Jerman namun harus pulang apabila dia dibutuhkan. Kesepakatan kemudian, kata Habibie, dia tanda tangani.
Banyak memberikan kontribusi di Jerman sebelum akhirnya kembali ke Indonesia, Habibie diketahui mendapatkan banyak penghormatan dari lembaga di luar negeri. Bahkan di Jerman dia cukup dikenal dan semacam dianggap menjadi warga kehormatan.
Sejumlah pengakuan penghormatan yang diterima Habibie antara lain dari Gesselschaft fuer Luft und Raumfahrt (Lembaga Penerbangan Jerman), The Royal Swedish Academy of Engineering Sciences dari Swedia, The US Academy of Engineering Amerika Serikat. The Royal Aeronautical Society London dari Inggris, The Academie Nationale de l’Air et de l’Espace dari Francis. Habibie juga pernah mendapatkan penghargaan bergengsi Theodore van Katman.