Geger Bukalapak PHK, M Nasir Kasih Tips Bangun Startup yang Benar

Menristekdikti M Nasir.
Sumber :
  • Fikri Halim/VIVAnews

VIVA – Perihal pemutusan hubungan kerja atau PHK Bukalapak cukup membuat geger dunia maya. Bagaimana tidak, perusahaan yang menyandang gelar startup unicorn, yaitu dengan valuasi US$1 miliar dolar, ternyata juga butuh melakukan efisiensi. 

Pihak Bukalapak sendiri mengatakan, perusahaannya perlu menata diri dan mulai beroperasi layaknya perusahaan yang telah dewasa. 

Menanggapi isu itu, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir mengatakan, perusahaan startup yang melakukan efisiensi itu rata-rata adalah perusahaan hanya mengandalkan sistem penjualan dari inovasi teknologi informasi.

"Yang rata-rata startup yang sampai terjadi PHK dan semuanya itu di teknologi informasi. Tetapi, yang bukan produk," kata Nasir ditemui di sela acara konferensi pers acara Inovasi Inovator Indonesia Expo (I3E) 2019, di Plaza Senayan, Jakarta, Selasa 10 September 2019. 

Nasir pun mengakui, masalah pengembangan startup Indonesia saat ini adalah soal produk. Dia juga mengatakan, sempat berbincang terkait hal ini dengan CEO Bukalapak Achmad Zaky. 

"Ini yang kami dorong (startup berbasis produk), saya sudah bicara dengan Bukalapak. Mas Zaky, bagaimana hasil startup ini, bukan startup dalam teknologi informasinya," kata dia. 

Untuk itu, dia mengatakan, dalam teknologi informasi itu harus ada sistem ataupun produk yang dipasarkan.

Dia juga menegaskan, ke depannya startup yang berbasis produklah yang akan didorong oleh pihaknya.

"Tujuannya apa, supaya nilai tambahnya itu naik bagi masyarakat kita. Artinya, ekonominya bisa bergerak. Kalau startup hanya menjual kalau di teknologi informasi, sistem penjualan. Tetapi, bagaimana produksi bisa kita tingkatkan penjualannya lebih sederhana gitu kan," kata dia. 

Menurut dia, untuk bisa mengembangkan perusahaan rintisan memang harus ada produk yang dihasilkan.  "Startup di bidang produk ini kami dorong terus," kata dia. 

Dalam paparannya di konferensi pers, Nasir mengatakan, sejak tahun 2015-2019, sudah ada sebanyak 1.307 startup dan calon startup. Secara rinci, ada sebanyak 749 startup atau perusahaan pemula berbasis teknologi (PPBT), dan 558 calon startup atau calon perusahaan pemula berbasis teknologi (CPBBT). 

"Tapi ada yang gagal, juga ada 25 sejak 2015-2019. Saya tidak menutupi juga bahwa semua startup mesti jadi. Tapi memang ada yang gagal, belum sampai dewasa sudah mati duluan," katanya. 

Dalam acara I3E tahun 2019 yang digelar pada 3-6 Oktober 2019 nanti akan dipamerkan sekitar 369 produk inovasi dan inovator anak bangsa. (asp)