Kata Pemerintah Soal Sel-sel Ekonomi RI yang Bakal Terdampak Corona 

Sekretaris Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/ICom/AM IMF-WBG/Zabur Karuru

VIVA – Pemerintah memastikan, wabah virus corona yang berasal dari China, akan memberikan dampak yang signifikan terhadap ekonomi Indonesia, baik mengganggu dari sisi lalu lintas orang, barang, hingga uang. Itu karena perkembangan virus corona sudah terbukti lebih buruk ketimbang virus SARS 2002-2003.

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono mengatakan, dari sisi lalu lintas orang, memang yang paling jelas telah terpengaruhi, yakni terhadap pariwisata. Penyebabnya, karena negara penyebaran awal virus, merupakan negara asal wisatawan mancanegara (wisman) terbesar kedua ke Indonesia.

"Dari 16,1 juta (total wisman), yang dari RRT saja 2019 itu 2,07 juta dengan spending yang ternyata lebih tinggi dari rata-rata, jadi kalau turis Tiongkok perkunjungan US$1.385 yang lain US$1.280 an, jadi kita enggak nyangka," kata dia dalam sebuah diskusi di Jakarta, Rabu, 12 Februari 2020.

Dengan catatan itu, dia memperkirkan, total devisa yang berpotensi hilang dari turis China itu dalam setahun ini, mencapai US$2,87 miliar atau setara Rp40,7 triliun. Namun, lanjut dia, yang menjadi bermasalah adalah 28 negara teridentifikasi telah terjangkit virus itu, sehingga dampaknya lebih besar.

"Jadi jangan dihitung angka turis Tiongkok saja karena 28 negara yang teridentifjkasi ada kasus pasti menahan diri juga untuk berpergian. Dari angka tadi pasti yang terkena pertama sektor wisata, tapi ada secondary effectnya dari sektor transportasi," tegas dia.

Sementara itu, dari sisi lalu lintas barang, dikatakannya, yang berpotensi terancam adalah sektor manufaktur. Sebab ekspor Indonesia ke China memiliki porsi sebesar 16,8 persen atau mencapai US$27,9 miliar sedangkan impornya yang 70 persen adalah bahan baku dan barang modal, berasal dari China.

"Karena itu mempengaruhi seluruh industri manufaktur kita, termasuk ekspor kita sebagian besar bahan baku impor dari china. Jadi dua sisi ekspor impor kita akan kena," tegasnya.

Sementara itu, dari sisi lalu lintas uang, dikatakannya akan ternacam karena China merupakan sumber investasi terbesar ke dua setelah Singapura. Investasi langsung saja atau foreign direct investment, tertinggi dari china dan Hong Kong yang pada 2019 sudah mencapai 16,7 persen dengan nominal US$4,7 miliar.

"Sudah cukup tinggi sekali dan ini harus antisipasi. Memang dampak kepada PMA di kuartal IV belum tapi di kuartal I hampir semua memperhitungkan ini akan signifikan, terutama FDI dari China," tuturnya.