Gajah Kesakitan Disiksa, Kuil di Sri Lanka Dilaporkan ke Polisi

- RARE
Sumber :
  • bbc

Para pemuka agama dan pecinta binatang melaporkan satu kuil terkenal di Sri Lanka ke polisi setelah beredar foto-foto dan video yang menunjukkan seekor gajah "disiksa dan meraung kesakitan" di media sosial.

Gajah berusia 15 tahun yang dinamakan Myan Prince, difilmkan tengah tergeletak di kolam sementara penjaganya terus memukulnya. Kaki gajah itu dirantai di dua pohon yang terletak tak jauh dari kolam.

Pemuka agama Buddha setempat termasuk Pahiyangala Ananda Sagara Thera, mengatakan menyiksa binatang bertentangan dengan ajaran agama.

"Penyiksaan terhadap binatang adalah suatu kekejaman. Mereka menggunakan kekerasaan untuk menjinakkan binatang," kata Pahiyangala Ananda yang juga seorang pegiat hak binatang.

"Ini bukanlah Buddhisme yang sebenarnya. Tindakan seperti inilah yang menghancurkan Buddhisme. Karena itulah harus ditentang," tegasnya.

Dia mengatakan jelas bahwa gajah Myan Prince, disiksa. Masyarakat tidak dapat menerima tindakan itu, katanya kepada BBC.

Rekaman video dan foto Myan Prince yang beredar menunjukkan gajah itu terbaring di kubangan air, menjerit kesakitan saat dipukuli tongkat sementara bagian depan dan belakang tubuhnya diikat.

Sejumlah media melaporkan dengan berbagai judul termasuk, "Momen mengerikan ketika gajah dirantai dan disiksa."

Kuil terkenal di Sri Lanka Bellanwila Rajamaha Viharaya - tempat gajah itu disiksa - masih belum memberikan reaksi resmi.

Gajah Myan Prince dianggap sebagai `pembunuh` pemuka agama

Myan Prince adalah pemberian dari pemerintah Myanmar dan dibawa ke Sri Lanka pada 2013.

Gajah ini dianggap sebagai penyebab kematian Profesor Bellanwila Wimalaratana Thera, presiden Bellanwila Community Development Foundation atau Yayasan Pengembangan Masyarakat Bellanwila pada tahun 2018.

Namun pihak kuil menyanggah dan mengatakan Bellanwila meninggal karena jatuh saat memberikan makan gajah dan terkena serangan jantung.

Binatang di sejumlah kuil

Seorang pemuda yang datang ke Bellanwila Raja Maha Vihara juga melaporkan penyiksaan terhadap Myan Prince kepada polisi.

"Lima kelompok pegiat binatang mengajukan tuntutan," kata salah satu pegiatnya, Iraqi Kodituwakku kepada BBC.

"Saat ditanyai, petugas kuil tetap mengatakan Myan Prince adalah seekor binatang yang keras kepala dan sulit dijinakkan. Karena itulah mereka melakukan penyiksaan," kata Iraqi.

Pegiat menyatakan gajah tersebut seharusnya dibawa ke tempat penampungan satwa dan tidak dibiarkan disiksa.

Namun para biarawan di kuil itu menyangkal mereka menyiksa Myan Prince.

Sementara itu Direktur Jenderal Kementerian Konservasi Alam Sri Lanka, MG Mulleriyawa mengatakan kepada BBC bahwa penyelidikan dapat dilakukan jika lembaganya dituntut terkait dugaan penyiksaan terhadap gajah.

Jika terjadi penyiksaan terhadap binatang, maka polisi dapat menindak sesuai dengan hukum perlindungan binatang, kata Mulleriyawa.


Ini merupakan merusak budaya perahera atau pawai, kata Dhamsiri Bandara. - Getty Images

Perusakan budaya Perahera

Dhamsiri Bandara, sekretaris Tamed Elephant Owners` Association atau Asosiasi Pemilik Gajah Jinak mengatakan kepada BBC pihaknya tidak bisa menerima penyiksaan terhadang binatang.

"Jika tidak ini akan merusak nama baik kami. Bagaimana (penyiksaan terhadap) satu ekor gajah merusak reputasi seluruh gajah."

Bandara juga menuduh Sri Lanka berusaha "merusak (reputasi) kelompok gajah jinak dan menghancurkan budaya perahera (pawai)".

Penyiksaan gajah

Kesejahteraan gajah dan gajah yang berada di kuil Buddha Sri Lanka sangat dikhawatirkan masyarakat.

Penggunaan gajah tua, Tikiri, yang digunakan dalam pawai di kuil Sri Dalada Maligawa pada bulan Agustus 2019 membuat marah para pegiat.

Akun hentikan penyiksaan binatang di Sri Lanka, STOP to cruelty to animals, melalui Facebook menulis, "Memalukan sekali, komunitas dan pemuka Buddha Sri Lanka yang tidak bersuara dan bahkan mempromosikan gajah yang dikurung."

Hingga Selasa (28/01, lebih dari 138.000 orang menandatangani petisi untuk membebaskan Myan Prince ke alam liar.

Berita yang muncul pertengahan Januari ini keluar di tengah tingginya angka gajah yang mati di Sri Lanka pada tahun 2019.

Sebanyak 361 gajah mati sejak Sri Lanka merdeka pada 1948, kata para pegiat konservasi.

Sekitar 85% gajah mati akibat aktivitas manusia, kata Gerakan untuk Reformasi Lahan dan Pertanian.