Ribut Tagihan PLN Bengkak, Kementerian ESDM: Listrik RI Paling Murah

Ilustrasi petugas PLN periksa kabel listrik.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Rahmad

VIVA – Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan perbandingan data tarif listrik antara Indonesia dengan beberapa negara lain. Indonesia terbilang paling murah.

Direktur Pembinaan Pengusahaan Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Hendra Iswahyudi mengatakan, sejak 2017 hingga saat ini, tarif listrik yang ditetapkan pemerintah untuk ditagihkan PLN kepada masyarakat sebesar Rp1.467 per kWh.

Dia mengatakan, jika dibandingkan negara lain, khususnya negara-negara tetangga, besaran tarif untuk rumah tangga itu jauh lebih murah. Misalnya, kata dia, Thailand setara Rp1.789, Filipina Rp2.424, dan Vietnam Rp1.581.

"Jadi supaya ini pembelajaran kita semua, bukan kami ingin membandingkan, tapi ini kan fair membandingkan kondisi kita dengan negara tetangga," kata dia saat telekonferensi, Kamis, 11 Juni 2020.

Sementara itu jika dibandingkan dengan tarif industri besar, dia melanjutkan, tarifnya jauh lebih murah lagi. Pemerintah hanya mematok tarif untuk industri besar Rp997 per kWh, sedangkan Malaysia mencapai setara Rp1.018 dan Thailand Rp.1.017 per kWh.

"Ini lebih kompetitif, apalagi industri besar kita paling murah, Rp997, Malaysia Rp1.018 dan Thailand Rp1.017. Jadi itu effort kita, tetap pemerintah tetap komit agar kompetitif, apalagi lebih efisien PLN lebih rendah lagi supaya produktivitas lebih rendah lagi," tegas dia.

Dengan besaran biaya tersebut, dia juga menekankan bahwa pemerintah masih memberikan subsidi kepada masyarakat. Sebab, pemerintah mematok tarif listrik tidak berubah sejak 2017, padahal tarif itu terus mengalami perubahan setiap bulannya.

Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 3 Tahun 2020, tarif listrik harus disesuaikan setiap tiga bulan sekali dengan mempertimbangkan nilai tukar rupiah terhadap dolar, harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price, inflasi dan harga patokan batu bara.

"Jadi ini dengan edukasi ini kita perlu memahami, sebenarnya kita yang duduk di sini semua di subsidi, karena ini ditahan tarifnya. Sebetulnya sudah Rp1.500 an ke atas," tutur Hendra.