Faisal Basri: Penanganan Corona di RI Tak Beri Kejelasan pada Ekonomi

Pengamat ekonomi dan politik Faisal Basri.
Sumber :
  • VIVA/Lucky Aditya

VIVA – Ekonom Senior Faisal Basri menganggap pelabaran defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2020 untuk penanganan wabah virus corona (Covid-19) bukan disebabkan gelontoran stimulus yang diberikan, melainkan karena anjloknya penerimaan negara.

Dia mengatakan, besaran defisit pada 2020 memang mengalami pelebaran mencapai 5,07 persen, namun itu lebih disebabkan meningkatnya penurunan penerimaan negara yang mencapai Rp472 triliun sedangkan belanja negara hanya meningkat Rp73,4 triliun.

"Jadi praktis enggak ada stimulus sebenarrnya kalau lihat magnitude tambahan dari APBN itu," kata dia saat telekonferensi, Jumat, 24 April 2020.

Akibat kondisi seperti itu, dia menduga pertumbuhan ekonomi akan anjlok secara drastis sepanjang 2020 dengan proyeksi optimistis hanya mencapai 0,5 persen, sedangkan pesimistisnya akan negatif atau anjlok hingga 2-2,5 persen. Terutama karena tidak jelasnya penanganan Covid-19 baik dari sisi fiskal maupun kebijakan.

"Karena penanganan yang bertele-tele. Tidak ada koordinasi di pemerintahan, semua jalan sendiri-sendiri," tegas dia.

Apalagi, dia menyayangkan proses penanganan Covid-19 yang dilakukan pemerintah Indonesia tidak memberikan kejelasan terhadap pergerakan ekonomi. Selain karena proses pendataan yang belum jelas, kebijakan pencegahannya juga terbilang lambat, misalnya seperti pelarangan mudik.

"Jadi kita enggak pernah tahu puncak kapan dan ongkosnya semakin besar dan kita enggak ada kemampuan backup ekonomi kita supaya enggak turun terlalu tajam ya," ujar Faisal.